Partaigelora.id-Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI sekaligus Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta, menegaskan bahwa dukungan Indonesia kepada Palestina berlandaskan tiga mandat utama, yaitu konstitusi, agama, dan kemanusiaan.
Hal ini disampaikan Anis Matta saat menjadi keynote speaker dalam seminar internasional yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) di UIN Alauddin Makassar, Senin (17/11/2025), dalam rangkaian kunjungannya di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Dalam seminar yang juga dihadiri Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar, Wamenlu menekankan bahwa posisi Indonesia terhadap Palestina tidak pernah berubah sejak era Presiden Soekarno hingga masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Ini adalah utang sejarah yang belum lunas sejak Konferensi Asia Afrika,” ujar Anis Matta.
Wamenlu menekankan bahwa posisi Indonesia terhadap Palestina tidak pernah berubah sejak era Presiden Soekarno hingga masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Dukungan tersebut, menurutnya, bukan hanya bersifat politik, tetapi juga moral dan kemanusiaan.
Wamenlu menjelaskan bahwa mandat konstitusi mengharuskan Indonesia menolak segala bentuk penjajahan. Prinsip tersebut menjadi landasan kuat bagi konsistensi diplomasi Indonesia di berbagai forum internasional.
Dari aspek agama, solidaritas terhadap Palestina, khususnya terhadap warga sipil yang terdampak konflik, merupakan nilai yang melekat erat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Sementara itu, mandat kemanusiaan mengingatkan bahwa krisis Gaza bukan lagi sekadar isu regional, melainkan ujian bagi tatanan hukum internasional dan komitmen global terhadap perdamaian.
Dalam forum itu, Anis Matta juga merinci sejumlah langkah nyata yang telah dilakukan Indonesia untuk membantu Palestina.
Salah satunya adalah pengiriman bantuan terbaru senilai US$12 juta yang dialokasikan untuk pembangunan dapur umum di Gaza. Dengan penambahan ini, total bantuan Indonesia sejauh ini mencapai US$36 juta.
Selain bantuan finansial, Indonesia juga mengirimkan 1.200 ton bantuan kemanusiaan melalui jalur udara untuk mendukung kebutuhan dasar warga Palestina di tengah situasi yang semakin memburuk.
Tidak hanya itu, Wamenlu menegaskan adanya inisiatif baru dari Presiden Prabowo berupa kesiapan Indonesia mengirim pasukan perdamaian di bawah mandat PBB bila situasi memungkinkan.
Langkah ini dinilai sebagai pembeda yang signifikan dari pemerintahan sebelumnya karena untuk pertama kalinya Indonesia menyatakan kesiapan terlibat langsung dalam menjaga stabilitas kawasan Gaza melalui operasi perdamaian.
“Inilah yang membedakan pemerintahan Presiden Prabowo. Ini pertama kalinya Indonesia menyatakan kesiapan terlibat langsung melalui pasukan perdamaian,” tegas Wamenlu.
Lebih lanjut, Anis Matta menekankan pentingnya peran perguruan tinggi dalam memperkuat perspektif akademik terkait diplomasi Indonesia.
Ia menyebut bahwa hasil dari rangkaian seminar internasional ini akan dirangkum sebagai masukan kebijakan (policy input) bagi kementerian dan lembaga terkait.
“Krisis Gaza bukan lagi isu Palestina semata. Ia sudah menjadi ujian bagi hukum internasional dan tatanan global,” katanya.
Kemerdekaan Palestina soal Waktu
Dalam kesempatan ini,
Anis Matta memaparkan kembali sejarah panjang dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina, mulai dari momentum Konferensi Asia-Afrika hingga komitmen politik yang terus dijaga hingga saat ini.
Ia menegaskan bahwa dukungan Indonesia bukan hanya berdasarkan diplomasi politik, tetapi juga bagian dari amanat konstitusi dan nilai kemanusiaan.
Anis Matta juga menyoroti perubahan narasi global terkait isu Palestina.
Menurutnya, narasi yang awalnya dipahami sebagai konflik Palestina versus Israel sempat bergeser menjadi isu Islam melawan zionisme Israel.
Namun kini, narasi tersebut telah bertransformasi menjadi isu universal: kemanusiaan melawan anti-kemanusiaa.
“Kini dukungan terhadap Palestina semakin luas, melampaui batas agama dan negara. Dunia mulai menyadari bahwa ini bukan lagi sekadar konflik kepentingan geopolitik, tetapi persoalan moral dan hak asasi manusia,” tegas Anis Matta.
Ia menambahkan bahwa perubahan cara pandang masyarakat internasional merupakan sinyal kuat bahwa kemerdekaan Palestina merupakan keniscayaan sejarah yang tidak bisa dihindari.
“Kemerdekaan Palestina bukan soal apakah itu terjadi, tetapi kapan. Ini hanya masalah waktu,” ujarnya.
Seminar internasional ini dihadiri oleh civitas akademika, mahasiswa, peneliti, serta berbagai komunitas pendukung kemerdekaan Palestina.
Seminar ini merupakan salah satu upaya Kemenag mendorong diplomasi akademik sebagai bagian dari kontribusi Indonesia dalam isu kemanusiaan global.
Melalui forum ini, perguruan tinggi diharapkan dapat memberikan kajian dan rekomendasi yang memperkaya langkah-langkah diplomasi Indonesia dalam mendukung Palestina.
Forum ini merupakan bagian dari rangkaian seminar internasional yang diinisiasi Kemenag di empat UIN untuk memperkuat diplomasi akademik Indonesia dalam isu perdamaian dunia.

No comments