Category: Gelora Terkini

Partai Gelora Bersama Gerindra Siap Menangkan Pasangan Nasrul Abit-Indra Catri di Pilgub Sumbar

JAKARTA – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia secara resmi memberikan dukungan kepada pasangan Nasrul Abit-Indra Catri pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumatera Barat (Sumbar) yang akan digelar 9 Desember 2020.

Partai Gelora menilai pasangan yang diusung Partai Gerindra itu, adalah pasangan yang tepat untuk melanjutkan kepemimpinan dan pembangunan di Sumbar .

Dukungan tersebut langsung disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah saat memimpin Konsolidasi Pilkada Serentak 2020 dengan DPW dan DPD Partai Gelora se-Sumbar di Padang, Sabtu (22/8/2020).

“Karena Pak Prabowo sudah menetapkan Nasrul Abit-Indra Catri sebagai pasangan calon pada pilgub Sumbar, Partai Gelora menyatakan dukungan,” kata Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah dalam keterangannya, Senin (24/8/2020).

Pernyataan dukungan tersebut, dihadiri kedua kandidat, pasangan Nasrul Abit-Indra Catri, serta Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar Andre Rosiade.

Menurut Fahri, ia sudah lama kenal dengan Nasrul Abit, apalagi posisinya saat ini adalah wakil gubernur Sumbar pentahana.

Ia menilai Nasrul Abit tepat untuk melanjutkan kepemimpinan guna meneruskan program yang sudah dijalankan.

“Saya mengajak warga Sumbar untuk mendukung Nasrul Abit-Indra Catri, apalagi seharusnya setelah jabatan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno berakhir maka wakilnya Nasrul yang tepat melanjutkan karena sudah memahami persoalan yang ada,” kata dia.

Terkait dengan alasan Partai Gelora mendukung pasangan Nasrul Abit-Indra Catri, ia memaparkan berawal dari hubungan baik antara ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta.

“Pak Prabowo pernah menginginkan Pak Anis jadi wakilnya saat pilpres 2019, ini menunjukkan betapa dekatnya hubungan kedua ketua partai dan akan terus kami jaga termasuk di Sumbar,” ujarnya.

Ia meyakini dan percaya kendati hanya sebatas mendukung dan bukan mengusung, bentuk dukungan elit terhadap calon kepala daerah cukup berpengaruh.

“Apalagi partai Gelora di Sumbar strukturnya sudah lengkap hingga tingkat kecamatan, ini juga jadi modal untuk mendukung,” kata dia.

Meski Partai Gelora Indonesia belum memiliki kursi di DPRD Sumbar namun Fahri meyakini partainya akan bersama-sama dengan Partai Gerindra memenangkan pasangan ini pada Pilgub Sumbar 2020.

Partai Gerindra resmi mengusung pasangan Nasrul Abit-Indra Catri sebagai Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Sumbar pada Pilgub 2020.

Nasrul yang merupakan Wakil Gubernur Sumbar periode 2016-2021 itu memilih berpasangan dengan Indra Catri yang menjabat Bupati Agam dua periode sejak 2010 hingga saat ini.

Pasangan ini diusung oleh Partai Gerindra yang mengantongi 14 kursi di DPRD Sumbar sehingga telah memenuhi syarat jumlah dukungan pencalonan.

Di Gerindra, Nasrul yang juga pernah menjabat sebagai Bupati Pesisir Selatan dua periode itu, sebelumnya menjabat Ketua DPD Gerindra Sumbar yang berhasil mengantarkan partai besutan Prabowo Subianto jadi pemenang Pemilu 2019 di Ranah Minang.

Anis Matta : Krisis Berlarut tersebab Pandemi Belum Berakhir

JAKARTA – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Muhammad Anis Matta mengingatkan, kemungkinan krisis berlarut akibat penyebaran penyakit yang menimpa dunia dan Indonesia saat ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat.

Anis Matta mengungkapkan, usai pandemi Covid-19 berakhir, bakal ada virus lain yang lebih ganas menyebar pada 2023 dan 2026. Akibatnya, pandemi virus ini akan semakin mempengaruhi kekacauan global.

“Ada satu dokumen yang saya baca, yang mengatakan bahwa kemungkinan 2023 dan 2026 ada lagi virus lain,” ungkap Anis Matta dalam keterangannya, Sabtu (22/8/2020).

Hal itu disampaikan Anis Matta saat berkunjung ke Redaksi Tribunnews.com pada Kamis (20/8/2020) lalu. Dalam kunjungan itu, Anis Matta diterima oleh Board of Editor Tribunnews.com, Febby Mahendra Putra.

Karena itu, Anis Matta menilai tidak ada definisi akhir dari krisis yang diakibatkan oleh penyebaran virus. Sebab, definisi virus sama dengan isu teroris yang hingga saat ini masih ada dan tidak ada akhirnya.

“Jadi ini satu jenis krisis yang tidak ada definisi akhirnya. Maksudnya tidak ada satu situasi nanti berakhirnya begini. Sejak 2001 misalnya Anda mendengar isu teroris, selesai tidak isu itu? tidak,” katanya.

Menurutnya, ada faktor yang membuat situasi lebih berat daripada hari ini, yaitu menurunnya sistem global.

“Karena pada dasarnya virus itu berhubungan dengan kehidupan kota, di mana manusia terkonsentrasi dalam jumlah besar. Makanannya berupa hewan ini didekatkan kepada dia, potensi itu pasti terjadi,” lanjutnya.

