Ratih: Optimalisasi Diri Melalui Etika Berkomunikasi

27 Juni 2020

JAKARTA – Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan DPN Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Ratih Sanggarwati menggelar diskusi online dengan Komunitas Perempuan Sumatera, Sabtu (27/6/2020) malam. Dalam hal diskusi online itu, muncul pertanyaan besar seputar etika berkomunikasi yang baik 

Ratih mengatakan,  etika yang perlu diperhatikan dalam era digital adalah cara kita berkomunikasi dengan orang lain, baik melalui tulisan maupun percakapan. 

“Meski demikian, yang perlu kita pahami bahwa bahasa tulis sejatinya sama dengan bahasa lisan. Keduanya memiliki poin – poin etika yang perlu kita ketahui bersama,” kata Ratih dalam keteranganya, Minggu (28/6/2020).  

Menurut Ratih, etika komunikasi melalui tulisan baik personal mau grup chat,  menghindari atau tidak menggunakan kata ‘aku’ atau menyebut ‘nama diri’, tetapi gunakanlah kata ‘saya’.

Kemudian supaya efektif waktu, usahakan memulai dengan salam dan sebutkan nama. “Jangan menganggap semua kontak sudah terkoneksi dengan akun kita, karena bisa jadi nomer kita terhapus atau hilang kontak,” katanya.

Etika lain adalah apabila kita mendapatkan pesan baik personal maupun grup chat, wajib langsung menjawab dan tidak lebih dari  2 x 24 jam. Namun, jika orang itu tidak kita kenal dan menawarkan sebuah produk misalnya, kita boleh untuk tidak menjawabnya

“Kecuali jika kita memang tertarik atau menginginkan produk tersebut,” ujar Ratih.

“Tapi Chat dalam WA grup setelah kita baca, etikanya adalah di jawab juga. Jangan sampai kita ada dalam satu WAG, tetapi hanya ‘mengintip’ saja tanpa ada komunikasi satu sama lain,” imbuhnya.

Hal lain yang perlu juga dihindari ada baiknya tidak mengirimkan  foto kita yang sedang narsis sendirian. Disamping itu hindari terlalu sering copy paste dan forward informasi, karena bisa jadi informasi tersebut sudah kadaluarsa.

“Jika ingin menjalin silaturahmi kembali setelah terjadi kegagalan dalam berkomunikasi, sampaikan salam dan lihat responnya. Dan jika ada member grup sepekan tidak berkomentar,  ada baiknya kita sapa melalui chat personal. Tanyakan kabarnya. Pastikan  member tersebut dalam kondisi baik-baik saja,” pinta Ratih.

Sementara mengenai etika komunikasi lisan seperti melalui Zoom Meeting /Room Webinar, Ratih mengatakan, saat berlangsung acara agar tidak sambil makan atau minum apalagi tiduran. 

“Jika ada keperluan mendesak atau ada sedikit gangguan dari sekitar, sementara kita belum ingin keluar Room, baiknya kita offkan video dan bisa di nyalakan kembali saat kita siap menyimak kembali sambil posisi duduk,” katanya.

Adapun etik berkomunikasi dengan lisan yang perlu diperhatikan antara lain supaya lawan bicara kita merasa nyaman, jangan tanyakan hal-hal yang bersifat pribadi seperti usia, berat badan, dan lain-lain.

Boleh menjauhi teman yang membuat kita tidak nyaman, tetapi harus dengan cara yang tidak membuat orang tersebut merasa tersinggung. Sehingga yang harus dikedepankan adalah kasih sayang, bukan saling menyakiti agar terjalin silahturahmi. 

“Tidak boleh bertanya dengan kalimat yang berkonotasi  investigatif,” kata Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan  DPN Partai Gelora Indonesia ini.  

Etika berkomunikasi baik tulisan maupun lisan ini penting dilakukan agar bisa tetap berkomunikasi atau berkolaborasi dengan orang lain.

Saran Fahri Hamzah ke Jokowi, Libatkan Ma’ruf untuk Lawan Musuh

25 Juni 2020

JAKARTA – Mantan Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019, Fahri Hamzah menyampaikan pesan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar segera memfungsikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dijabat oleh Wakil Presiden (Wapres), Ma’ruf Amin. Ia mempertanyakan fungsi Ma’ruf Amin dalam lembaga ulama dan cendekiawan di Indonesia tersebut.

