Category: Artikel / Blog

Kemerdekaan Palestina Adalah “Utang Sejarah” yang Belum Dituntaskan Indonesia

Partaigelora. Id-Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Anis Matta sekaligus Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menegaskan, perjuangan kemerdekaan Palestina adalah utang sejarah yang belum dituntaskan Indonesia sejak masa lalu.

Dia menilai semangat yang dimuncul pada masa Presiden pertama RI Soekarno itu, kini kembali dihidupkan di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, melalui keterlibatan aktif Indonesia dalam upaya perdamaian global.

“Yang tersisa dari semangat Bandung itu sebenarnya tinggal satu ini, Palestina. Itu artinya masih ada utang sejarah yang kita belum tuntaskan. Dan menuntaskan utang sejarah inilah yang sedang dilakukan oleh Pak Prabowo sekarang,” ujar Anis Matta, Minggu (2/11/2025).

Anis Matta mengingatkan, posisi Indonesia yang kini kembali dihormati di dunia internasional bukanlah hal yang datang tiba-tiba ketika Presiden Prabowo memimpin.

Menurut dia, sejak masa Presiden Soekarno, Indonesia telah memainkan peran penting dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa-bangsa yang masih terjajah. Salah satunya dengan menginisiasi Konferensi Asia-Afrika (KAA).

“Posisi Indonesia dihargai di mata dunia. Tapi sebenarnya peranan ini sudah pernah kita lakukan sebelumnya. Di era Bung Karno dulu tahun 1955 kan kita yang menginisiasi Konferensi Asia Afrika di Bandung dan kemudian ikut melahirkan Gerakan Non-Blok di masa Perang Dingin,” tutur Anis Matta.

Anis Matta menjelaskan, semangat yang lahir dari KAA 1955 membawa satu narasi tunggal, yakni perjuangan untuk kemerdekaan dan perlawanan terhadap imperialisme.

Indonesia yang saat itu baru sepuluh tahun merdeka, lanjut Anis, memprakarsai forum tersebut di tengah situasi dalam negeri yang masih sulit.

Semangat Bandung atau ruhnya Bandung itu waktu itu datang dengan satu narasi tunggal: kemerdekaan melawan imperialisme.

Karena banyak dari anggotanya yang masih belum merdeka sampai tahun itu, dan kita juga baru 10 tahun merdeka,” kata Anis Matta.

Dia menambahkan, meski Indonesia saat itu baru keluar dari masa agresi Belanda dan baru menyelenggarakan pemilu pertama, pemerintahan yang ada memiliki legitimasi besar untuk memimpin gerakan solidaritas Dunia Selatan (Global South).

“Dalam kondisi baru merdeka, masih terseok-seok, kita sudah mengundang negara-negara selatan yang pernah dijajah untuk hadir dalam konferensi ini dan menebarkan semangat perlawanan untuk merdeka,” ucapnya.

Dari semangat yang lahir di Bandung itu, hampir seluruh negara di Asia dan Afrika akhirnya memperoleh kemerdekaannya pada dekade 1960-an. Hanya dua negara yang sempat tertinggal, yakni Afrika Selatan dan Palestina.

“Alhamdulillah kira-kira dari tahun itu sampai tahun 1960-an hampir semua negara merdeka. Kecuali nanti ada dua yang belakangan yaitu Afrika Selatan yang akhirnya juga berhasil merdeka zamannya Nelson Mandela. Nah yang tersisa dari semangat Bandung itu sebenarnya tinggal Palestina,” ungkap Anis Matta.

Kehadiran Presiden Prabowo Subianto dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Sharm El-Sheikh di Mesir dinilai menjadi kelanjutan dari tradisi diplomasi Indonesia yang berpihak pada kemerdekaan dan keadilan.

Menurut Anis Matta, partisipasi Indonesia dalam forum tersebut mempertegas posisi Indonesia di mata dunia.

“Itu menandakan bahwa posisi Indonesia dihargai di mata dunia,” katanya. Diberitakan sebelumnya, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Sharm El-Sheikh di International Congress Centre, Sharm El-Sheikh, Mesir, pada Senin (13/10/2025).

Kehadiran Prabowo sekaligus dalam rangka menyaksikan sejumlah pemimpin dunia menandatangani perdamaian di Gaza, Palestina.

Mereka yang menandatangani dokumen adalah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan, Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi, dan Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad Al Thani.

Setibanya Prabowo di Indonesia usai menghadiri acara KTT di Mesir, ia kembali menyatakan komitmen mendukung kemerdekaan Palestina. Prabowo menyatakan, tekadnya sejak lama adalah membela Palestina.

“Memang ini tekad kita sebagai bangsa, tekad saya, puluhan tahun saya membela Palestina. Puluhan tahun sejak saya masih muda,” kata Prabowo setelah mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma.

Kepala negara menegaskan, Indonesia terus aktif mendukung kemerdekaan Palestina. Bahkan, Indonesia juga mengirim berbagai bantuan ke Palestina, di antaranya bantuan pangan berupa ribuan ton beras.

“Kita terus-menerus mendukung kemerdekaan Palestina, rakyat Palestina, dan Alhamdulillah ya kita bisa berbuat. Indonesia selama ini aktif. Kita kirim bantuan, kita kirim kapal, kita kirim Hercules berkali-kali,” ujar dia.

Sumber: Kompas. Com

Dua Pidato Presiden dan Perubahan Nasib Bangsa Kita

Partaigelora.id-Kemarin, Jumat, 15 Agustus 2025, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan dua pidato penting dalam rangka Sidang Tahunan MPR RI serta penyampaian RAPBN 2026 dan Nota Keuangan di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat.

Dua pidato ini bukan hanya menandai momentum kenegaraan, tetapi juga menjadi titik refleksi sekaligus sumber optimisme atas perubahan nasib bangsa Indonesia menuju cita-cita besar: keadilan, kemakmuran, dan kedaulatan. Ini adalah pidato kenegaraan pertama Presiden Prabowo sekaligus RAPBN perdana yang disusun Kabinet Merah Putih.
Pidato Kenegaraan: Refleksi 80 Tahun Kemerdekaan

Pada pidato pertama di pagi hari, Presiden Prabowo tampil sebagai kepala negara. Ia menekankan pentingnya meneladani perjuangan para pendiri bangsa dalam rangka memperingati 80 tahun kemerdekaan Indonesia.

Presiden juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh presiden RI terdahulu—termasuk yang hadir dalam sidang—atas kontribusi mereka dalam meletakkan fondasi pembangunan nasional, mulai dari integrasi wilayah, pembangunan infrastruktur, hingga pemulihan ekonomi pasca krisis.

Prabowo menegaskan bahwa kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan yang membebaskan rakyat dari kemiskinan dan penderitaan. Ia mengingatkan pentingnya menjalankan amanat Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 33, agar manfaat pembangunan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Selain itu, presiden menekankan perlunya kebersamaan, transparansi, dan pengawasan yang ketat untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan—khususnya dalam pemberantasan korupsi, salah satu tantangan besar bangsa hingga hari ini.

“Rakyat harus sejahtera. Kalau rakyat tidak sejahtera, kita gagal sebagai negara merdeka,” tegas Prabowo.
Pidato RAPBN 2026: Kebijakan Ekonomi untuk Rakyat

Pada pidato kedua di sore hari, Prabowo berbicara sebagai kepala pemerintahan. Fokusnya adalah kebijakan fiskal berkeadilan dalam RAPBN 2026.

Ia menekankan efisiensi anggaran, termasuk pengalihan dana ratusan triliun rupiah dari pos-pos rawan penyimpangan ke program nyata untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan daya saing bangsa.

Beberapa program prioritas yang ditegaskan antara lain:

1. Program makan bergizi gratis bagi puluhan juta anak sekolah dan ibu hamil, sebagai investasi terbaik untuk masa depan bangsa.
2. Sekolah rakyat, revitalisasi sekolah, dan cek kesehatan gratis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
3. Pembentukan Data Tunggal Kesejahteraan (DT-SEN) agar bantuan sosial dan subsidi tepat sasaran.
Pembukaan jutaan hektare lahan sawah baru guna memperkuat ketahanan pangan dan menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia.
4. Penguatan koperasi desa dan stimulus UMKM sebagai strategi pemerataan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

Prabowo juga secara terbuka mengakui adanya distorsi dalam sistem ekonomi selama ini, dan menegaskan komitmennya untuk mengambil langkah berani menyelamatkan kekayaan bangsa agar kemakmuran benar-benar dinikmati seluruh rakyat.
Perubahan Nasib Kita

Dua pidato kenegaraan Presiden Prabowo kemarin menegaskan bahwa perubahan nasib bangsa adalah tanggung jawab bersama: pemerintah dan rakyat. Kata-katanya masih memiliki tenaga yang kuat—lahir dari kejujuran, keberanian, dan optimisme tentang masa depan bangsa.

Di bawah kepemimpinannya, perubahan nasib bangsa diwujudkan melalui reformasi hukum, pemberantasan korupsi, serta program-program yang langsung menyentuh kebutuhan dasar rakyat: pangan, pendidikan, perumahan, dan kesehatan. Inilah yang kita kenal sebagai dua tema besar pemikiran Prabowo: hentikan kebocoran dan hentikan ketimpangan.