Kedua climate change, perubahan iklim. Dia mengungkapkan sesuai ramalan WHO, mungkin ada krisis pangan dalam dua tahun ke depan.

Dia mengatakan sebagian besar dari musibah-musibah yang saat ini dihadapi faktornya adalah perubahan iklim, terlepas perdebatan perubahan iklim teori konspirasi atau tidak.

“Faktanya, jumlah bencana alam lebih banyak, banjir lebih banyak, tsunami lebih sering, kekeringan, kebakaran hutan dan seterusnya. Misalnya terjadi kebakaran luar biasa di Australia kemarin . Artinya jumlah ini lebih banyak dan mendisrupsi secara ekonomi, sosial, dan secara politik,” ucapnya.

Ketiga konflik geopolitik, terutama konflik Amerika-China. Anis Matta mengatakan konflik kedua negara tersebut memiliki dampak multidimensi.

Ia menyebutnya dengan istilah perang supremacy. Jadi satu bangsa ini muncul menyebabkan kematian yang lain, incumbent ini harus bertahan. Caranya dia harus menghabisi penantang ini.

“Sekarang mana yang kalah incumbent atau penantang, kita tidak tahu. Tapi sampai kapan berakhirnya kita tidak tahu. Tapi mereka berperang menggunakan semua sarana, perang dagang, teknologi, hingga budaya,” ujarnya.

Keempat, faktor teknologi. Anis Matta mengatakan saat ini semua dipaksa berhijrah ke sistem digital, dan hal itu telah dilakukan Partai Gelora dengan sukses menyelenggarakan ‘Gelora Digifest 2020’ dan ‘Gelora Kemerdekaan 2020’, serta event-event lainnya beberapa waktu lalu.

Namun, soal hijrah ke sistem digital ini ternyata banyak instansi pemerintahan yang tidak siap dengan digitalisasi, karena tidak didukung dengan infrastruktur yang memadai.

“Ketika kita hijrah ke situ korbannya berapa banyak. Jadi keempat faktor ini adalah faktor disrupsi, yang sekarang ini terjadi sekaligus. Krisis ini bersifat sistemik, multidimensi, dan berlarut, lama waktunya,” kata Anis Matta.

Lebih lanjut, Anis Matta yang dikenal sebagai pakar geopolitik internasional ini mengatakan, dalam satu analisa sistem global, dikatakan setiap 80 hingga 100 tahun ada perubahan dalam sistem global , sementara saat ini sistem tersebut usianya sudah mencapai 75 tahun.

“Misalnya abad ke-16 itu abadnya Portugis, abad ke-17 yang dominan Belanda, Abad ke-18 dan ke-19 itu yang dominan Inggris, abad ke-20 itu Amerika. Sekarang dominasi ini akan bertahan atau tidak, kita tidak tahu. Pandemi akan mempercepat perubahan tersebut,” pungkasnya.

Orasi Kebangsaan Anis Matta: Ada Lima Fitur sebagai Indikator dalam Mencetak Pemimpin Berkualitas

JAKARTA – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta berbicara mengenai lima modal utama atau komponen mendasar pemimpin Indonesia di masa mendatang.

Anis Matta menjabarkan lima fitur komponen dasar itu, saat menyampaikan Orasi Kebangsaan bertajuk ‘Fitur Pemimpin Peradapan’ usai melaunching Akademi Pemimpin Indonesia (API) Partai Gelora pada Senin (17/8/2020) malam.

“API untuk memberikan solusi kedua dari yang kita perlukan, dari setiap krisis setelah peta jalan pemimpin dan determinasi kolektif. Kita ingin arah baru untuk bisa membawa Indonesia jadi kekuatan kelima dunia untuk bisa melahirkan pemimpin yang besar, untuk bisa membawa narasi besar, itulah misi utama API ini,” ujar Anis Matta saat membuka orasi kebangsaannya.

Adapun fitur atau komponen dasar pertama untuk melahirkan pemimpin baru adalah yang memiliki kesadaran mendalam oleh krisis, menurut Anis Matta penting sekali jika pemimpin memiliki kesadaran mendalam akan krisis. fitur kedua adalah memiliki semangat kepahlawanan dan memiliki tanggung jawab yang tinggi.

“Fitur kedua, pemimpin ini memiliki apa yang disebut semangat kepahlawanan nubuwwah, semangat kepahlawanaan profetik, dia memiliki apa yang kita sebut sebagai profetik heroism, jadi dia merasa memiliki tanggung jawab pribadi atas masalah bangsanya, bahwa krisis ini secara pribadi panggilan dirinya, dan panggilan inilah yang dia jawab. Jadi ciri yang menandai para pahlawan yang memiliki semangat nubuwwah itu yaitu semangat pertangungajawaban baik kepada Allah, manusia, dan sejarah yaitu kepada generasi yang akan datang kemudian,” kata Anis Matta.

Fitur ketiga yakni pemimpin yang membicarakan solusi bukan membicarakan masalah. Pemimpin yang memiliki agama sebagai pegangan dan memiliki pengetahuan untuk mengaplikasikan cara bekerja. Dia juga menilai pemimpin itu harus bisa menggabungkan antara elemen agama dan pengetahuan.

“Dalam makna itu, kita ketemu dengan persoalan utama, bahwa dalam krisis besar manusia dibutuhkan agama sebagai pegangan, dan pengetahuan sebagai cara kerja. Memadukan agama dan pengetahuan adalah narasi besar sepanjang peradaban,” katanya.