“Bapak presiden yth, Selain memimpin negara, bangsa kita lahir karena agama, itulah dasar sila Ketuhanan Yang Maha Esa, segeralah fungsikan Ketua MUI cq. Wakil Presiden supaya agama secara masif bisa ikut tangani corona. Galang persatuan Pak, jangan berantem!” tulis Fahri Hamzah melalui akun Twitter miliknya, Kamis (25/6/2020).

Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia ini menyebutkan, Ma’ruf Amin dipilih Jokowi sebagai Wapres, karena memiliki kemampuan dan peran penting dalam agama.

“Waktu bapak memilih Bapak KH Ma’ruf Amin, pasti karena ia akan menjadi pasangan sempurna bagi rakyat dan bangsa ini. Maka, ia harus nampak membantu Bapak dalam melihat peran penting agama. Kita kerahkan segala tenaga untuk melawan musuh bukan untuk melawan bangsa sendiri,” tulis Fahri lagi.

Fahri juga mengaitkannya dengan sila pertama Pancasila. Menurut dia, Pancasila adalah alat pemersatu bangsa, bukan alat sengketa.

Ia juga mempertanyakan peran Ma’ruf Amin sebagai Ketua MUI saat terjadi keributan di tengah masyarakat yang melibatkan perspektif agama.

“Lalu dimana Ketua MUI Kyai Ma’ruf yang sampai sekarang masih menjabat? Kenapa senyap? Kenapa kita tak kunjung bersatu? Kenapa kita tidak fokus saja selesaikan krisis kesehatan, lalu krisis ekonomi yang menghadang? Apakah kita sengaja menyongsong krisis sosial dan politik?” tanya Fahri.

Sebelumnya, sejumlah ormas Islam diketahui menggelar aksi demo yang menentang Rancangan Undang-Undang tentang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP). Dalam demo tersebut menyebutkan, RUU HIP dianggap membelokkan nilai-nilai Pancasila.

Sebagaimana diketahui dalam poin RUU HIP, terdapat klausul Trisila dan Ekasila serta frasa ‘Ketuhanan yang Berkebudayaan’ yang memancing kontroversi. Sejumlah ormas dan tokoh menolak usulan tersebut.

Bahkan hingga saat ini, DPR sudah tujuh kali membahas RUU HIP dan secara resmi menjadi RUU inisiatif DPR dalam Rapat Paripurna pada Selasa (12/6/2020) silam. Kini, pembahasan selanjutnya hanya tinggal menunggu persetujuan dari Presiden Joko Widodo. *

Anis Matta: Jangan Sia-siakan Amanat Pendiri Bangsa

25 Juni 2020

JAKARTA – Bangsa Indonesia pasca reformasi seperti mengalami anti klimaks, sehingga tidak ada lagi narasi besar yang menjadi energi untuk mendorong capaian-capaian besar. Bangsa Indonesia saat ini terjebak dalam pusaran konflik yang tak punya arah. 

Tujuan bernegara yang telah dipancangkan oleh para pendiri bangsa (founding fathers) dan amanat UUD 1945 juga sudah jarang terdengar dibicarakan oleh para elit, apalagi rakyat. 

Hal ini diperparah adanya kecenderungan para pemimpin sekarang yang membawa paradigma konflik gaya lama ke tengah-tengah masyarakat. Akibatnya, menciptakan polarisasi rakyat dan membuat masyarakat terbelah.

Demikian pandangan Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora)  Indonesia melihat realitas bangsa Indonesia akhir-akhir ini.  

“Harusnya kita sudah bicara peran-peran global ditengah dunia  yang sedang mencari alternatif jalan keluar dari krisis ini,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Rabu (24/6/2020).

Bangsa Indonesia , menurut Anis, lebih banyak membicarakan perbedaan-perbedaan primordial, daripada membahas narasi narasi besar yang bisa melampaui semua perbedaan.   

“Ini adalah situasi berbahaya bagi bangsa kita untuk mampu menghadapi dan menjawab tantangan krisis global, yang hampir pasti akan sangat mempengaruhi kehidupan berbangsa kita,” katanya.

Dari realitas tersebut, maka diperlukan narasi Arah Baru Indonesia yang menghidupkan kembali spirit dan cita-cita, serta amanat para pendiri bangsa. Yakni satu-satunya obsesi besar menjadikan Indonesia lima besar  kekuatan dunia.  