Melalui dua pidato ini, tersirat optimisme bahwa nasib bangsa Indonesia akan berubah ke arah lebih baik jika semangat gotong royong, keberanian berbenah, dan konsistensi menjalankan konstitusi terus dijaga.

Prabowo mengajak rakyat menghadapi tantangan secara jujur dan terbuka. Sebab hanya dengan langkah nyata dan berani, kemerdekaan sejati serta kesejahteraan abadi dapat diwujudkan.

Semoga pidato presiden di Senayan menjadi sumber optimisme kolektif, menyalakan obor semangat menuju Indonesia Emas 2045, tepat 100 tahun Indonesia merdeka.

80 Tahun Kemerdekaan RI. Gelora Indonesia… Merdeka!

Fahri Hamzah
Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP)
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia
Wakil Ketua DPR RI Periode 2014–2019

80 Dipimpin 08

Partaigelora.id-Refleksi ini saya tulis kemarin, Jumat (8/8/2025). Saya terharu bahwa dalam Refleksi 80 Tahun Indonesia Merdeka di Bawah Kepemimpinan presiden Prabowo Subianto Tahun 2025 ini tidak saja ditandai oleh sebuah perjalanan Indonesia sebagai bangsa merdeka, Tetapi juga oleh angka angka yang unik yang secara simbolik juga memiliki makna makna yang baik.

Bahwa, pada bulan 8 (Agustus) setiap tahun kita merayakan proklamasi kemerdekaan dan tahun ini kita rayakan untuk ke 80 kalinya dipimpin oleh seorang presiden yang sering disebut 08, Bukan karena kebetulan beliau menjadi presiden yang ke delapan tapi karena beliau diberi nomor punggung 08 dalam tradisi militer.

Dan saya selalu percaya bahwa akhirnya presiden Prabowo memimpin Indonesia setelah diuji niatnya berkali-kali, disingkirkan dan dikalahkan sampai kemudian berada di puncak kekuasaan adalah pertanda baik. Bahwa pada akhirnya seseorang memang dipersiapkan untuk memimpin dekade yang rumit ini Setelah perjalanan panjang yang penuh tantangan.

Maka Delapan dekade yang penuh dengan tantangan, pencapaian, serta perubahan yang membawa kita ke titik ini. Dari detik proklamasi pada tahun 1945, Indonesia telah berkembang menjadi sebuah negara yang berdaulat, demokratis, dan berpengaruh di kancah internasional.

Kita terharu karena Perjalanan panjang ini tidaklah mudah. Indonesia telah melewati berbagai fase: dari masa mempertahankan kemerdekaan, pembangunan ekonomi, hingga era reformasi yang membuka lembaran baru demokrasi. Setiap masa membawa tantangannya sendiri, tetapi juga melahirkan pemimpin-pemimpin yang sesuai dengan zamannya.

Saat ini, dunia menghadapi dinamika global yang sangat cepat. Isu-isu seperti perubahan iklim, geopolitik yang fluktuatif, perang dunia, serta perkembangan teknologi yang mengubah tatanan ekonomi dan sosial global adalah tantangan nyata yang harus dihadapi setiap negara, termasuk Indonesia.

Dalam konteks ini, kehadiran pemimpin seperti Prabowo Subianto, yang telah melalui berbagai dinamika nasional dan internasional, menjadi salah satu faktor penting untuk menjaga stabilitas dan memperkuat posisi Indonesia di panggung dunia.

Pengalaman panjang beliau menjadi modal penting dalam menjaga kesinambungan pembangunan di tengah arus perubahan yang tak terhindarkan, sekaligus memastikan bahwa kepentingan nasional tetap menjadi prioritas utama.

Dengan kepemimpinan yang matang dan berpengalaman, Indonesia diharapkan mampu menghadapi tantangan masa depan dengan lebih percaya diri dan kokoh.

Refleksi 80 tahun kemerdekaan ini bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga tentang bagaimana kita menatap masa depan dengan rasa percaya diri yang dibangun dari sejarah panjang perjuangan bangsa.

Agenda Kepimpinan 08

Dalam sejarah negara, setelah diteliti dari waktu ke waktu maka negara yang menjadi negara maju dan kuat mengikuti agenda agenda yang jelas dan setidaknya itulah yg sejak awal terakumulasi dalam benak presiden prabowo sejak muda. Beliau menyebutnya sebagai STATECRAFT.

Dalam 2 buku utama yang menjadi bahan kampanye beliau: PARADOKS INDONESIA DAN SOLUSINYA dan STRATEGI TRANFORNASI BANGSA serta seluruh ceramah dan wawancara beliau, ada 2 hal utama yg ingin diselesaikan sebagai fondasi kebijakan ke depan.

Pertama, mengakhiri kebocoran dalam seluruh definisinya utamanya korupsi. Kedua, mengakhiri ketimpangan dengan seluruh bentuknya. Dan di atas dua fondasi ini kita melihat keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan keadilan adalah jaminan bagi keberlangsungan hidup bangsa indonesia.

Dengan niat sebesar ini, Kita sangat yakin bahwa Indonesia pada usia yang ke 80 berada pada jalan yang benar yang akan mengkonsolidasi seluruh kekuatan yang dimilikinya di bawah kepemimpinan 08 untuk meneruskan perjalanan ke depan dan untuk menggapai hal-hal yang belum kita dapatkan.

Presiden berkali-kali mengatakan bahwa Indonesia harus menjadi negara maju, karena itu sarat Menjadi negara maju itu batu batanya harus disusun satu persatu. Dimulai dari tegaknya hukum tanpa pandang bulu dilanjutkan dengan pemerataan pembangunan yang menyeluruh ke seluruh pelosok negeri.

Karena itu sekali lagi ingin saya ajak kita untuk melihatnya sebagai sesuatu yang sedang berjalan dengan langkah pasti menuju ke masa depan. Marilah kita melihat kehadiran Pak Prabowo, 08 yang memimpin pada masa delapan dekade ulang tahun Indonesia ke 80 ini sebagai sesuatu yang monumental untuk kita sepakati sebagai titik yang menegaskan langkah dan arah kita ke depan.

Telah berlalu pemimpin demi pemimpin di negeri ini, baik pemimpin sebelum masa republik berdiri maupun delapan pemimpin sampai hari ini: Sukarno(01), Soeharto(02), Habibi(03), Gus Dur(04), Megawati(05), SBY(06), Jokowi(07). Dan hari ini presiden kita yang ke delapan adalah Prabowo Subianto Djojohadikusumo(08).

Prabowo bukanlah yang terbaik di antara kita, tetapi dialah yang oleh sejarah ditempa untuk hadir di masa-masa kita memerlukan kepemimpinan yang berpengetahuan luas dan berpengalaman dalam sejarah Indonesia dan sejarah dunia. Karena itu sambil kita menerima kehadirannya maka tetaplah kita menjadi teman setia.

Sikap sikap yang salah dari cara kita melihat pemimpin di masa lalu harus kita hindari ketika kita meletakkan pemimpin sebagai sesuatu yang tidak mungkin salah sehingga kita berlebihan memujanya saat ia memimpin tapi kemudian ketika ia berhenti kita berlaku kejam seolah pemimpin itu tidak pernah punya kebaikan sama sekali.

cara bersikap seperti ini selayaknya jangan lagi dibiasakan dalam cara melihat kepemimpinan Prabowo Subianto. Maka selayaknya kita tetap bersikap wajar bahwa pada diri pemimpin berlaku hal hal yang manusiawi sifatnya. Prabowo bukanlah manusia feodal, dia tidak suka dihormati secara berlebihan dia ingin kita tetap memajukan akal sehat daripada sikap feodal yang tidak rasional.

Suatu hari dalam kunjungan kenegaraan ke Beijing, dalam satu sarapan pagi yang saya diundang secara khusus bersama beberapa menteri lain, beliau mengajak berdiskusi tentang kenapa mesti berdiri ketika pemimpin masuk ruangan, diskusi itu dipicu karena kami berdiri saat beliau masuk ruang makan . Dan sikap itu sampai sekarang dibiasakan di dalam sidang kabinet meskipun sebagian kita beranggapan bahwa berdiri ketika pemimpin masuk ruangan adalah salah satu tradisi penghormatan yang biasa. Tapi yang saya tau pada waktu itu beliau kritis terhadap sikap berlebihan kepada pemimpin.

Karena artinya, tidak saja pemimpin dan elite yang harus mawas diri, masyarakat juga harus mawas diri dalam cara kita bersikap kepada pemimpin. Sekali lagi, Jangan pemimpin itu dipuja ketika berkuasa lalu setelah dia berhenti dimaki seolah-olah tidak pernah punya jasa.

Penafsir dan Pelaksana

Saya sering mengatakan berkali-kali di banyak tempat, karena pemimpin kita yang sekarang ini adalah seseorang yang dipersiapkan sejarah untuk kembali memimpin Indonesia dalam dekade ke delapan kemerdekaan kita, maka iya memiliki begitu banyak keistimewaan dan kelebihan dibandingkan kita semua termasuk mereka yang menjadi lingkar terdalam dari kekuasaan ini.