“Di samping agama, adalah pengetahuan karena itu pengetahuan menjadi sumber pemberdayaan, pengetahuan kekuatan, jadi kalau kita ingin buat suatu kapasitas suatu bangsa, kita harus buat mereka berpengetahuan. Memadukan agama dan pengetahuan adalah asas kita masuk dalam komponen narasi sangat penting, yaitu masyarakat lebih dulu daripada negara,” ucapnya.

Menurut Anis Matta, sangat penting apabila seorang pemimpin meletakkan rakyat menjadi nomor satu atas segalanya. Dia menyebut suatu negara akan maju apabila masyarakat diutamakan, dia pun mengambil contoh negara yang dulunya Uni Soviet dan saat ini bubar karena menomorduakan rakyat.

“Dalam narasi dan peta jalan menggabungkan agama dan pengetahuan ini, kita harus meletakkan masyarakat sebagai prioritas utama kita, karena itu sumber utama kekuatan negara itu masyarakat kuat kalau tujuan hidup jelas, dan sumber keberdayaannya yaitu pengetahuan itu ada,” jelasnya.

“Nah 3 komponen dasar dalam narasi agama, pengetahuan, dan masyarakat ini yang jadi komponen dasar peta jalan yang kita lalui. Kalau kita bicara Indonesia sebagai kekuatan kelima dunia, inilah ketiga komponen dasarnya, yaitu mendahulukan komponen masyarakat, dengan komponen agama dan pengetahuan sebagai sumber keberdayaannya, barulah kita melangkah ke yang lainnya, barulah kita masukan standar umum negara-negara sebagai negara kuat, yaitu militer, teknologi dan seterusnya, itu semua output dari komponen utama yang lahirkan semuanya,” sambungnya.

Lebih lanjut, adapun fitur keempat adalah seorang pemimpin yang akan dilahirkan Gelora adalah pemimpin yang juga sebagai pemersatu bangsa dalam hal apapun. Dan kelima adalah fitur efektifitas, yakni pemimpin yang mampu merealisasikan kerjanya menjadi nyata dan bukan hanya wacana.

“Yang saya maksud efektifitas itu adalah bahwa para pemimpin yang ingin kita lahirkan bukan hanya mengerti apa yang dia mau, bukan hanya mengerti bicara narasi yang dia bawa, tapi juga buat narasi itu bekerja dalam kehidupan yang real, bagaimana rencana itu tereksekusi dengan baik dalam kenyataan. Jadi di luar punya rasa tanggung jawab dan pengetahuan luas, mereka juga mampu merealisasikan mimpi itu, mereka adalah pemimpin yang efektif,” tutur dia.

Dia pun yakin jika lima fitur ini dimiliki seseorang maka Indonesia dapat menjadi negara yang lebih baik lagi. Dia menyebut lima fitur itu akan digunakan sebagai indikator Gelora dalam mencetak pemimpin berkualitas.

“Wadah ini, partai ini, menjadi organisasi melahirkan bakat-bakat terbaik untuk memimpin Indonesia dan bangsa yang akan datang,” pungkas Anis Matta. ***

Launching API, Partai Gelora Siap Lahirkan Pemimpin dalam Jumlah Besar, Dukung Indonesia Jadi Kekuatan Kelima Dunia

JAKARTA – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia melaunching Akademi Pemimpin Indonesia (API) dalam rangka memperingati HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia.

API bertujuan untuk melahirkan pemimpin baru yang diharapkan mampu membawa arah Indonesia menjadi lebih baik dan mewarisi fitur para pendiri bangsa (founding father).

Launching dilakukan oleh Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Muhammad Anis Matta, didampingi Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah, Sekretaris Jenderal Mahfuz Sidik dan Bendahara Umum Achmad Rilyadi, Senin (17/8/2020) malam.

“Lembaga ini akan memberikan pembinaan dan pengembangan fungsionaris Partai Gelora, untuk tahap awal. Nantinya, akan melakukan pelatihan ke seluruh wilayah,” kata Anis Matta

Tahap pertama, API memberikan Orientasi Kepemimpinan kepada 250 peserta terdiri dari pendiri, pengurus DPN, DPW, Majelis Pertimbangan Nasional dan Mahkamah Partai.

Peserta yang lulus kemudian memperoleh e-Sertifikan sebagai pertanda mengikuti API GELORA angkatan pertama, yang diadakan pada Jumat-Minggu, 14-16 Agustus 2020.

Dalam kesempatan itu, Anis Matta menyatakan dalam setiap krisis besar, ada tiga hal yang diperlukan.

Pertama adalah peta jalan, kedua adalah pemimpin, ketiga adalah determinasi kolektif.

“Apa yang kita lakukan dalam empat hari ini adalah melaunching suatu lembaga di Partai Gelora yaitu Akademi Pemimpin Indonesia untuk memberikan solusi kedua dari yang kita perlukan dalam setiap krisis, setelah peta jalan pemimpin dan determinasi kolektif,” kata Anis Matta.

Anis Matta menyatakan API dibentuk untuk melahirkan pemimpin dalam jumlah yang besar, untuk mendukung Indonesia menjadi kekuatan kelima dunia.

Dia menyatakan narasi besar tersebut yang akan diwujudkan Partai Besar melalui API, selain narasi dalam arah baru Indonesia.