“Agar hadir sejajar dengan bangsa-bangsa lain untuk ikut serta menjaga ketertiban dunia adalah  amanat founding fathers yang harus kita tunaikan,” tutur Anis. 

Obsesi ini sepintas dianggap sebagai utopia (khayalan) belaka di tengah situasi krisis saat ini. Namun , bangsa Indonesia tidak boleh kehilangan mimpi akan masa depannya dan cita-cita menjadi kekuatan lima besar dunia. Hal ini, kata Anis Matta, harus dijadikan obsesi dikepala seluruh  rakyat Indonesia.

“Menjadi kekuatan kelima dunia maknanya,  adalah kita ingin Indonesia ini duduk satu meja dengan kekuatan global yang lainnya seperti  Amerika Serikat, Rusia, Eropa dan China sebagai sebuah kekuatan global baru. Yang akan menciptakan keseimbangan dalam percaturan global,” pungkasnya.

Partai Gelora Minta Pemerintah Cermat dan Hati-hati Terapkan New Normal

25 Juni 2020

JAKARTA – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfuz Sidik meminta pemerintah cermat dan hati-hati dalam menerapkan tatanan normal baru (new normal). Mahfuz berharap masyarakat diberikan edukasi agar memahami secara benar, apa yang dimaksud new normal itu.

“Pemerintah perlu cermat dan hati-hati dalam menerapkan new normal. Perlu edukasi masif ke warga masyarakat agar memahami benar maksud new normal,” kata Mahfuz dalam keterangannya, Kamis (25/6/2020).

Menurut Mahfuz, ada kekeliruan sebagian masyarakat dalam memahami new normal. New normal dimaknai kembali ke kehidupan seperti semula, padahal ditambah dengan protokoler kesehatan.  

New normal dilakukan karena belum ditemukannya obat dan vaksin corona, serta pandemi Covid-19 belum bisa dipastikan kapan bakal berakhir.  Bahkan Status Keadaan Darurat Bencana Non alam Covid-19 sebagai Bencana Nasional juga belum dicabut pemerintah. 

“Jadi new normal itu kita harus beradaptasi dengan aktivitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi kontak fisik dengan orang lain, menjaga jarak dan menghindari kerumuman serta rajin mencuci tangan,” katanya.

Mahfuz menambahkan, masyarakat akan kembali hidup normal setelah vaksin ditemukan. “Seluruh dunia juga tidak tahu, karena virus ini, untuk vaksinnya belum ditemukan. Jadi, maka dari itu, sampai dengan vaksin belum ditemukan, kita harus bisa selalu berhadapan dengan virus ini,” jelasnya.

Akibat salah dalam memaknai new normal, lanjut Mahfuz, angka positif Covid-19 kembali meningkat tajam. Pada Rabu (24/6/2020), tercatat penambahan sebanyak 1.113 kasus, sehingga total kasus positif Covid-19 di Indonesia berjumlah 49.009 orang.  Hal ini menunjukkan masih tingginya sumber penularan di masyarakat.

Dalam penerapan new normal, Sekjen Partai Gelora Indonesia ini menilai pemerintah perlu fokus pada penguatan ekonomi masyarakat kecil yang terdampak Covid-19.  Mahfuz mewanti-wanti pemerintah jangan membuat program yang dinilai menghambur-hamburkan uang negara seperti Kartu Prakerja yang menimbulkan pro kontra.

“Pemerintah perlu fokus pada penguatan ekonomi masyarakat  kecil dan jangan sampai ada kebijakan program yang dipersepsi masyarakat sebagai ‘buang-buang’. Misalnya program pelatihan Prakerja senilai Rp 5 triliun lebih yang bikin heboh sampai KPK turun tangan,” ujar Mahfuz. 

Karena itu, mantan Ketua Komisi I DPR RI ini berharap semua pihak terkonsolidasi dan fokus membantu pemerintah pada upaya mengatasi Covid-19, serta bisa mengelola new normal dengan cermat dan tepat. 

“Jangan sampai terulang heboh kasus RUU HIP yang malah membelah masyarakat secara politik. Sepertinya DPR sibuk dengan urusannya sendiri sementara pemerintah dan  masyarakat sibuk berjuang mengatasi wabah Covid-19,” tandas Mahfuz.