Saya misalnya ingin mengambil satu contoh dari jarak yang dimiliki antara kita dan beliau yaitu kepercayaan diri yang luar biasa. Bagaimana bisa belum setahun beliau memimpin Indonesia tetapi beliau sudah menjelma menjadi pemimpin dunia dan bendera merah putih kita berkibar di mana-mana di seluruh dunia adalah satu contoh dan kelebihan yang luar biasa tetapi juga menjelaskan adanya jarak kepercayaan diri Antara kita dengan beliau.

Maka, kita memerlukan penafsir dari mimpi mimpi, cita-cita dan rencana bapak presiden sehingga kita bisa membaca secara tepat dan akurat apa yang menjadi keinginan dan rencananya ke depan baik yang tertulis maupun yang telah menjadi jati dirinya. Prabowo bukan orang baru yang mudah dirayu, apalagi dipuji untuk sekedar Bapak senang, beliau dipersiapkan untuk mengambil opsi yang terbaik sebagai akumulasi pengalaman yg matang. Sekali lagi, kita perlu menggunakan kecerdasan untuk menafsir cita2 mulia beliau.

Setelah itu, kita memerlukan sekelompok operator yang akan menjadi pelaksana yang mengantarkan (men delivery) seluruh janji kampanye dan rencana rencana besar yang telah dikatakan di depan rakyat Indonesia. Menurut hemat saya inilah PR2 penting bagi mereka yang ada di seputar kekuasaan. Presiden yang istimewa ini memerlukan orang yang bekerja mendalam dengan hati dan pikirannya memberikan yang terbaik pada rakyat yg menanti sejak lama.

Jadi, Karena presiden 08 adalah orang istimewa, memimpin Indonesia setelah delapan 8 merdeka sebagai presiden ke 8, saya mengajak kita semua untuk memahami makna dipimpin oleh seorang 08 di hari kemerdekaan kita yang ke 80. Jangan mudah memberi tafsir secara dangkal dan juga jangan gampang bekerja tanpa landasan. Maka rakyat pun wajib memberi penilaiannya apakah semua ini sudah sesuai dengan harapan dan penantian.

Semoga bangsa Indonesia ke depan akan menjadi bangsa yang semakin kuat, maju dan jaya menuntaskan seluruh cita-cita kemerdekaan kita melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut serta dalam perdamaian dunia yang berdasarkan pada perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Merdeka!

Fahri Hamzah

Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Perumahan (PKP) RI, Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia

Tom, Hasto, dan Rekonsiliasi

Partaigelora.id-Presiden Prabowo Subianto untuk memberikan amnesti kepada Hasto Kristiyanto dan abolisi kepada Tom Lembong merupakan langkah berani dan strategis di tengah suasana politik yang masih diliputi bayang-bayang polarisasi. Keduanya bukan sekadar tokoh politik, tetapi simbol dari dua kutub besar yang sempat membelah masyarakat pasca-Pilpres 2024.

Reaksi cepat dari Pimpinan DPR RI, khususnya Prof. Sufmi Dasco Ahmad, yang merespons dan menyambut baik langkah Presiden, memperlihatkan sinyal kuat bahwa negara ingin menutup buku lama dan membuka lembaran baru rekonsiliasi nasional. Apalagi keputusan ini hadir di saat yang sangat simbolik: menjelang peringatan 80 tahun Proklamasi Kemerdekaan RI.

Bagi saya pribadi, ini adalah kabar yang menggugah hati. Di tengah suara-suara yang terus memelihara perpecahan, Presiden justru hadir dengan ketegasan, memanfaatkan kewenangannya secara konstitusional untuk meredam bara yang bisa membakar persatuan.

Perlu dicatat, Presiden Prabowo sebelumnya menolak untuk mengintervensi proses hukum, menghormati independensi kekuasaan yudikatif. Namun dalam konteks amnesti dan abolisi, konstitusi memberi ruang bagi kepala negara untuk bertindak sebagai penentu arah kebangsaan.

Langkah ini bukan sekadar simbol. Di antara 1.116 orang lainnya yang mendapatkan remisi menjelang Hari Kemerdekaan, dua nama menonjol: Hasto dan Tom. Figur yang dalam beberapa bulan terakhir menjadi sumber kontroversi dan konflik di ruang publik. Banyak yang melihat proses hukum terhadap Hasto sebagai bentuk ‘balas dendam’ atas sikap politik PDIP. Sebaliknya, sebagian menilai kasus Tom Lembong bermuatan politis karena kedekatannya dengan kubu Anies-Muhaimin.

Jagat maya kita pun sempat dipenuhi narasi saling menyalahkan. Tapi mari kita jujur: proses hukum tetap harus dihormati, dan tidak semua bisa serta-merta dikaitkan dengan pemerintahan baru. Namun, justru karena itu, tindakan Presiden Prabowo menjadi titik balik: menunjukkan bahwa pemimpin harus bisa menatap ke depan, melampaui dendam dan luka masa lalu.

Saya percaya, keputusan ini akan dikenang sebagai salah satu contoh terbaik penggunaan kewenangan eksekutif untuk menyatukan, bukan memecah. Terutama di tengah situasi global dan kawasan yang sedang tidak stabil—bahkan ASEAN mulai menunjukkan gejala konflik internal—Indonesia justru menunjukkan kedewasaan politik dan kekuatan sosial yang luar biasa.

Rekonsiliasi harus dimulai dari atas, dari para elite politik, agar menjalar ke masyarakat. Kita harus menyambut Agustus ini bukan hanya dengan upacara dan seremonial, tetapi dengan tekad memperkuat persaudaraan sebagai sesama anak bangsa.

Saya mengucapkan selamat kepada Mas Hasto dan Bung Tom atas kebijakan ini. Dan saya menyampaikan apresiasi kepada Presiden Prabowo serta pimpinan DPR yang telah bertindak cepat dan tepat. Ini adalah langkah penting dalam perjalanan menuju Indonesia yang lebih bersatu, adil, dan dewasa.

Fahri Hamzah
Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia

Putusan MK RI No.135

Partaigelora.id-Kewenangan Mahkamah Konstitusi Republik indonesia (MK RI) sebagai Penafsir Konstitusi. MK RI memiliki kewenangan untuk menafsirkan konstitusi dan memutus apakah suatu undang-undang bertentangan dengan UUD 1945. Putusan MK bersifat final dan binding.

Dalam Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi III DPR RI meminta pandangan para ahli diantaranya mantan ketua MK RI. Patrialis Akbar yang menyatakan “Kita bisa memberikan ukuran putusan MK sesuai konstitusi atau tidak, …tidak ada suatu kewajiban melaksanakan suatu putusan yang tidak sesuai konstitusi, tetapi pada prinsipnya Putusan MK final.”

Bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MK RI) Nomor 135/PUU-XXII/2024 memiliki dampak signifikan terhadap Hukum Administrasi Negara (HAN), terutama terkait dengan penyelenggaraan pemilu dan kewenangan lembaga-lembaga pemerintahan.

Isi Putusan MK Nomor 135/PUU-XXII/2024 menyatakan pemisahan Pemilu Nasional (pemilihan presiden/wakil presiden, anggota DPR/DPD) dan Pemilu Daerah (pemilihan kepala daerah, anggota DPRD). Pemilu lokal atau daerah akan diselenggarakan paling singkat 2 tahun atau paling lama 2,5 tahun setelah pemilu nasional.

Debat mengenai apakah Putusan MK RI Nomor 135/PUU-XXII/2024 melanggar Konstitusi, khususnya Pasal 22E sedang ramai diperbincangkan.

Pasal 22E UUD 1945 menyatakan:
Pasal 22E ayat (1): “Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.”

Pasal 22E ayat (2): “Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.”

Putusan MK Nomor 135/PUU-XXII/2024 yang memisahkan Pemilu Nasional (Presiden/Wakil Presiden, DPR, DPD) dan Pemilu Daerah (Kepala Daerah, DPRD) dengan jeda waktu tertentu (paling singkat 2 tahun atau paling lama 2,5 tahun) memicu perdebatan sengit terkait interpretasi makna atas norma “…setiap lima tahun sekali”

Argumen yang menyatakan putusan ini berpotensi melanggar Konstitusi (khususnya Pasal 22E):

A. Interpretasi Harfiah. “Setiap Lima Tahun Sekali”

Putusan ini melanggar konstitusi berargumen bahwa Pasal 22E ayat (1) secara tegas menyatakan bahwa pemilihan umum secara keseluruhan (yang mencakup semua jenis pemilu yang disebutkan dalam ayat 2) harus dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Dengan memisahkannya, secara de facto, ada jenis pemilu yang tidak lagi terjadi setiap lima tahun dari pemilu sebelumnya, melainkan dengan siklus yang berbeda.

B. Potensi “Constitutional Deadlock”

Saya menilai dan ada beberapa pihak, termasuk Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani (Ketua MPR RI) dan Ketua K3 (Komisi Kajian Ketatanegaraan) MPR Taufik Basari, khawatir bahwa jika putusan MK ini dilaksanakan, akan terjadi pelanggaran terhadap konstitusi itu sendiri.

Misalnya, jika masa jabatan DPRD tidak bisa atau diperpanjang atau dikosongkan selama jeda 2 (dua) tahun tersebut, hal itu akan melanggar Pasal 18 ayat (2) dan (3) UUD 1945 yang mengharuskan pemerintah daerah memiliki DPRD yang dipilih melalui pemilu.