“Kita sudah mendiskusikan tahun-tahun sebelumnya tentang narasi yang kita perkenalkan di Partai Gelora ini, narasi yang menjadi alasan Partai Gelora hadir yaitu bahwa kita sudah menjadi gelombang ketiga Indonesia di dalam sejarah. Oleh karena itu kita memerlukan arah baru yaitu menjadikan Indonesia sebagai kekuatan kelima dunia,” katanya.

“Dan untuk itu kita membutuhkan pemimpin dalam jumlah yang besar untuk bisa membawa narasi besar itu. Itulah yang menjadi misi utama dari Akademi Pemimpin Indonesia,” imbuhnya.

Di sisi lain, Anis Matta menyinggung soal krisis kepemimpinan yang bisa menjadi penghancur suatu bangsa.

Anis menyebut HUT ke-75 RI merupakan momentum untuk melakukan peremajaan kepemimpinan secara sistematis.

“Perayaan ulang tahun kali ini penuh dengan kegembiraan karena yang kita rayakan pada dasarnya adalah tekad kita untuk membawa Indonesia keluar dari krisis ini, keluar dari krisis berlarut dan melakukan lompatan besar menjadikan Indonesia sebagai kekuatan lima dunia,” pungkas Anis Matta. ***

Chusnul: Seorang Aktivis Partai Jangan Baca ‘Doraemon’, Anda Bukan Pemimpin Kalau Baca Itu

JAKARTA – Mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU)Chusnul Mariyah meminta para aktivis di partai politik (Parpol) untuk tidak menggunakan cerita ‘Doraemon’ sebagai cara memahami berbagai persoalan bangsa dalam kehidupan sehari-hari .

Sebab, untuk memahami dan menyelesaikan persoalan bangsa tidak bisa diselesaikan dengan ‘kantong ajaib’ saja, tapi aktivis partai, terutama perempuan harus benar-benar berkualiatas dan cerdas, sehingga bisa memahami ketika berbicara mengenai narasi kebangsaan.

Cerita fiksi dan animasi dari Jepang ini , populer dikalangan anak-anak di Indonesia , dikenal memiliki ‘kantong ajaib’ yang bisa menyelesaikan masalah.

Doraemon, yang digambarkan seekor kucing ini akan mengeluarkan alat yang diminta Nobita Nobi, untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.

“Anda pasti bukan pembaca yang baik, seorang aktivis partai yang dibaca jangan Doraemon. Kalau anda tidak bisa membaca (narasi, red), anda bukan pemimpin yang baik, you are not a leader,” kata Chusnul dalam ‘Orientasi Kemimpinan (OKE) API Gelora dengan tema ‘Perempuan di Tengah Digitalisasi Demokrasi’ yang diselenggarakan Partai Gelora, Sabtu (15/8/2020).

Menurut Chusnul, aktivis perempuan di partai harus memliki kemampuan ‘komunikasi membaca’ persoalan yang dihadapi bangsa dan rakyatnya. Sehingga bukan hanya sekedar sebagai pelengkap atau pemanis kuota perempuan saja dalam politik.

“Ngerti persoalan rakyatmu aja nggak, apalagi ngerti persoalan perempuan, juga nggak. Bagaimana anda membangun narasi soal persoalan bangsa?, sementara tidak mempunyai kemampuan komunikasi membaca. Makanya ketika ditanya wartawan, jawabannya a,i,u,e,o, nganu,” ujar Chusnul.

Staf pengajar FISIP UI ini menilai perempuan Indonesia harus sadar diri dalam meningkatkan kemampuannya dalam berpolitik. Ia menyadari, kesalahan ini tidak mutlak dari perempuan itu sendiri, melainkan dari proses rekruitmen di partai.

“Biasanya kalau perempuan cerdas dikatakan galak, sehingga tidak rekrut. Yang direkrut yang feminim tunduk pada kemauan pimpinan partai dan bandar, makanya yang diambil, istrinya, saudaranya, pacarnya dan orang-orang terdekat,” ungkapnya.

Akibatnya, para perempuan berpendapat, politik itu kotor dan memilih tidak terlibat dalam aktivitas politik, meskipun kuota perempuan di parlemen sudah mencapai 21 persen saat ini.

“Perempuan tetap mengaggap politik kotor, tapi dia sendiri tidak mau ikut membersihkan. Inilah problem kita saat ini, nah Partai Gelora sebagai partai baru jangan seperti partai-partai yang sudah ada,” tegas Chusnul.

Chusnul berharap para perempuan yang menjadi aktivis partai dan aktif dalam dunia politik, berani ‘bertarung (fight) dan tidak sekedar menjadi follower, tetapi harus berperan aktif dengan didukung kemampuan komunikasi membaca narasi persoalan bangsa.

“Jadi, perempuan itu harus percaya diri, perempuan masih dipandang sebelah mata, makanya jangan heran kalau partai politik banyak artisnya. Saya tanya kok seneng banget, rupanya kalau rapat ada artis, bapak-bapak senang. Mereka direkrut karena followernya banyak, tapi kalau dilihat masih kalah dengan followernya Puan Maharani. ,” pungkas Chusnul.

Dahlan Iskan: Partai Gelora Bisa Buat Roadmap Mencari Pemimpin Populer dan Berkualitas

JAKARTA – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia bisa mengambil peran untuk menyiapkan para pemimpin berkualitas, meskipun saat ini pemimpin yang terpilih hanyalah yang paling populer di masyarakat, bukan yang berkualitas.

Namun, hal itu harus terus diupayakan hingga ditemukan seorang pemimpin yang berkualitas dan populer dimasyarakat. Partai Gelora bisa membuat roadmap (peta jalan) pemimpin berkualitas dan populer.