Fahri Hamzah: Ternyata Biaya Rapid Test Corona Lebih Mahal dari Tiket Pesawat Jakarta-Lombok

24 Juni 2020

Fahri Hamzah: Ternyata Biaya Rapid Test Corona Lebih Mahal dari Tiket Pesawat Jakarta-Lombok

JAKARTA – Mahalnya biaya tes cepat (rapid test) untuk mengidentifikasi terinfeksi virus corona atau Covid-19, dikeluhkan banyak pihak. Mantan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah pun tak ketinggalan menyoroti mahalnya biaya rapid test tersebut.

Lewat cuitannya diakun Twitter-nya @Fahrihamzah seperti dikutip Rabu (24/6/2020), Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia ini menyebut biaya rapid test corona lebih mahal daripada harga tiket pesawat Jakarta-Lombok.

“Saya baru tahu bahwa rupanya harga tiket pesawat Jakarta-Lombok kemarin jauh lebih murah dari biaya pemeriksaan kesehatan akibat melintas 3 pulau Jawa-Lombok-Sumbawa,” katanya yang enggan menyebut nominal biaya rapid test.

Fahri menyebut, industri tes dadakan tersebut mengeruk keuntungan besar, bahkan melampaui industri perjalanan yang sedang terpuruk akibat pandemi Covid-19 di Tanah Air.

“Melampaui industri perjalanan yang sedang jatuh. Saya sedih karena ternyata bayarnya cukup mahal kalau ditotal. Ini membebani rakyat. Bagi ekonomi berat!” ucap politikus asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini, sambil menambahkan kalau sebagian dari test itu dilakukan bukan karena dibutuhkan secara administratif, tetapi juga karena orang merasa tidak aman dengan dirinya.

Di sisi lain, Fahri Hamzah menilai penerapan New Normal di tengah pandemi sama halnya beradu lari dengan corona. Ia pun bertanya-tanya di mana corona disembunyikan.

“Mereka mengunci corona di mana? Atau corona mengunci kita? Belum jelas, sepertinya adu napas. Corona mati duluan atau kita gila duluan?” ujarnya.

Pada akhirnya, kata Fahri, tak ada lagi pilihan bagi masyarakat selain memberanikan diri melawan corona.

“Ada pilihan lain, kita mulai lagi keberanian.. #NewNormal,” celetuk Fahri.

HUT DKI ke 493 , Anis Matta : Jakarta Harus Tangguh Menghadapi Krisis.

JAKARTA : Kembali partai Gelora Indonesia melakukan Halal bi Halal virtual yang kali ini dilaksanakan oleh Partai Gelora DKI jakarta 21 Juni 2020.

Acara yang bertajuk Ngumpul Virtual Gelora JKT dihadiri para elite tokoh DKI diantaranya Wagub DKI A.Riza Patria, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi , Ketua Fraksi Gerindra DKI Mohamad Taufik, Anggota DPD RI Sylviana Murni , dan hadir pula seorang fungsionaris Golkar DKI Ashraf . Seluruh peserta ber jumlah hampir 500an peserta zoominari, termasuk Pengurus Gelora se-DKI Jakarta.

Dalam sambutanya Ketua DPW Gelora DKI Jakarta Triwicaksana menyampaikan terima kasih dan selamat HUT DKI jakata sekaligus memperkenalkan kehadiran partai Gelora DKI.
“ tujuh tahun lagi kita akan memperingati lima abad DKI dan saat itu Insyaa Allah Partai Gelora akan hadir bersama menyusun masa depan dan arah Jakarta ” katanya yang biasa dipanggil bang Sani.

Kehadiran Partai Gelora disambut baik oleh Wagub DKI Jakarta dengan harapan dapat bersinergi membangun DKI. Hal ini menjadi momentum yang baik bagi pemerintah DKI Jakarta untuk menggalang persatuan seluruh elemen di HUT jakarta ke 493.
” saya percaya kehadiran partai Gelora akan memperkuat demokrasi dalam membangun Jakarta” sambut A.Riza Patria.

Pada kesempatan yang sama Ketua DPRD DKI jakarta Prasetio Edi Marsudi mengajak partai Gelora untuk ikut menjaga Pancasila.” Saya tahu partai Gelora diisi tokoh-tokoh muda yang punya jejak spirit membangun Indonesia, mari kita bersama meneguhkan dan menjaga Pancasila, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika” kata Prasetio.

Ajakan ketua DPRD DKI untuk menjaga Pancasila selaras dan bersambut baik dengan partai Gelora Indonesia yang juga berasaskan Pancasila.
” Pancasila mengharuskan kita berkolaborasi, kami ingin melampaui sekat-sekat yang selama ini membelah kita sebagai bangsa.” Ungkap Anis Matta Ketua Umum Partai Gelora Indonesia yang juga hadir memberikan arahan kepada seluruh pengurus Gelora se DKI.