Melalui putusan ini bahwa MK telah mengambil peran sebagai “positive legislator” (membuat norma baru) daripada “negative legislator” (membatalkan norma yang bertentangan dengan UUD).

C. Pencurian Kedaulatan Rakyat.

Bahwa pemisahan ini berpotensi mengurangi atau menghilangkan kedaulatan rakyat karena jeda waktu tersebut dapat menimbulkan kekosongan representasi atau masa transisi yang tidak jelas bagi lembaga-lembaga yang dipilih.

D. Inkonsistensi Putusan MK RI.

Bahwa melihat pada beberapa putusan MK RI terkait Pemilu dan beberapa point pertimbangan MK RI dalam putusan Nomor 135/PUU-XXII/2024 pernah dijadikan dalil dalam Judicial review Keserentakan Pemilu dengan Pemohon Partai Gelora Indonesia, diantaranya: 1. Beban Kerja Penyelenggara Pemilu, 2. Hilangnya fokus Pemilih, 3. Pelemahan peran Partai Politik, dan. 4. Isu Pilpres dengan isu kedaerahan.

Namun. MK RI menolak judicial review tersebut dengan mengatakan dalam pertimbangannya, diantaranya: Tidak ada sesuatu yang mendesak sehingga sistem pemilu perlu tidak diubah dan pelaksanaan Pemilu masalah teknis penyelenggara.

Bahwa menurut DR. Jamaludin Ghofur. SH., M.H dalam diskusi dengan saya, dikatakan: “Semua dikembalikan kepada DPR dan Pemerintah mau ditindak lanjutin atau tidak keputusan MK tersebut dengan konsekuensi hukumnya, dan kedepannya MK RI perlu diberi rambu-rambu agar lembaga ini tidak menjadi simbol otoritarianisme baru.”

Berikut adalah dampak² putusan ini terhadap Hukum Administrasi Negara:

  1. Perubahan Tata Kelola Pemilu dan Lembaga Penyelenggara Pemilu;
  2. Perubahan Undang-Undang Pemilu dan Pemilihan Kepala Daerah;
  3. Aspek Hukum Administrasi Negara dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
  4. Implikasi terhadap Prinsip Umum Penyelenggaraan Pemerintahan dalam hal Kepastian Hukum dan Efektivitas serta Efisiensi.

Secara keseluruhan, Putusan MK Nomor 135/PUU-XXII/2024 mengharuskan adanya penyesuaian dan reformasi signifikan dalam aspek-aspek Hukum Administrasi Negara yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu dan tata kelola pemerintahan,khususnya pada tingkat daerah. Namun menimbulkan Polemik Hukum baru atas Putusan a quo.

Ahmad Hafiz. SH.,C.CLA
Direktur LBH Gelora Indonesia
Sekjend Konstitusional Properti indonesia.
Waka Badan Advokasi Bantuan Hukum DPP Gelora Indonesia

Iran, Mossad, Hamas, dan Proyeksi Axis of Resistance.

Partaigelora.id-Terbunuhnya Pimpinan Hamas Ismail Haniyah di Iran adalah murni operasi intelijen Israel, Mossad. Operasi intelijen Israel ini sifatnya reguler di negara negara muslim, baik Iran atau di berbagai negara lainnya.

Mossad aktif beroperasi di berbagai negara muslim, dari timur tengah sampai eropa, dari Asia Barat sampai Asia tenggara.
Hanya saja, tidak semua rencana mossad berjalan lancar. Di Turki, Qatar, Nigeria, Oman, misalnya, mossad mengalami kesulitan paling akut dalam menjalankan operasi nya.

Iran sendiri adalah “special case”, karena Iran sejak 1979 adalah negara musuh Israel, negara yang benar-benar ada dalam situasi “perang dingin” dengan Israel. Beda dengan Qatar, Turki, dan beberapa negara lain, Israel kesulitan di Qatar karena hubungan baik antara rezim Al Khalifa Qatar dengan Ikhwanul muslimin yang cukup kuat sejak puluhan tahun silam.

Di Turki, sejak Erdogan naik tahta, nyaris mossad disweeping dan dibersihkan, bahkan hal seperti ini dilakukan Turki sampai detik ini. Dalam dua tahun terakhir saja misalnya, Turki menangkap kurang lebih 1000 an orang yang terkoneksi dengan jaringan Mossad.

Operasi intelijen Israel mossad juga tidak luput terjadi di Palestina itu sendiri, di Jalur Gaza dan tepi Barat banyak agen Israel berkeliaran dan menjalankan misinya. Hanya saja di Gaza, sejak hamas menguasai jalur Gaza secara full sejak 2007, Agen agen mossad mengalami kesulitan tingkat tinggi dalam menjalankan aktivitas nya.

Sebagai contoh, pada perang besar terakhir antara Israel dan Hamas sebelum 7 Oktober, Hamas menangkap dan mengeksekusi mati kurang lebih 20 an orang agen intelijen yang berafiliasi dengan mossad.

Massif nya aktivitas mossad di seluruh Timur Tengah inilah yang menyebabkan banyak tokoh tokoh Iran dan tokoh tokoh Axis of Resistance dieliminasi Israel, Dari tokoh Hizbullah, Jihad Islami, Houthi di Yaman, Hamas, Kataib Fathimiyah Suriah, Kataib syuhada Irak dll.

Pusat operasi Mossad di timur tengah ada di Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan sekarang bertambah Mesir pasca lengserkan Muhammad Mursi. Mesir dari dulu sampai sekarang adalah strong hold bagi aktivitas mossad kecuali hanya di era Mursi.

Negara lain yang sangat aktif membantu mossad antara lain seperti Bahrain dan Jordania. Selain Turki, Qatar dan Iran, hampir semua negara di Timur Tengah aktif mensupport operasi Mossad.

Kembali ke “special case” Iran, Iran posisinya beda dengan Turki dan Qatar. Iran adalah negara yang mengalami embargo full dari barat, pemboikotan senjata, alutsista, ekonomi, ekspor impor, dan hampir seluruh aspek di Iran mengalami embargo barat.

Iran adalah “Common Enemy” bagi semua sekutu Israel, dari AS sampai eropa. Itulah kenapa, Iran mengalami sasaran intelijen Israel, Inggris, Prancis, AS, dan semua sekutunya paling parah sepanjang tahun setiap saat. Tidak ada negara di Timur Tengah yang mengalami sasaran intelijen asing paling hebat seberat apa yang dialami Iran.

Faktor inilah yang membuat Iran memutuskan membangun proxy besar pro Iran di seluruh timur tengah. Mulai dari Hizbullah sejak 1982, menyebar ke Irak dan Suriah setelahnya, Houthi di Yaman pasca Arab spring, dan Iran akhirnya memutuskan membackup Hamas sejak era 1990 an.

Sampai saat ini, Iran memiliki proxy militer paling besar di dunia, Iran membawahi tidak kurang 250.000 milisi bersenjata di seluruh timur tengah, termasuk Hamas di jalur Gaza.

Dalam sejarah perang dan konflik Palestina-Israel atau Hamas-Israel sejak Hamas berdiri, Iran adalah negara satu satunya yang konsisten memberikan support ke Hamas tanpa lelah. Sejak tahun 2000an, Iran mensupport kurang lebih 300 – 400 juta dolar setiap tahun kepada Hamas. Baik Gaza Dalam kondisi damai atau dalam kondisi perang dengan Israel.

Bantuan Iran ke Hamas adalah bantuan terbesar Iran kepada faksi bersenjata aliran Sunni di seluruh dunia. Tidak ada negara yang konsisten membantu hamas dengan angka sebesar itu setiap tahun. Termasuk bantuan Qatar dan Turki itu sendiri.

Axis of Resistance atau poros proxy Iran di seluruh timur tengah, dari Hamas sampai Houthi, dari Irak sampai Suriah, semua menginduk ke Iran. Baik militer maupun finansial.

Negara negara sunni sendiri abai dan termasuk tidak terlalu peduli dengan Palestina, termasuk arab Saudi yang merupakan salah satu negara yang sangat menginginkan damai dengan Israel dalam proyek Abraham Accords, dan paling menginginkan Hamas tidak ada.

Terhadap apa motivasi Iran dalam membantu hamas, itu adalah poin yang tidak penting. Yang paling penting adalah ril bantuan kepada Hamas dan Palestina terutama ketika mereka membutuhkan bantuan itu untuk melawan Israel, baik dana, diplomasi, maupun senjata.

Terkait apa motivasi Iran di seluruh kawasan Timur Tengah dengan semua proxy mereka melawan Israel atau hegemoni AS, itu soal soal lain yang tidak terlalu penting bagi kaum muslimin di dunia.

Faktanya di lapangan, Iran adalah negara paling kokoh dalam mendukung Hamas dalam melawan penjajahan Israel. Tanpa Bantuan Iran, kita tidak akan melihat kekuatan Hamas yang terus bertumbuh, dari melempar batu kerikil sampai mampu memproduksi roket jarak jauh yang mampu menembus ke jantung kota Tel Aviv.