“Poin paling penting yang harus ada di dalam seorang pemimpin adalah kemampuannya dalam memajukan negara ini. Partai Gelora tidak ada beban apapun, ya mulailah sesuatu yang menerobos, menyiapkan para pemimpin,” kata tokoh pers Dahlan Iskan dalam ‘Orientasi Kepemimpinan (OKE) API Gelora dengan tema ‘Membangun Kepemimpinan Indonesia Maju di Tengah Krisis Global’ yang diselenggarakan oleh Partai Gelora Indonesia, Sabtu (15/8/2020).

Keberadaan Akademi Pemimpin Indonesia (API), bisa menjadi alat bagi Partai Gelora untuk menyiapkan pemimpin berkualitas dan populer, misalkan menjaring 100 orang dari berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai latar dan track recordnya.

“Katakanlah dari 100 itu diseleksi menjadi 15 orang dan track recordnya harus baik. Saya yakin Partai Gelora bisa, karena memilliki kemampuan kerja-kerja tehnokrat dan bisa menyiapkan pemimpin secara terukur dan target-targetnya. Tinggal nanti mempopulerkan calon yang berkualitas itu,” katanya.

Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) era Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY) itu menyampaikan, kegelisahannya terkait calon pemimpin Indonesia ke depan, apabila sistem pemilu masih seperti sekarang. Bagi Dahlan, masyarakat cenderung melihat kepopulerannya saja.

“Saya belum melihat indikasi bahwa tidak ada jaminan yang terpilih adalah yang berkualitas. Tetap saja yang terpilih adalah yang populer, yang disenangi (masyarakat). Padahal yang disenangi belum tentu berkualitas. Tentu yang belum populer bisa nangis,” terang Dahlan Iskan.

Dahlan mengungkapkan, kegelisahan dirinya juga dialami oleh mantan Presiden SBY, bahwa pemimpin setelah dirinya belum tentu berkualitas dan populer. “Pak SBY juga gelisah siapa pengganti dirinya, mampu saja tidak cukup karena akan tidak sukai masyarakat,” ujarnya.

Mantan Direktur PLN ini meyebut, orang-orang di balik partai Gelora merupakan orang-orang yang mampu dan berkualitas. Namun, orang-orang berkualitas ini cenderung sulit populer karena dianggap terlalu serius.

Terbukti banyak pejabat di negara ini yang terpilih karena kepopulerannya. Sehingga menurutnya, kualitas dan kemampuan seseorang tidak lagi menjadi prioritas utama yang harus dimiliki oleh para pejabat atau calon pemimpin Indonesia.

“Mengandalkan kemampuan saja tidak akan terpilih dan ini terbukti sekarang, orang-orang yang populer banyak yang terpilih. Yang mampu ini biasanya sulit populer karena terlalu serius. Sementara yang populer tidak serius. Kalau semakin serius, tidak terlalu disukai ,” kataya.

Namun, bagi Dahlan keberadaan Partai Gelora tetap menjadi harapan bagi Indonesia untuk melahirkan pemimpin-pemimpin, tidak hanya sekedar berkualitas saja, tetapi juga populer. Kerja-kerja selanjutnya adalah mempopulerkan pemimpin berkualitas tersebut.

“Partai Gelora harus berani melakukan terobosan membuat roadmap pemimpin Indonesia 4, 9 tahun 11 tahun dan seterusnya. Hal ini Ini agar ditemukan pemimpin yang mampu sekaligus populer dan mereka tidak kalah suara dari calon pemimpin yang hanya mengandalkan kepopuleran itu,” ujarnya.

Dahlan menambahkan, upaya yang dilakukan Partai Gelora dalam menyiapkan pemimpin melalui Akademi Pemimpin Indonesia perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak, seluruh komponen bangsa.

Sebab, sistem demokrasi yang sudah terbangun saat ini tidak mungkin dikembalikan lagi pada sistem kediktatoran seperti era Orde Baru. Namun, yang perlu diperbaiki saat ini adalah masalah penegakan hukumnya, jangan dijadikan alat untuk penguasa.

Fajar Shiddieq, [16.08.20 08:42]
“Diktator itu tidak ada yang baik kecuali di China dan Singapura. China karena sistemnya, Singapura karena orangnya. Nah kalau saya, demokrasi harus tetap berjalan, tapi dibarengin dengan penegakan hukum yang jelas,” pungkasnya.

Diketahui, Partai Gelora saat ini sedang menyiapkan pemimpin-pemimpin Indonesia ke depan dan membangun narasi Indonesia menjadi lima besar kekuatan dunia melalui Akademi Pemimpin Indonesia.

Partai Gelora Indonesia juga secara masif melakukan koordinasi kepada seluruh komponen anak bangsa dengan membentuk Akademi Manusia Indonesia (AMI). AMI ini sifatnya membentuk diri dan kepribadian jati diri Indonesia.

Dengan keberadaan AMI dan API ini, mimpi Indonesia menjadi kekuatan kelima dunia sejajar bersama Amerika Serikat, Uni Eropa , Rusia dan China bisa terwujud. *

Fahri: Keberagaman di Nusantara Bisa Jadi Format Bagi Indonesia untuk Mempersatukan Dunia

JAKARTA – Keberhasilan bangsa Indonesia mempersatukan nusantara yang memiliki keberagaman, bisa menjadi dasar bagi Indonesia untuk menyatukan dunia. Hal itu dilakukan dengan dukungan ideologi Pancasila yang menjadi alat pemersatu dan menjadikan Indonesia kekuatan kelima dunia.