Dalam situasi krisis pandemi ini Anis Matta mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersatu, memperbanyak titik temu dan mengurangi perbedaan yang tidak perlu. ” sebagai warga kita harus bersatu, Jakarta harus tangguh menghadapi krisis yang berlarut ini” pesan Anis sebagai ucapan menyambut HUT DKI Jakarta

Masyarakat Narasi

Di Mekah, Nabi Muhammad hadir dan berkiprah di tengah masyarakat perniagaan. Masyarakat yang asing dengan apa yang diemban beliau. Apa yang disampaikan Nabi masih berjarak dan belum menyentuh jiwa banyak warga Mekah. Langit narasi Mekah seperti terbelah dengan hadirnya seruan Nabi Muhammad. Dan ini mengusik kemapanan banyak penghuni tanah berdiri kokohnya Baitullah. Jadilah kemudian: resistensi dan perlawanan. Tidak peduli bahwa mereka sebenarnya selama ini mendakwa Muhammad sebagai sosok jujur lagi amanah: Al-Amin.

Di Mekah, narasi yang dibawa Nabi Muhammad membumbung tinggi. Membawa beliau sebagai narator terbaru, terunggul, dan sukar dibantah alias terpercaya. Narasi yang beliau bawa sontak mendapat reaksi para pemilik narasi di Mekah yang berposisi berlawanan dengan seruan Nabi Muhammad. Para pemegang predikat pujangga telah menguji syair-syair terbaik. Para periwayat syair, rapsodis, angkat tangan. Tujuh syair terbaik yang digantung di dinding Ka’bah, as-sab al-mu’allaqat bak gubahan pemula. Belum lagi yang menguji akurasi narasi dari lelaki yang mendakwa sebagai nabi itu. Hasilnya: “syair” yang dibawa Muhammad begitu memesona, otentik, dan sukar dilampaui karya adiluhung sekalipun.

Pada masyarakat narasi, kita dapati aktor tunggal yang menonjol. Aktor yang menggetarkan sekaligus menggerakkan banyak orang. Mengubah dan mengusik tatanan masyarakatnya. Derajat pergetaran maupun perubahannya bergantung pada kualitas narator. Dan Nabi Muhammad amat sangat memadai untuk menjadi narator tunggal.

Menjadi narator tunggal pada masyarakat narasi adalah kewajaran. Untuk perubahan ada yang menarasikan gagasan. Melejitkan pikiran yang berbeda dengan zaman. Atau sebenarnya gagasan pemurnian yang tebersit pada dada-dada insan yang masih memiliki fitrah mengenali mana kebenaran dan mana kepalsuan.

Arus gagasan pada masyarakat narasi memang monolitik. Satu arah untuk menggulingkan tatanan yang ada. Tiada posisi kritik yang terbuka lebar. Sebab, masyarakat narasi lebih menghendaki adanya keterpanggilan jiwa untuk siap mendengar seruan narator. Dus, jadilah pengaruh pada masyarakat narasi itu: kesadaran diri dan komunal. Bahwa kita, entah selaku pribadi ataupun komunal, harus lekas mengikuti narasi yang dikemukakan penuh gelora sang narator.

Namun, pada masyarakat narasi juga ada ujian. Ujian dari ketenaran dan kehendak ingin tampil tunggal. Tabiat masyarakat narasi memang siapa yang paling pertama dan sekaligus signifikan mengubah banyak pemikiran publik. Ada godaan di sini. Beberapa orang baik lagi berilmu tergoda untuk tampil ke depan. Tampil untuk menjadi narator kendati kapasitas yang dimiliki hanya pas-pasan. Jadilah, apa yang disampaikan narator yang bergegas itu hambar bahkan kosong dari permaknaan. Menyimpulkan tanpa kontemplasi memadai. Sekadar mereaksi apa yang dituntut massa walau bukan sebuah hajat penting.

Seorang Nabi Muhammad pantas menjadi suri teladan. Beliau personal hebat bukan semata karena ditugasi sebagai penyeru sekalian hamba-hamba-Nya. Beliau juga hebat lantaran mampu menahan diri untuk tidak jadi orang yang berbangga dan pamer diri kedudukan sebagai narator. Narator pada masyarakat narasi memang niscaya membuatnya tampil melejit. Tapi, dari sini ada godaan sekaligus ujian: seberapa kuat untuk tidak menonjolkan diri agar pribadi kita beserta narasinya dikenal luas?