Banyak negara lain ikut membantu Hamas, termasuk Turki, Qatar, Malaysia, Indonesia dll. Tapi bantuan Iran adalah yang paling signifikan dan paling impact full bagi perkembangan militer Hamas terutama.

Hamas hari ini mampu menjadi ancaman eksistensi bagi Israel, salah satunya karena keterlibatan Iran yang terus memberikan berbagai support. Dari dana, intelijen, penasehat militer, sampai transfer teknologi ke jalur Gaza.

Terbunuhnya pimpinan Hamas di Iran tidak bisa menutup fakta bahwa Iran adalah salah satu negara tujuan berlindung tokoh tokoh hamas selain Qatar dan Turki.

Soal kegagalan intelijen yang dialami Iran sehingga terjadi pembunuhan terhadap pimpinan Hamas, hal ini bisa terjadi kapan saja dan kepada negara mana saja secara unpredictable. Semua negara hampir pernah mengalami kegagalan intelijen maupun konter intelijen.

Israel sendiri yang memiliki dua dinas rahasia yang katanya sangat digdaya, yaitu Shin Bet dan Mossad. Mereka sendiri mengalami kegagalan intelijen sangat fatal di tanggal 7 Oktober 2023 lalu saat Hamas menyerang dan membunuh 1400 orang Israel dalam sehari. Ini adalah sejarah kelam bagi Israel sejak kejadian Holocaust pada perang dunia II.

Soal soal kegagalan intelijen adalah hal hal yang tidak bisa presisi terprediksi dengan baik. Iran dengan kategori negara dengan sasaran intelijen asing sekutu Israel paling parah, sejauh ini bisa dikatakan masih under control.

Mossad tidak sendirian dalam beroperasi, tanpa bantuan AS, dan semua sekutunya di eropa, mustahil operasi intelijen untuk mengeliminasi pimpinan Hamas bisa terwujud. Izin membunuh pimpinan Hamas adalah murni lampu hijau dari AS, saat Netanyahu berkunjung ke AS dua pekan lalu dan berpidato di kongres.

Netanyahu di kongres AS waktu itu meminta bantuan senjata, dana, intelijen, approval dalam segala bidang untuk melawan Hamas. Netanyahu berkata di depan kongres AS: Give us a tools and we will finish the job.

Kondisi Axis of Resistance setelah terbunuhnya Ismail Haniyah secara substansial tidak terpengaruh, hanya memang membutuhkan waktu untuk Hamas untuk melakukan reformasi organisasi, penataan intelijen, dan konsolidasi internal sambil terus melakukan perang di jalur Gaza melawan Israel.

Axis of Resistance masih menjadi tumpuan harapan besar bagi proses melawan penjajahan Israel, saat Hamas sendiri tidak bisa berharap kepada negara sunni lain di timur tengah.

Mencela Iran karena terbunuhnya pimpinan Hamas Ismail Haniyah adalah sikap dangkal dalam memahami Geopolitik secara utuh, dan sikap ini bagian dari kebodohan umat Islam dalam memahami peta musuh dan strategi Israel secara mendasar.

Mencela Iran karena kegagalan intelijen tanggal 31 Juli kemarin adalah upaya melokalisir dan mempersempit masalah, upaya untuk menyerang Iran sebagai negara Syiah untuk membenturkan umat Islam, karena sesungguhnya perang yang terjadi gak ada kaitannya dengan Sunni atau Syiah. Ini murni konflik Geopolitik dengan semua dimensi nya.

Perang kedepannya adalah “atrition war”. Bahkan Israel yang merasa saat ini menang sebenarnya adalah pihak yang kalah dan akan bisa dikalahkan dimasa depan.

Pembunuhan demi pembunuhan yang dilakukan Israel kepada tokoh dan pimpinan Axis of Resistance adalah upaya Netanyahu untuk mentrigger perang kawasan yang lebih besar. Dengan tujuan mendorong AS terlibat melawan Iran dan semua proxy nya.

Iran dan Axis of Resistance tidak perlu terpancing untuk perang melawan Israel skala all out war. Karena itu justru menguntungkan Israel dan sekutunya. Justru itu akan membuat Axis of Resistance dimasa depan akan melemah. Perang 9 bulan selama ini trend nya positif terhadap Palestina secara Geopolitik. Dan ini negatif bagi Israel dan sekutunya di seluruh kawasan.

Jika Iran melakukan perang besar saat ini untuk melawan Israel, justru inilah yang diinginkan Israel, semua provokasi Israel bertujuan menumbangkan rezim Iran yang merupakan payung bagi semua poros Axis of Resistance.

Israel membutuhkan perang besar, yang dengan itu dia ingin memastikan keterlibatan AS untuk membuat Iran seperti Irak. Dan ujung di semua proses ini adalah melemahkan semua faksi perlawanan terhadap Israel sehingga peristiwa 7 Oktober tidak terulang kembali.

Iran dan Axis of Resistance perlu terus menjaga nafas perlawanan dan tidak perlu masuk dalam perangkap provokasi Netanyahu. Pemenang perang atrisi adalah bukan yang paling kuat, tapi siapa yang paling bisa bertahan lama dan beradaptasi dengan perang dan strategi musuh.

Tengku Zulkifli Usman
Pengamat GeoPolitik, Pengurus DPP Partai Gelora, dan Dewan Pakar TKN Prabowo Gibran Bidang Hubungan Internasional.

Kemana arah Perang Iran-Israel?

Partaigelora.id-Serangan Iran ke Israel yang dilakukan pekan lalu adalah sebatas serangan balasan atas apa yang dilakukan Israel di suriah pada kedutaan Iran tanggal 1 April.

Serangan Iran ini sesuai dengan hukum internasional dan konvensi PBB soal hak hak dan keamanan properti dan aset diplomatik.

Iran melakukan serangan terbatas dengan menargetkan hanya aset aset militer Israel dan tidak menargetkan rakyat sipil.

Iran menyerang dengan alasan yang jelas dan payung hukum internasional yang jelas. Israel tidak membalas juga karena alasan Geopolitik yang jelas dengan kalkulasi yang jelas. Bukan karena konspirasi.

Rapat kabinet perang Israel selama 3jam tidak menghasilkan keputusan apapun soal pembalasan terhadap iran, PM Israel Netanyahu menolak melakukan serangan balasan langsung walaupun didesak oleh menteri pertahanan Yoav Gallant dan oposisi utama Israel Benny Gantz.

Kondisi Geopolitik global memang seperti tidak mentolerir Adannya perang baru yang serius pecah di belahan dunia manapun, perang yang sedang berlangsung saat ini antara Rusia dan NATO di Ukraina sudah menjadi beban sangat berat bagi dunia.

Jika pecah perang antara Israel dan Iran dalam skala penuh, maka seluruh kawasan Timur Tengah akan terbakar, perang ini juga akan merembet ke perang global dengan melibatkan semua kekuatan utama dunia. Ini cost nya sangat tinggi.

Iran dan Israel adalah dua negara yang sama sama memiliki senjata nuklir dan internasional backer. Konfrontasi langsung kedua negara ini ibarat miniatur konfrontasi AS dengan Rusia.

Iran dan Israel sangat memahami konsekuensi perang langsung antara mereka berdua. Perang antara mereka bukan hanya memukul mereka di Medan perang, tapi akan memukul seluruh dunia.

Serangan Langsung Iran untuk pertama kali dalam waktu 45 tahun ini setidaknya meninggalkan pesan yang jelas dalam lanskap Geopolitik, bahwa Israel berada pada posisi yang lemah.

Israel tidak mampu menangkal semua rudal Iran yang ditembakkan pekan lalu, 90% misil Iran dicegat oleh AS, inggris dan Prancis lewat jaringan mereka di timur tengah. Bukan oleh Israel sendiri.

Iran akan belajar dari serangan ini, kenapa ada rudal yang gagal mendarat dan senjata apa yang dipakai musuh untuk menjatuhkan rudal Mereka. Ini akan memberikan pelajaran kepada Iran untuk melakukan serangan yang lebih presisi dan lebih sukses di masa masa mendatang.

Serangan Iran tidak dilihat dari berapa rudal yang sukses menghantam sasaran, dan tidak dilihat dari berapa korban yang jatuh. Tapi ini dilihat sebagai perkembangan signifikan dalam perimbangan kekuatan di timur tengah antara Iran dan Israel dengan semua proxy mereka.

Iran dan Israel bertindak dengan kesadaran penuh akan garis finish yang akan mereka capai jika eskalasi ini terus berlanjut. Maka sekutu Israel dalam posisi yang tepat melakukan tekanan kepada Israel untuk tidak melakukan balas dendam.

Cost perang Iran dan Israel dengan skala penuh tidak akan mampu dipikul oleh kondisi dunia saat ini yang tidak stabil. Itulah mengapa perang ini sangat menjadi perhatian dunia agar eskalasi tidak meningkat.

Perang Iran dan Israel skala penuh bukan hanya akan berdampak pada kehancuran efek senjata, tapi dunia akan mengalami pukulan ekonomi sangat keras apabila perang ini pecah. Semua sekutu Iran dan sekutu Israel tidak menginginkan ini terjadi.