“Realitasnya Indonesia sudah menjadi bangsa besar selama 75 tahun sekarang. Keberagaman yang terdiri dari 17 ribu pulau lebih ini tetap bersatu, tentu saja membuat kagum bangsa-bangsa dunia. Ini bisa menjadi format untuk menyatukan dunia,” kata Fahri Hamzah, Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia saat menyampaikan orasi kepemimpinan bertajuk ‘Bangkit Dari Krisis, Menjadi Kekuatan Kelima Dunia’ dan membuka acara ‘Gelora Kemerdekaan 2020’ di Jakarta, Jumat (14/8/2020) malam.

Guna mewujudkan hal itu, kata Fahri, Partai Gelora mendirikan Akademi Pemimpin Indonesia (API) yang akan diluncurkan pada Senin (17/8/2020) mendatang oleh Ketua Umum Partai Gelora Muhammad Anis Matta. API dibentuk untuk menyiapkan stok para pemimpin yang mengerti keadaan Indonesia sekarang dan masa depan.

“Pandemi Covid-19 telah mengubah cara memandang diri kita, ada yang pesimis dan tidak berani melangkah. Tetapi ini peluang, kesempatan kita sebagai bangsa. API akan mendidik pemimpin eksklusif, pemimpin berkarakter dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote,” katanya.

Menurut dia, krisis saat ini bisa menjadi narasi dari kerja besar bangsa Indonesia yang akan mengantarkannya menjadi kekuatan ekonomi dunia, sederajat dengan bangsa-bangsa di dunia, atau sebaliknya.

“Inilah waktunya untuk bangkit, menjadi bangsa besar. Tetapi ada pertanyaan besar, apakah keyakinan itu bisa dijalankan dan menjadikan bangsa Indonesia menjadi kekuatan kelima di dunia, sebagai pemimpin peradaban? tanya Fahri.

Tentu saja, hal ini memerlukan pemahaman tersendiri agar bisa melangkah kedepan. Indonesia saat ini, masih diributkan dan bertengkar persoalan kecil seperti konflik mengenai ideologi Pancasila. Padahal sebagai bangsa, konsep jatidiri tersebut telah diselesaikan oleh para founding father.

“Kita perlu meninggikan kemampuan kapasitas negara, ibaratnya kita ini setinggi langit, tapi terbang kita terlalu rendah. Negara seperti tidak berdaya , hanya mengerjakan kegiatan rutin saja. Pemimpin tidak mengerti apa yang dilakukan, padahal dia nahkoda dari kapal besar Indonesia,” katanya.

“Pemimpin besar harus kita lahirkan, API akan menjadi Kawah Candradimuka. Kita akan melatih kepemimpinan, persiapkan pemimpin yang pikirannya tidak mudah tergoyahkan. Berhati bersih, berkarakter dan pemimpin yang memukau, memiliki pesona seperti Soekarno dan Muhammad Hatta,” ujar Fahri.

Soekarno adalah sosok anak muda yang memiliki mimpi dan cita-cita untuk mempersatukan bangsa Indonesia, merdeka atau mati! Sehingga tercetuslah untuk membacakan naskah proklamasi agar Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945.

“Pagi itu Bung Karno demam saat akan membacakan teks proklamasi, tapi belum dibacakan sampai Bung Hatta datang. Bung Karno melihat pentingnya arti Bung Hatta sebagai perwakilan Sumatera, dan setelah datang akhirnya teks proklamasi dibacakan,” katanya.

Dengan teks proklamasi sederhana yang dibacakan oleh Soekarno-Hatta itu, Indonesia telah menggetarkan dunia dan menggelegarkan langit diangkasa, sehingga Sangsaka Merah Putih mendunia.

“Dalam keadaan masih menggigil Bung Karno bergumam, ketika Bendera Merah putih dikibarkan didepan bangsa Indonesia, maka siapa pun yang menurunkan bendera Merah Putih , akan berhadapan dengan seluruh bangsa Indonesia,” kata mantan Wakil Ketua DPR RI Periode 2014-2019 ini.

Pemimpin seperti Soekarno-Hatta, lanjutnya, yang akan disiapkan API Gelora, dimana seorang pemimpin harus memiliki kekuatan dalam narasi dan realitas. Sehingga pemimpin tersebut yang bisa menjadikan Indonesia ‘Juara dunia’ atau paling tidak kekuatan kelima dunia.

“Inilah waktunya, momentumnya. Semua harus berproses dan bergerak cepat. Kita akan terus yakinkan agar bisa menjadi kekuatan kelima dunia. Mudah-mudahan kita punya pemimpin dan dengan dirinya sendiri menjadi juara dunia,” tegasnya.

Fahri menambahkan, selain membentuk Akademi Pemimpin Indonesia untuk mempersiapkan para pemimpin kedepan, Partai Gelora juga telah membentuk Akademi Manusia Indonesia (AMI).

“AMI sudah melakukan koordinasi masif ke seluruh anak bangsa dengan membentuk diri dan kepribadian Indonesia. AMI lebih masif sifatnya, nah kalau API menyiapkan stok pemimpinnya,” pungkas Fahri.

Tukang Kritik Diberi Bintang Jasa, Anis Matta: Kita Harus Belajar Pisahkan Kehidupan Bernegara dan Berpolitik

JAKARTA – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Muhammad Anis Matta menyampaikan ucapan selamat secara khusus kepada Fahri Hamzah, Wakil Ketua Umum Partai Gelora dan Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang telah mendapatkan penghargaan bintang tanda jasa Mahaputra Nararya dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Kamis (13/8/2020).