Masyarakat narasi inilah yang kita hadapi sekarang, seturut masif dan meluasnya penggunaan media sosial maupun gawai. Muslimin ingin tampil seolah jadi narator yang otoritatif dalam satu persoalan. Padahal, yang ada hanyalah ketergasaan untuk membuat nama kita harum diketahui publik. Dan ketenaran ini berbanding lurus dengan pendapatan ekonomi yang masuk ke sang narator!

Pasca-masyarakat narasi adalah ketika orang-orang sudah menjadikan narasi sebagai medan berpikir dan bertindak. Orang tak lagi bergegas. Ada kebutuhan untuk berpikir, menelaah, menguji. Memang masih acak lantaran banyaknya aktor yang menyerukan narasi. Seturut itu, ada diskursus hangat dengan undangan kritik yang meluas. Inilah tabiat masyarakat pengetahuan. Persis seperti kondisi yang disuai Nabi Muhammad kala berhadapan dengan warga Yatsrib alias Madinah.

Orang-orang Madinah sudah jamak paham tentang bakal hadirnya nabi baru. Orang Yahudi—harus diakui secara objektif—turut mengakselerasi terbentuknya masyarakat pengetahuan warga Madinah. Bakal hadirnya nabi baru itu bukan narasi asing bagi warga Yatsrib. Dalam urusan nubuwat kenabian, plus kedudukan sosial, warga Yahudi di Yatsrib dianggap kredibel dan terhormat. Mereka dipandang memiliki pengetahuan sesuai jalur komunitas ahli kitab yang tidak mungkin akan diselewengkan.

Narasi yang diagensikan komunitas Yahudi diterima secara meluas oleh masyarakat Arab Yatsrib yang banyak berlatar pertanian. Konstruksi pengetahuan masa lalu, dan kisah-kisah hebat, memang identik dengan sosiologi masyarakat pertanian. Sering kali dipandang mudah terbujuk hal-hal super mitos. Tapi di sini menariknya: publik Arab Yatsrib mengonstruksi narasi kenabian tidak sebagai mitos. Tidak sebagai narasi baru yang melahirkan narator-narator di luar Yahudi. Narasi yang melahirkan kisah hiperbolis dan superlatif tapi sejatinya hasil menyelewengkan makna kisah otentiknya (Hal yang demikian banyak terjadi di lingkungan agraris di negeri kita, bukan?).

Alih-alih menjadi masyarakat mitos, Arab Yatsrib dari suku Aus dan Khazraj dengan penuh liku dan perjuangan memunculkan masyarakat pengetahuan. Narasi Yahudi yang dipertautkan dengan narasi Nabi Muhammad melahirkan kesadaran tentang kebenaran pada risalah kenabian. Itulah kesadaran yang memunculkan masyarakat pengetahuan, Masyarakat yang disiapkan menuju masyarakat ilmu pada tahap berikutnya. []

Penulis: @SambenLibrary; menjelang syarahan Ketua Umum bareng kawula masyarakat Kota Narasi

Anis Matta: Revolusi Pendidikan Jalan Menuju Visi Lima Besar Dunia

JAKARTA – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia mengusung visi menjadikan Indonesia menjadi kekuatan kelima besar dunia. Untuk menuju visi tersebut, partai besutan Anis Matta dan sejumlah politisi lainnya itu membawa agenda utama, yakni Revolusi Pendidikan.

Karena itu, ungkap Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Muhammad Anis Matta dalam acara Angkringan Virtual Partai Gelora, Sabtu (13/6/2020) dalam agenda strategis partai, dirinya ingin menekankan sejak awal bahwa agenda utama untuk sampai kelima besar dunia itu adalah melakukan revolusi pendidikan.

Menurut Anis Matta, revolusi pendidikan merupakan bagian penting menciptakan fondasi Indonesia menjadi kekuatan kelima besar dunia. Fondasi itu adalah menjadikan Indonesia sebagai pusat inovasi dunia.

“Fondasi pertamanya adalah bagaimana menjadikan Indonesia sebagai inovasi dunia,” ujar penyuka buku Soekarno Hatta itu lagi.

