Partaigelora.id-Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia kembali menggelar kajian pengembangan wawasan, Wawasan Keislaman dengan tema ‘Islam yang Kita Pahami’ Bagian Kedua ‘Islam Toleran’ pada Jumat (31/10/2025) malam.
Kajian yang diperuntukkan fungsionaris DPP, DPW dan DPD Partai Gelora itu, kali disiarkan secara langsung dari Studio DPW Partai Gelora Jawa Timur.
Acara ini dibuka oleh Ketua Pusat Pengembangan Wawasan Partai Gelora KH Musyafa Ahmad Rahim.
Dihadiri beberapa pengurus DPP antara lain Koordinator Pelaksana Harian Partai Gelora Roti Munawar, Ketua DPP Pemenangan Teritorial V (Jatim) Muhammad Siroj, serta Ketua DPW Jatim Misbahul Munir.

Ketua Pengembangan Wawasan Partai Gelora KH Musyafa Ahmad Rahim berharap agar kader dan fungsionaris menyampaikan diri ikut kajian ini baik hadir secara offline maupun online berbagai platform seperti Zoom Meeting, Facebook, YouTube dan Tiktok.
“Para sahabat Partai Gelora jangan lupa setiap Jumat malam Pukul 19.30 WIB agar mengikuti kajian rutin. Sekarang temanya tentang pengembangan Wawasan Keislaman,” kata KH Musyafa Ahmad Rahim.
KH. Ahmad Mudzoffar Jufri, Lc.,M.A dalam materi kajiannya mengatakan, bahwa pada bagian pertama telah dibahas sistem yang kita pahami mengenai Islam, khususnya di Indonesia.
“Secara khusus pada malam hari ini, yang kita bahas adalah tentang aspek Islam. Yaitu Islam yang kita anut, adalah Islam yang toleran,” kata KH Ahmad Muzhoffar Jufri.
Menurut dia, pemahaman tentang keislaman memiliki banyak versi, sehingga diperlukan sikap toleransi untuk saling menghargai, menghornati segala perbedaan pendapat, pemahaman dan pemikiran.
“Dari kecil sampai yang paling besar, yaitu agama kita mengakui adanya perbedaan aspeknya,” ujar Muzhoffar.
Toleransi, kata Ketua Pusat Kajian Strategis PartI Gelora ini , ada dua macam toleransi, yakni toleransi antar umat beragama dan toleransi antar umat Islam.
“Toleransi itu ada dua macam, yaitu toleransi antar umat beragama atau umat lintas agama. Islam menyikapi perbedaan keyakinan agama. Kedua toleransi antar sesama umat Islam. Kita ketahui di Islam ada berbagai madzab, misalnya ada yang pakai qunut dan tidak pakai qunut, ” ungkapnya.
Adanya perbedaan keyakinan dan pemahaman ini, menurut Muszhoffar, bahwa keyakinan untuk memilih agama tidak ada paksaan.
“Islam memang dituntut untuk berdakwa. Tapi kalau yang kita ajak tidak mau, kita tidak bisa paksakan,” katanya.
Sehingga Islam dilarang memerangi atau memusiluhi seseorang, karena perbedaan keyakinan.
“Islam luar biasa tentang toleransi, tidak hanya antar umat beragama, tetapi juga antar sesama muslim,1” pungkasnya.

No comments