“Secara khusus saya ingin memberi selamat pada sahabat saya @fahrihamzah dan @fadlizon. Tak sedikit yang bertanya, tukang kritik kok diberi Bintang Jasa? ” kata Anis dalam keteranganya, Jumat (14/8/2020).

Menurut Anis Matta, semua pihak perlu belajar untuk memisahkan antara negara dan pemerintahan. Antara kehidupan bernegara dan kehidupan berpolitik.

Pemerintahan datang silih berganti, sementara negara akan tetap ada. Kehidupan politik penuh kompetisi, dan kehidupan bernegara butuh kolaborasi untuk kebaikan bersama.

“Kritik adalah bentuk pertanggungjawaban warga negara. Apalagi, Fahri dan Fadli pernah mendapat amanah mewakili rakyat di DPR dan menjadi Pimpinan DPR,” katanya.

Ia menilai, negara dan demokrasi hanya bisa tegak dengan checks & balances, salah satunya melalui kritik. “Hal ini adalah pelajaran penting tentang kedewasaan politik dan bernegara,” kata Ketua Umum Partai Gelora Indonesia ini.

Anis Matta menegaskan, pemberiaan penghargaan Bintang Jasa kepada Fahri Hmazah dan Fadli Zon, bukan merupakan sogokan dari Presiden Jokowi kepada mereka agar tidak bersikap kritis lagi kepada pemerintah.

“Itu bukan sogokan untuk diam. Itu apresiasi presiden atas pengabdian beliau,” tegas Anis Matta.

Penghargaan Bintang Jasa tersebut diberikan juga bukan semata-mata sikap kritis Fahri Hamzah dan Fadli Zon. Melainkan, sikap negarawan yang ditonjolkan mantan pimpinan DPR RI tersebut dalam menyikapi sejumlah kebijakan pemerintah.

“Sikap kritis itu, tanggung jawab sebagai warga negara kepada bangsa dan manusia kepada Allah. Jadi, itu tidak ada hubungannya dengan penghargaan. Beliau itu negarawan, tahu apa yang harus dilakukan kepada negara,” katanya.

Sebagai Ketua Umum Partai Gelora Anis pun menegaskan tidak akan melarang Fahri untuk tetap menjaga sikap kritisnya terhadap sejumlah kebijakan pemerintah. “Insya Allah enggak akan larang,” tandasnya.

Ia menambahkan, selain kebanggaan, penganugerahan Bintang Jasa tahun ini, membawa keharuan karena ada sejumlah dokter dan tenaga kesehatan yang wafat dalam perjuangan mengatasi pandemi virus Corona (Covid-19) pada saat ini.

“Mari kita berdoa agar seluruh tenaga kesehatan kita diberi keselamatan. Dan mereka yang wafat diberi tempat terbaik oleh Allah SWT,” pungkas Anis Matta. ***

Peringati HUT RI ke-75, Partai Gelora Gelar ‘Gelora Kemerdekaan 2020’ dan Launching API GELORA

JAKARTA – Dalam rangka menyambut HUT RI ke- 75, Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia akan menggelar acara ‘Gelora Kemerdekaan 2020’ selama empat hari berturut-turut mulai Jumat hingga Senin, 14-17 Agustus 2020.

Acara yang digelar secara virtual ini mengambil tema ‘Indonesia Panggung Kita Bersama’. Acara tersebut merupakan rangkaian kegiatan launching Akademi Pemimpin Indonesia atau disingkat API GELORA.

“Partai Gelora Indonesia akan mencetak manusia pelaku, pemimpin-pemimpin baru, pemimpin yang memiliki fitur global leader atau pemimpin peradaban,” kata Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Muhammad Anis Matta dalam keterangannya, Kamis (13/8/2020),

Ketua Bidang Pengembangan Kepemimpinan Partai Gelora Indonesia Hamy Wahjunianto mengatakan, acara ‘Gelora Kemerdekaan 2020’ ini akan dibuka oleh Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah pada Jumat (14/8/2020) malam.

Selain membuka acara, Fahri juga akan menyampaikan orasi kepemimpinan bertajuk ‘Bangkit Dari Krisis, Menjadi Kekuatan Kelima Dunia’.

“Orasi Fahri Hamzah ini menandai dimulainya rangkaian acara Launching Virtual API GELORA,” kata Hamy.

Selanjutnya, pada Sabtu-Minggu, 15-16 Agustus 2020, akan diadakan program Orientasi Kepemimpinan Gelora (OKE GELORA). Kegiatan ini diikuti oleh 500 fungsionaris DPN, MPN, MP, DPW dan Pendiri Partai Gelora Indonesia.

Acara ini akan menghadirkan narasumber nasional antara lain mantan Menteri BUMN dan tokoh pers Dahlan Iskan, pengamat hukum tata negara Irman Putra Sidin dan mantan komisioner KPU RI yang juga staf pengajar Universitas Indonesia Chusnul Mar’iyah.

Hamy mengatakan, rangkaian acara Launching Virtual API GELORA juga akan diisi dengan berbagai lomba untuk generasi milenial.

Selanjutnya, Partai Gelora Indonesia akan melaunching sebuah institusi yang diharapkan mampu melahirkan pemimpin-pemimpin yang memiliki fitur pemimpin peradaban.