Timur Tengah, laut merah, terusan Suez, selat Hormuz, adalah rute perdagangan super penting dunia. Perang Israel dan Iran akan langsung melumpuhkan 50% perdagangan dunia. Ini akan menjadi bencana.

Perang Israel dan Iran skala penuh hanya akan terjadi jika AS dan Rusia sudah siap head to head. Itu artinya masuk gerbang perang dunia ketiga. Itulah kenapa dunia masih tidak mampu memikul beban ini.

Iran dan Israel sama sama merasakan luka di Medan perang, tapi luka itu harus disikapi dengan bijaksana daripada harus mendapatkan luka lebih besar di kedua belah pihak dan bahkan luka bagi dunia. Dititik ini Iran dan Israel dituntut berpikir lebih rasional dan tidak gegabah melangkah lebih jauh.

Israel tidak akan masuk perang kawasan tanpa support dari AS, dan posisi AS saat ini tidak siap membackup Israel maksimal. Begitu juga sebaliknya, Iran tidak akan masuk ke perang kawasan kecuali ada support yang ril dari Rusia dan seluruh sekutunya. Tanpa itu, Iran akan sangat beresiko masuk dalam perang kawasan. Itulah bedanya mindset negara kuat saat menghadapi kondisi genting seperti ini.

Kondisi Geopolitik global saat ini yang sangat tidak stabil efek perang Ukraina dan perang Palestina yang masih berlangsung, tidak memungkinkan adanya perang di front baru, dimana pun itu. Kecuali kekuatan super power sudah siap memasuki perang dunia.

Keberanian Iran menyerang langsung Israel, setidaknya mengubah arah Geopolitik kawasan, dan ini sangat memukul Israel secara mental dan wibawa. Lembaran baru Geopolitik timur tengah akan segera dibuka.

Serangan Iran pekan lalu dengan 170 drone, 30 Cruise missile, dan 120 balistic missile adalah pesan yang jelas dari Iran. Bahwa kapan saja Israel melakukan serangan terhadap Iran dan seluruh proxy nya. Iran akan langsung membalas secara langsung dan tanpa peringatan.

Eskalasi perang Israel dan Iran kali ini mengubah cara pandang Israel soal timur tengah dan proxy Iran. Setidaknya membuat Israel akan lebih hati-hati dalam menyikapi Iran dan dunia Islam di masa masa mendatang.

Lebih jauh, kemampuan Iran menembak 300 an serangan ke Israel dalam satu malam, menjelaskan bahwa AS dan Israel kehilangan kapabilitas untuk menggertak Iran dan kehilangan daya deterrence mereka di seluruh kawasan. Yang akan berefek jauh pada posisi keseimbangan regional dan global.

Tengku Zulkifli Usman
Pengamat Geopolitik, Wakil Ketua Bidang Narasi Partai Gelora Indonesia

Berakhirnya Pesta Guru Besar, Mengapa Kampus Terlambat Mengambil Sikap?

Partaigelora,id – INILAH situasi dari pergerakan kampus sekarang. Gagal di tingkat mahasiswa, lalu naik ke tingkat Guru Besar. Fenomena apakah ini? Ini pengalaman pribadi saya.

Kaum Kanan

Saya adalah seorang kader yang sering diistilahkan kaum kanan. Saya dibesarkan oleh Masjid kampus di zaman Orde Baru, dan memiliki kegemaran untuk berkeliling dari kampus ke kampus. Tidur di Masjid kampus, untuk kemudian mendiskusikan apa yang terjadi di dalam kampus, termasuk di luar kampus, pada masa penghujung Orde Baru.

Di kalangan kaum kanan, kami punya kode-kode tentang peta kampus, khususnya peta mahasiswa di kampus. Kami disebut juga sebagai anak Mushola, anak-anak yang saban hari bikin pengajian. Memang ini adalah semacam eksklusivisme, tetapi pada dasarnya pada usia seperti itu, adalah sesuatu hal yang lumrah.

Gara-gara eksklusivisme, soal penampilan saja, misalnya, sebagai pengurus Masjid, saya berkali-kali dipanggil pihak Dekanat, bahkan Rektorat, dan juga Ketua Masjid Kampus, untuk diinterogasi karena dianggap sedang menyebarkan aliran garis keras.

Pada waktu itu, di awal tahun 90-an, memang banyak penampilan yang dianggap aneh di dalam kampus. Teman-teman yang cewek mulai berjilbab dan sebagian yang cowok, mulai berjenggot tipis. Lucu sih, saya juga termasuk. Ada juga yang bercelana cingkrang, tapi belum banyak kayak sekarang. Waktu itu mengucap salam saat bertemu orang lain, belumlah terbiasa. Ucapan salam saja bisa dianggap aneh dan mendapat perhatian.

Dalam sistem represif Orde Baru pada waktu itu, semua kecurigaan negara pada penampilan mahasiswa di dalam kampus ditumpahkan kepada Pembantu Dekan III dan Pembantu Rektor III yang mengurusi kemahasiswaan. Tapi saya memang punya kegemaran ngobrol dan berbicara dengan para dosen, sehingga alih-alih menjadi lawan, malah saya bisa berteman.

Kegemaran saya berdialog tidak saja lintas usia, tetapi juga lintas pergerakan. Ini membuat saya bisa membaca seluruh peta di dalam kampus, mulai dari teman-teman yang hanya belajar atau yang disebut kutu buku, para aktivis kampus, sampai pada teman-teman yang tidak ada anasir ideologis atau politik seperti peminat olah raga, seni, Menwa, pencinta lingkungan, dan lain-lain.

Secara umum, teman-teman yang lebih cenderung menjadi mahasiswa yang rajin belajar ini biasanya menjadi sumber massa mengambang, kalau terjadi Pemira (Pemilu Raya) Mahasiswa untuk Senat Mahasiswa atau Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) istilah saat ini. Sementara, saya sebagai kader kaum kanan terus berdialog dengan seluruh spektrum kaum kanan yang ada. Akibat dialog yang intensif dan panjang, akhirnya saya mulai bergerak ke tengah.

Kaum Kiri

Nah, siapakah kaum kiri? Bagi kami (kaum kanan), semua mahasiswa yang dianggap punya kecenderungan untuk berpikir liberal dan terlihat berani (berani membangun narasi perlawanan, termasuk terhadap kaum kanan), kami sebut saja sebagai kaum kiri atau kelompok kiri.

Setelah keluar dari kampus dan banyak membaca sejarah, saya jadi tahu bahwa politik mahasiswa di dalam kampus hanyalah turunan dari politik aliran yang ada di luar kampus. Mereka yang berada di kanan, langsung maupun tidak, anak cucu dari politik Masyumi di masa lalu. Sementara mereka yang berada di kiri adalah anak cucu dari politik PKI, PSI (Partai Sosialis Indonesia), dan sebagian PNI.

Sebagaimana kaum kanan, kaum kiri pun terbagi dalam berbagai spektrum yang menggambarkan tingkat kekentalan ideologinya. Yang paling kiri dari kaum kiri adalah yang mengambil gagasan yang sangat radikal seperti anti-agama. Biasanya ini menjadi ‘lawan perang’ secara terbuka dengan anak-anak Masjid atau Mushola.

Sementara yang paling kanan dari kaum kanan adalah mereka yang berjalan dengan ideologi agama yang sangat kental dan puritan. Bermimpi atau bercita-cita menegakkan sistem Islam (anak Tarbiyah dan HTI) dan berikhtiar untuk menjalankan perintah agama pada level pribadi secara menyeluruh alias kaffah.

Tetapi, sejauh tidak ada kompetisi Pemira Mahasiswa, maka kaum kiri dan kanan ini damai-damai saja dan tidak ada pertengkaran berarti, karena tidak ada yang diperebutkan. Namun kalau sudah ada Pemira Mahasiswa, maka ketegangan muncul dan tak jarang memercikkan api.

Memang, mahasiswa sekarang terlihat lebih netral, seperti tidak lagi terbawa oleh pakem politik aliran. Dunia sekarang ini sudah terlalu bebas dan memungkinkan kita melihat kenyataan dengan kacamata yang lebih lebar. Sehingga provokasi terhadap mahasiswa di kampus relatif gagal mengkonsolidasikan hubungan tradisional mereka dengan politik aliran seperti dulu.

Mungkin inilah yang menjelaskan kenapa gerakan mahasiswa tidak tampak memberikan respon yang kuat terhadap provokasi dan kampanye negatif kepada pemerintah. Apalagi pada dasarnya partai politik juga tumbuh tanpa ideologi yang jelas atau tanpa warna. Tidak terlalu jelas apa beda antara satu partai (kelompok) dengan partai (kelompok) lain. Ide-ide besar tidak lagi didiskusikan sehingga mempersulit mereka masuk menggalang kelompok mahasiswa sekarang.

Maka yang terjadi adalah kampus tidak lagi bergerak atau benar-benar digerakkan oleh mahasiswa. Mahasiswa sekarang digerakkan oleh sisa-sisa pergerakan yang dulu terjadi di tingkat dosen dan guru besar yang masih terjangkiti oleh politik aliran. Mereka sebetulnya korban dari politik di zaman Orde Lama dan Orde Baru yang tidak bisa lagi menularkan ideologinya kepada mahasiswa. Tadinya mereka berharap mahasiswa bisa tetap bergerak, sehingga mereka bisa tampil lebih elegan. Harapan mereka salah dan salah juga membaca dunia yang terus berubah.