Selain itu, Anis menekankan pentingnya revolusi mental. Perwujudan dari revolusi mental itu adalah melepaskan akal Indonesia ini dari sangkar tirani dan sangkar taklid.

“Politik tirani dan juga taklid dalam agama harus dilepaskan Indonesia dari sangkar agar terbang ke langit angkasa di ruang besar. Aktivasi akal Indonesia diberi ruang penciptaan yang bebas dengan begitu Insyaa Allah Indonesia akan menjadi salah satu pusat inovasi dunia,” pungkasnya.

Anis Matta, Partai Gelora Indonesia dan Keraguan Publik (03 – Tamat)

5 Mei, 2020

Masih banyak keraguan publik tentang Partai Gelora Indonesia dalam banyak aspek; tentang partai nasionalis, partai tengah, menjadi kekuatan 5 besar dunia, oposisi, sikap keummatan dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan kata-kata dalam pidato dan tulisan, tetapi akan terjawab dengan kerja-kerja yang terencana, terukur dan berorientasi pada solusi.

Semua pertanyaan dan keraguan publik atau kritik dan nyinyiran publik adalah vitamin bagi perjalanan partai ke depan, karena sejak awal partai membuka diri terhadap semua masukan dan kritik. Dialektika dan perdebatan positif adalah gizi bagi sebuah partai baru seperti Partai Gelora Indonesia.

Partai-partai yang punya persepsi Partai Gelora Indonesia sebagai partner dalam membangun bangsa tentunya siap bekerjasama dan berkolaborasi. Jika ada partai-partai yang punya persepsi Partai Gelora Indonesia sebagai kompetitor, maka ayo berkompetisi dengan sehat dan positif dalam ring demokrasi. Jika ada partai yang punya persepsi Partai Gelora Indonesia sebagai musuh, maka luruskan niat, musuh kita bukan sesama bangsa sendiri, tetapi musuh kita adalah kebodohan, kezaliman, korupsi dan semua perilaku yang melawan rasa keadilan, kemanusiaan dan demokrasi.

Lahirnya Partai Gelora Indonesia adalah hasil pergulatan ide dan gagasan perjalanan panjang bangsa Indonesia sejak pra-kemerdekaan, pasca kemerdekaan, orde lama,orde baru dan orde reformasi sampai hari ini. (Silakan baca buku Gelombang Ketiga karya Anis Matta).

Partai Gelora Indonesia lahir dari narasi besar, di rencanakan dengan pertimbangan jangka panjang dan melalui tahapan-tahapan pergulatan pemikiran tentang masa depan Indonesia. Di eksplorasi secara mendalam ketika menentukan platform dan arah partai. Di gerakan oleh orang-orang dengan berbagai macam latar-belakang, agama dan budaya. Dan semua itu bertahap, komitmen dan konsisten akan berinteraksi dengan keinginan dan selera publik. Semoga kehadiran Partai Gelora Indonesia menjadi warna cerah Indonesia dalam menyongsong masa depan yang gemilang.

Bahwa tidak ada penyesalan, tidak ada keraguan, tidak ada ketakutan sedikitpun yang menyertai langkah kita…Karena awal dan akhir dari semua ini adalah Allah…Karena kita melangkah setelah istikharah. (Anis Matta)

Penulis: Irfan Enjo

Anis Matta, Partai Gelora Indonesia dan Keraguan Publik (02)

3 Mei, 2020

Keraguan publik berikutnya adalah apakah Partai Gelora Indonesia akan sama dengan partai lamanya Anis Matta atau berbeda? Jika berbeda dimanakah perbedaannya?

Ini adalah tantangan sekaligus peluang untuk menunjukkan “differensiasi” dari partai lama. Tetapi “differensiasi” ini bukan dengan pendekatan “asal beda”, dalam hal ini tidak bisa kita mengambil persepsi dengan ekstrem, karena pada akhirnya berbeda atau tidak itu tergantung persepsi dan penilaian publik. Dalam aspek ini Partai Gelora Indonesia dalam perjalanannya fokus pada beberapa hal yang mungkin saja hal ini yang membuat berbeda, bisa juga tidak, lagi-lagi tergantung persepsi publik.