“Institusi ini bernama Akademi Pemimpin Indonesia atau disingkat API GELORA. Institusi ini akan berkolaborasi dengan lembaga-lembaga kepemimpinan dan para leadership expert dari dalam maupun luar negeri untuk menghasilkan sebanyak-banyaknya anak bangsa Indonesia yang memiliki mindset dan keahlian sebagai global leader,” jelasnya.

Launching API GELORA akan dilakukan pada puncak acara ‘Gelora Kemerdekaan 2020’, Senin (17/8/2020) malam. Ketua Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Muhammad Anis Matta akan melaunching Simbolisasi Virtual API GELORA dan dilanjutkan dengan Orasi Kebangsaan yang bertajuk ‘Fitur Pemimpin Peradaban’.

Kritikan Fahri dan Fadli Layak Dapat Bintang Tanda Kehormatan

JAKARTA – Pengamat kebijakan publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat menilai pemberian bintang tanda kehormatan, Bintang Mahaputra Nararya kepada Fahri Hamzah dan Fadli Zon, politikus dari Partai Gelora Indonesia dan Partai Gerindra oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai tepat.

“Pemberian bintang tanda jasa kepada aktivis pejuang reformasi tersebut adalah sangat layak. Pemberian bintang tanda jasa dalam konteks kebijakan publik juga berdampak pada pembentukan kehidupan demokrasi yang semakin matang,” kata Achmad Nur Hidayat dalam keterangannya, Selasa (11/8/2020).

Menurut dia, Fahri Hamzah dan Fadli Zon selama ini sering melakukan kritik yang membangun tidak hanya kepada lembaga eksekutif, namun juga kepada penegakan korupsi yang bias dan ketidakprofesionalan setiap aparatur negara baik eksekutif, yudikatif maupun legislatif.

“Yang harus diketahui, keduanya sampai saat ini sejak reformasi bergulir terbukti tidak korup. Dan apabila keduanya mengkritik tidak ditujukan personal,” katanya.

Dia menilai tidak banyak aktivis reformasi yang masih konsisten hingga hari ini seperti Fahri Hamzah dan Fadli Zon dalam memperjuangkan nilai-nilai kejujuran, demokrasi dan kebebasan, malahan sebaliknya.

“Justru banyak aktivis tersebut yang diam membisu asyik menikmati kekuasaan dan melupakan nilai yang mereka perjuangkan, entah sebagai komisaris BUMN, birokrasi pusat maupun pimpinan daerah. Ada juga harus singgah di Hotel Prodeo karena terbukti melakukan tindak pidana kejahatan korupsi,” ungkap Matnur, sapaan akrabnya.

Keberadaan Fahri Hamzah dan Fadli Zon di parlemen pada Periode 2014-2019 lalu, lanjut Matnur, telah membuat parlemen menjadi hidup, sebagai lembaga representasi perwakilan rakyat yang dinamis.

“Kritik fahri dan fadli dalam rangka menyampaikan aspirasi publik yang seringkali dilupakan dalam permainan politik elit tinggi. Saat keduanya mengkritik, biasanya telinga yang dikritik menjadi merah dan sering salah paham,” ujarnya.

Padahal apabila didengar baik-baik, seluruh kritik tersebut tidak ada yang bersifat personal. Cara mengkritik tersebut, adalah cara yang modern untuk manusia Indonesia yang semakin dewasa.

“Nothing to Personal, All about Responsibility. Tidak ada yang kritik personal semuanya persoalan tanggungjawab sebagai pejabat publik,” kata Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Partai Gelora Indonesia ini.

Matnur menegaskan, model kritik yang disampaikan Fahri Hamzah dan Fadli Zon bisa menjadi inspirasi bagi para kritikus untuk tetap memberikan kritik sehat tanpa harus menyakiti secara personal.

“Presiden mampu melihat kritik keduanya dengan jernih dan terang, karena itu tidak ragu memberikan keduanya bintang tanda jasa meski Presiden tidak lepas dari kritiknya juga. Sebuah model kepemimpinan yang sangat dewasa dan patut di apresiasi,” tegasnya.

Pemberian bintang tanda jasa kepada kritikus-kritikus pemerintah, menurutnya, merupakan sinyal bahwa Pemerintah membutuhkan solidaritas dari segala unsur masyarakat baik para pendukung maupun para kritikus.

“Resesi yang dihadapi bangsa saat ini membutuhkan solidaritas yang merupakan unsur dasar pemulihan ekonomi nasional. Ini sesuatu yang patut diapresiasi,” pungkas Matnur.

Seperti diketahui, rencana pemberian bintang tanda kehormatan kepada politikus Fahri Hamzah dan Fadli Zon. Informasi bintang tanda jasa untuk Fahri Hamzah dan Fadli Zon ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD melalui akun Twitter-nya, @mohmahfudmd, Senin (10/8/2020).

Fahri dan Fadli akan mendapatkan Bintang Mahaputra Nararya, yang akan diberikan dalam rangka peringatan HUT ke-75 RI. Selain Fahri dan Fadli, beberapa tokoh lainnya yang juga akan menerima penghargaan ini, yaitu Hatta Ali (MA), Farouk Mohammad (DPD), Suhardi Alius (BNPT).

Bintang Mahaputera adalah bintang penghargaan sipil tertinggi. Penghargaan ini setingkat di bawah Bintang Republik Indonesia. Bintang ini diberikan negara melalui presiden kepada warga sipil yang dianggap telah berjasa secara luar biasa.

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X