Profesor Kiri dan Jokowi

Karena itu, dapat dibayangkan, selama Joko Widodo (Jokowi) menjadi presiden dan birokrasi negara dipengaruhi oleh ideologi kiri atau disimbolkan dengan warna merah. Kampus sangat dikangkangi oleh kegiatan dan kebebasan kaum kiri liberal merah ini. Inilah yang kita rasakan lebih kurang delapan tahun belakangan, sampai mereka meninggalkan Jokowi yang tidak mereka duga, justru bergerak ke tengah.

Selama itu, di bawah pengaruh ide kiri merah, kampus begitu ditekan dan terkekang. Bahkan, saya pernah menjadi korban karena tidak boleh berceramah di kampus UGM hanya karena pada waktu itu saya bukan pendukung pemerintah. Meskipun saat itu saya adalah Pimpinan DPR RI yang justru menangani sektor pendidikan. Bukannya disambut secara baik oleh UGM, saya malah ditolak begitu saja tanpa seorang pun pembela.

Kebebasan kampus benar-benar dimatikan. Tidak ada cerita kritis kepada pemerintah. Para guru besar pun seperti menikmati permainan politik untuk mengatur agar aparat-aparat kampus dalam tugas-tugas birokrasi, berada dalam satu komando.

Mereka mencurigai kelompok kanan yang sudah lama bertugas. Sehingga ada banyak sekali orang-orang yang pintar dan potensial disingkirkan dari tugas-tugas penting karena alasan doktrin bahwa kampus telah disusupi oleh kaum radikal kanan.

Saya sendiri yang dulu bertugas sebagai pengawas dunia pendidikan banyak sekali mendengar gerakan mereka ini dengan slogan, “sSya Pancasila Saya Indonesia”. Dengan slogan ini mereka babat habis kelompok-kelompok kritis, sehingga hampir tidak ada lagi para mahasiswa kritis yang keluar dari kampus-kampus besar.

Para dosen begitu tertekan dan memilih diam seribu bahasa. Inilah pesta pora besar kaum kiri dan merah ekstrim, yang menjadikan kampus-kampus, serta semua lembaga pendidikan sebagai cara mengontrol negara atas kebebasan.

Bahkan, mereka juga berhasil mengubah lembaga penelitian yang begitu banyak, sehingga berada dalam satu induk organisasi yang terpusat. Setelah sukses mendirikan lembaga yang dimaksud, mereka mengontrol ideologi negara. Mereka juga merencanakan lahirnya Undang-Undang yang mereka sebut sebagai Haluan Ideologi Pancasila (HIP).

Semua ini tidak lain dan tidak bukan adalah kerja untuk mengekang kebebasan dan keberagaman yang sudah berkembang seperti jamur di musim hujan, dalam tradisi kita berdemokrasi, pasca runtuhnya Orde Baru 1998.

Sekali lagi, pesta kaum kiri merah ini hampir tuntas sampai kemudian kita kembali ke tengah. Kaum kiri merah menjadikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam politik Indonesia yang banyak diwarnai oleh kaum kanan untuk distorsi atau bahkan dihapus. Mereka menganggap itu sebagai membahayakan ideologi negara dan oleh sebab itu, mereka bergerak cepat dengan alasan “menyelamatkan ideologi negara”. Mereka melakukan pengecekkan terhadap kebebasan, terutama di kampus dan lembaga pendidikan serta penelitian.

Dengan menggunakan Undang Undang ITE, kegiatan melawan kebebasan mereka lakukan. Media, termasuk menjadi objek dari serangan mereka dan ketika negara secara langsung atau tidak langsung melakukan eksekusi kepada banyak ulama dan aktivis Islam, para guru besar ini dapat diduga ikut terlibat secara langsung atau tidak langsung, melalui keahliannya.

Pesta Berakhir

Inilah akhir dari rencana mereka untuk menutup segala peluang Indonesia menjadi maju dan mandiri. Karena ideologi kiri merah ini telah bersekutu dengan kekuatan global untuk mengontrol pertumbuhan dan kemajuan Indonesia, serta mengendalikan kegiatan perekonomian dan investasi yang merupakan kepentingan dari negara-negara lain.

Sekarang, pesta pora itu akan berakhir. Sebuah kekuatan nasionalis tengah sedang dalam proses mau memenangkan pertarungan. Mereka tentu tidak rela, jika Indonesia punya jati diri. Mereka tidak mau Indonesia seolah terisolir dari pengaruh kekuatan-kekuatan luar yang selama ini menjadi sponsor mereka.

Kampus yang mulai normal karena tumbuh juga kelompok-kelompok mahasiswa yang berpikir lebih moderat tak lagi bisa diandalkan sebagai kaki tangan pergerakan elit kampus. Oleh sebab itu, mereka terjun sendiri atas nama Universitas. Padahal sesungguhnya mereka adalah pendukung pasangan calon tertentu yang ditinggalkan oleh Presiden Jokowi, setelah Jokowi mulai bergerak ke tengah dan bergabung dalam koalisi rekonsiliasi yang secara sadar dilakukan bersama Prabowo.

Kita semua berharap bahwa ini akan benar-benar berakhir, polarisasi politik aliran yang sudah usang sebagai ideologi yang tidak sehat bagi bangsa kita.

Kepada Pak Prabowo nanti kita titipkan agenda persatuan agar politik aliran yang buta dan tidak sehat ini, kita akhiri. Kita mulai mendesain satu sistem politik baru yang lebih ramah terhadap gagasan dan ideologi Negara Indonesia Pancasila untuk kemajuan Bangsa kita sendiri. Sekian.

Fahri Hamzah

Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia

Ketua Forum Studi Islam FEUI 1994-1995,

Humas SMUI 1996, Litbang SMUI 1997

Deklarator dan Ketua Umum KAMMI 1998

Umat Islam Harus Jadi Pemenang!

Partaigelora.id – KURANG dari sebulan, kita akan memasuki satu hari penentuan tentang bagaimana bangsa ini akan dipimpin lima tahun ke depan. Pertanyaan bagaimana watak kepemimpinan dan pemerintahan berikutnya, pasca Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin, akan terjawab.

Secara teoritis, peristiwa 14 Februari 2024 nanti adalah salah satu dari hari-hari terpenting bangsa Indonesia, termasuk hari-hari terpenting setiap warga negara dan kelompok kelompok masyarakat, suku, agama, dan antar golongan, yang artinya, juga hari-hari terpenting umat Islam yang ada di Indonesia.

Mengapa kita harus mendefinisikan kelompok umat Islam? Karena secara historis dan secara faktual, kelompok yang bernama umat Islam ini telah menjadi salah satu faktor terpenting dalam kita berbangsa dan bernegara, sejak awalnya.

Saya sendiri mendorong pendefinisian ini dalam rangka, justru mengakhiri adanya dikotomi yang tidak rasional antara umat dan bangsa, dan juga antara agama dan negara. Sejak awal, saya mendorong adanya integrasi dari apa yang selama ini dipisahkan, sehingga kita memiliki cara melihat yang positif tentang realitas yang bernama agama dan negara, pada saat yang bersamaan.

Saya merasa bahwa semua dikotomi yang dibuat selama ini telah berlaku secara tidak fair kepada umat Islam. Karena akhirnya, seolah-olah bangsa dan umat ini harus dibenturkan dan berhadap-hadapan, padahal tidak harus, dan memang tidak bisa begitu.

Seolah-olah kalau dia umat, maka dia bukan bangsa. Dan kalau dia bangsa, pastilah bukan umat. Padahal seharusnya dia berlaku sejalan dan seiring dalam satu tarikan napas bahwa yang disebut sebagai umat dan bangsa, ada dalam satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Secara etimologi, kata umat, bangsa, dan rakyat itu berasal dari asal kata dan pengertian yang sama, terutama dalam bahasa Arab. Karena itulah pada dasarnya kita tidak mendikotomikan kata-kata itu untuk tujuan melakukan diskriminasi karena pada dasarnya, maknanya adalah sama.

Prabowo Bukan Umat?

Suatu hari, saat Partai Gelora bertemu dengan Pak Prabowo, beliau menceritakan hasil pertemuannya dengan salah satu partai yang menyebut dirinya Partai Islam. Beliau bertanya tentang bagaimana kelanjutan kerja sama politik yang selama ini dibangun bersama, apakah bisa diteruskan dalam Pilpres tahun 2024?

Tiba-tiba Pak Prabowo mendapatkan penjelasan dari pimpinan tertinggi tersebut bahwa Partai Islam itu kini ikut “pilihan umat”. Pak Prabowo terdiam mendengar penjelasan itu, karena tidak mengerti. Saat bertemu kami (Partai Gelora), Pak Prabowo menceritakan peristiwa itu dan bertanya kepada kami, “apakah saya ini bukan umat?”

Kami sambil sedikit terharu dan menahan getir bahwa ada kelompok yang bisa memperlakukan Pak Prabowo dengan cara diskriminatif seperti itu, seolah-olah Pak Prabowo bukan merupakan bagian, bahkan terlepas, dari umat Islam. Ini sulit dipahami.