Pertama, Partai Gelora Indonesia mengawali langkahnya dengan KETERBUKAAN. Tidak ada yang ditutup-tutupi dalam proses perjalanannya. Bahkan setiap tahapan selalu dibuka ke publik. Nilai-nilai dasar pendiriannya dibuka ke publik dan siap direspon publik. Era demokrasi adalah era keterbukaan, dimana semuanya bisa di audit publik, apalagi dalam era sosial-media, setiap peristiwa apapun mudah menjadi konsumsi publik. Fahri Hamzah sebagai Wakil Ketua DPN Partai Gelora Indonesia berfungsi pula sebagai juru bicara, dan siap bertarung ide, gagasan dan berdialektika tentang semua bab tentang negara dan demokrasi. Dan di tiap wilayah dan daerah semua pimpinan partai adalah juru bicara yang terbuka untuk berdiskusi dan berdialektika dengan publik.

Kedua, Partai Gelora Indonesia mengedepankan cara kerja KOLABORASI. Superman is dead, superhero is dead. Ke depan adalah saatnya membangun kekuatan kolaborasi, bukan kekuatan kelompok atau golongan. Demokrasi ke depan tidak ada lagi partai politik superhero atau partai politik sapu jagad yang merasa bisa memperbaiki bangsa ini sendirian, membangun bangsa sebesar Indonesia tidak bisa sendirian. Oleh sebab itu, sejak awal platform partai adalah kolaborasi, membangun kekuatan tim besar sebagai bangsa untuk masa depan Indonesia. Anis Matta menyebutnya dengan Creative Collaboration.

Ketiga, Partai Gelora Indonesia sejak awal selalu membangun kinerja agar selalu RELEVAN dengan semua situasi dan kondisi serta persoalan bangsa. Karena filosofi dasar pendirian partai adalah solusi terhadap persoalan bangsa. Kinerja dibangun agar selalu relevan dengan zaman, relevan dengan setiap generasi, dan juga relevan dengan semua kepentingan nasional.

Keempat, Partai Gelora Indonesia selalu menjaga prinsip KESEIMBANGAN. 

a. Menjaga keseimbangan antara gerakan pemikiran, sosial dan politik. Semua dilakukan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan dan relevan.

b. Menjaga keseimbangan antara religiusitas dan nasionalisme. Sejak awal Partai Gelora Indonesia tidak mau terjebak pada dikhotomi partai Islam atau partai agama dan partai nasionalis. Karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang nasionalis sekaligus religius. Pada aspek inilah partai fokus, membangun negara dengan dengan nilai-nilai religiusitas bangsa.

c. Menjaga keseimbangan antara partai kader dan partai massa. Kader tetap menjadi basis partai untuk bekerja, tetapi kader berfungsi sebagai inisiator dan kolaborator. Pekerjaan partai selalu melibatkan massa dan publik dengan cara-cara creative collaboration.

d. Menjaga keseimbangan antara kepentingan rakyat, dunia usaha dan penguasa. Rakyat, dunia usaha dan penguasa bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan. Penguasa memiliki kewenangan regulasi/kebijakan, dunia usaha adalah lingkungan dimana ekonomi berputar untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Jadi ini adalah satu kesatuan dalam mewujudkan Indonesia yang sejahtera.

e. Menjaga keseimbangan antara tradisi pengembangan ilmu pengetahuan dengan kontribusi terhadap solusi persoalan bangsa. Partai meyakini bahwa ilmu pengetahuan adalah alat baca dan kesuksesan masa depan, tetapi ilmu pengetahuan yang secara praktis menjadi solusi setiap persoalan manusia dan bangsa, bukan hanya sekedar kepentingan ilmiah atau akademis.

Kelima, Partai Gelora Indonesia berorientasi KESEJAHTERAAN. Karena partai meyakini bahwa output negara adalah sesuai dengan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945; “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Semua itu terangkum dalam kata kesejahteraan. Output negara pada akhirnya adalah kesejahteraan, dalam terminologi umum atau dalam terminologi  agama. Oleh sebab itu partai tidak ragu mengatakan bahwa partai didirikan untuk berkuasa, tetapi kekuasaan yang ingin menyejahterakan rakyat.

Lima point ini kira-kira interpretasi saya pribadi (unofficial) tentang point-point kenapa Partai Gelora Indonesia memiliki differensiasi. Sekali lagi differensiasi ini adalah hak publik untuk menilai, dan point-point ini akan terus diuji di lapangan, diaudit publik serta mungkin saja “klaim” semata. Tapi secara jelas ini adalah sebuah “ijtihad”, sebuah gagasan dan komitmen, semuanya waktu yang akan menjawab.

Penulis: Irfan Enjo

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X