Lalu, dalam pertemuan dengan Partai Gelora itu, Ketua Umum Anis Matta menjelaskan kepada Pak Prabowo tentang definisi kata-kata yang tadi saya sebutkan. Bahwa pada dasarnya istilah umat, bangsa, dan rakyat memiliki makna yang sama. Karena itu tidak ada dikotomi, apalagi dengan maksud melakukan diskriminasi.

Saya dulu pernah secara keras memberikan penilaian kepada mereka yang terlalu dangkal menggunakan terminologi dalam agama di ruang publik, dengan maksud membuat diskriminasi antar umat beragama. Padahal Konstitusi dan Undang-undang di negara kita tercinta ini mengatur bahwa tidak ada lagi diskriminasi dalam bentuk apa pun.

Kata-kata yang secara spesifik memiliki makna yang punya implikasi kepada hukum-hukum agama yang berlaku secara privat bagi penganut agama dan kepercayaan masing-masing itu tidak bisa dihilangkan. Karena itu berlaku secara sepihak. Di ruang publik dan di ruang negara yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah hukum publik yang tidak kenal diskriminasi apa pun terhadap seluruh warga negara.

Itulah masalah politik Islam dari waktu ke waktu. Gara-gara sikap yang diskriminatif seperti itulah yang menyebabkan umat Islam gampang dipojokkan untuk menjadi warga negara kelas dua. Karena pada dasarnya mereka sendiri seperti “membuka pintu” bagi adanya diskriminasi terhadap diri mereka sendiri. Lalu dimanfaatkan oleh orang lain dengan maksud lain.

Padahal, ini harus dihentikan dan umat Islam harus peka bahwa kebangsaan adalah identitas di ruang publik yang berlaku bagi siapa saja, apa pun agama, ras, suku, dan golongannya. Mentalitas seperti inilah yang umat Islam harus diambil dengan penuh kepercayaan diri bahwa para pemimpin yang akan kita pilih di ruang publik adalah pemimpin-pemimpin umat dan bangsa sekaligus. Karena pada dasarnya kepemimpinan mereka akan berada di ruang publik dan bukan di ruang privat.

Karena itulah tidak ada alasan untuk tidak melihat Pak Prabowo dari kenyataan bahwa dia adalah pemimpin umat dan pemimpin bangsa sekaligus. Dengan cara seperti itulah umat Islam tetap berada dalam arus utama perubahan politik dan ekonomi dalam negara. Kalau tidak demikian, maka umat Islam mudah sekali dipojokkan atau memojokkan diri di sudut-sudut sejarah yang sepi, bahkan lari dari tanggung jawabnya di ruang publik.

Sebagian dari mereka yang paling ekstrem ada yang berpikir lebih jauh lagi pergi meninggalkan realitas. Bahkan, sebagian lagi digarap untuk menjadi ultra-radikal dan dituduh sebagai teroris serta dipakai oleh intelijen negara asing yang ingin merusak keamanan negara-bangsa yang sudah didirikan oleh para pendiri bangsa kita, termasuk para ulama.

Memobilisasi Kesadaran Baru Umat

Maka, memasuki masa pemilihan 14 Februari 2024 nanti, harus ada mobilisasi kesadaran umat Islam bahwa tidak boleh lagi umat dimanfaatkan oleh kelompok yang mengeksploitir identitas Islam untuk mendukung satu kelompok yang akan kalah, karena pada dasarnya mustahil mentalitas diskriminatif seperti itu bisa menang. Kecil sekali mereka.

Kali ini, umat islam harus memasuki fase kesadaran baru bahwa kita akan memilih pemimpin umat dan bangsa sekaligus dan sejarah telah mempersiapkan pasangan Prabowo-Gibran untuk menjawab tantangan zaman ke depan.

Di sisi lain, kita tahu bahwa Pak Prabowo punya masalah dengan kelompok-kelompok yang pro dengan gagasan kaum globalis. Pak Prabowo ini adalah seorang mantan perwira tinggi militer yang nasionalismenya tidak bisa diragukan lagi oleh siapa pun.

Latar belakang inilah yang menyebabkan Pak Prabowo menjadi sulit diterima oleh sebagian kekuatan asing yang menganggap bahwa kepentingan mereka akan sangat terganggu apabila Pak Prabowo menjadi Presiden.

Padahal mereka juga tahu bahwa Pak Prabowo adalah seseorang yang memiliki latar pergaulan global yang juga luas. Bersekolah di luar negeri sampai pendidikan militer di Amerika Serikat, dan bersahabat dengan banyak orang di luar negeri dari dulu sampai sekarang.

Maka kita, selain mengajak agar pembelahan di kalangan umat Islam tentang siapa yang akan menjadi pemimpin dengan cara mengurangi, bahkan menghilangkan, penggunaan identitas yang sangat primordial dalam Pemilu yang memilih pemimpin di ruang publik ini, tapi juga pada saat yang bersamaan, harus diyakinkan saudara-saudara kita yang bekerja untuk kepentingan asing, bahwa pada dasarnya Pak Prabowo bukan sedang ingin mencari musuh dan ingin menghentikan perdagangan dengan luar negeri. Tetapi Pak Prabowo ingin agar dalam perdagangan itu berlaku asas keadilan bagi umat, bangsa, dan rakyat Indonesia.

Bahwa kalau mereka bebas menjual produk-produk mereka di dalam negeri kita dengan harga yang sangat adil, mengapa kita tidak bisa menjual produk+produk kita yang teknologinya masih rendah dengan harga yang juga adil? Sehingga kita putuskan bahwa produk kita yang umumnya berbahan mentah dikelola dulu di dalam negeri kita. Karena kita memerlukannya sebagai fondasi bagi industri kita di dalam negeri di masa-masa selanjutnya.

Indonesia Harapan Umat Islam Dunia

Akhirnya, saya berharap, kali ini umat Islam dan bangsa Indonesia lebih jernih memandang persoalan ini. Bahwa dalam perspektif kepentingan nasional umat dan bangsa harus sama-sama menjadi pemenang. Bangsa Indonesia menjadi pemenang, artinya umat Islam otomatis juga akan menjadi pemenang.

Kemenangan kita adalah apabila kita bisa meletakkan fondasi kepemimpinan yang kuat untuk menghadapi kecenderungan dunia multipolar yang bisa saja akan sangat mengganggu tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan bangsa kita ke depan.

Kita harus sadar bahwa dalam pertarungan global ini, tidak semua kepentingan bangsa lain dan kepentingan bangsa kita, sama. Kadang-kadang untuk kepentingan bangsa lain kita harus dikorbankan, meskipun kita tidak mau mengorbankan negara lain, tetapi kita tidak boleh juga dilarang untuk membela diri.

Indonesia ini adalah aset umat Islam yang terbaik, bahkan untuk seluruh dunia. Maka menjaganya agar tumbuh menjadi kekuatan besar di dunia yang mempunyai implikasi meningkatnya posisi tawar umat Islam secara utuh dalam isu-isu global adalah sebuah tindakan yang sangat strategis.

Kita tahu bagaimana lemahnya posisi umat Islam dalam konflik di Palestina selama ini. Kita juga tahu bagaimana lemahnya posisi umat Islam pada isu Uyghur dan Rohingya. Semua itu memerlukan sebuah negara yang kuat dan karena itulah, Indonesia adalah salah satu harapan bagi umat Islam di seluruh dunia untuk meningkatkan posisi tawar mereka.

Pak Prabowo yang akan dibantu oleh Mas Gibran adalah pilihan yang tidak banyak. Karena di tangan merekalah transformasi besar bangsa Indonesia akan terjadi dan menjadikan Indonesia sebagai superpower baru seperti mimpi dan cita-cita Partai Gelora Indonesia. Mari kita bersatu dan kita tuntaskan integrasi umat dan bangsa, pada Pemilu 14 Februari yang akan datang.

Mari kita doakan di hari Jumat yang berkah ini.

Fahri Hamzah

Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia

1 Visi, 7 Aksi

Konsep pembangunan ekonomi yang berpusat pada “People, Planet & Profit” bukanlah hal baru.

Tapi dengan cara terjemah Anis Matta, hal yang utopis menjadi lebih mudah kita pahami. Lebih tervisualisasi, lebih teknis-operasional dan mudah dijangkau.

Demi berfokus “planet”, Gelora mengawali “Birukan Bumi” untuk menanam 10 juta pohon. Demi mengembangkan “people”, Gelora berfokus pada perbaikan gizi ibu-anak dengan program Gen-170.

Karena ekonomi kreatif akan menjadi sektor pertumbuhan di masa depan, Gelora meluncurkan SAGARA. Sejuta Gagasan Nusantara dimulai dari kompetisi film pendek, dan akan meluas ke industri kreatif lain.

Itulah konsep pembangunan ekonomi yang akhirnya diberi nama “Geloranomics” : kesejahteraan terdistribusi, memicu kreatifitas dan inovasi, tapi tak meninggalkan bumi.

Akan ada aksi-aksi lain untuk menopang Indonesia kekuatan 5 besar dunia. Tahapannya makin benderang, rutenya mudah dipahami, dan secara teknis bisa kita capai.

Bismillah.

Jakarta, 9/1/22
@endykurniawan

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X