Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia bakal menggelar OK GELORA (Orientasi Kepartaian Gelora) Angkatan I pada Sabtu (27/2/2021). OK GELORA ini akan diikuti oleh 1.000 kader baru dari Pengembangan Teritori (Bangter)I meliputi wilayah Jakarta, Banten dan Jawa Barat.
Selain dibekali materi sekilas Gelora, peserta juga akan diberikan materi Arah Baru Indonesia, yakni Gelombang 3 Indonesia, Jati Diri Manusia Gelora dan Tiga Elemen Pencapaian Arah Baru.
“OK GELORA adalah momen mempertemukan gagasan-gagasan Partai Gelora dengan masyarakat luas. Kami ingin bisa berkolaborasi dengan seluruh elemen bangsa untuk menjadikan Indonesia kekuatan ke-5 dunia,” kata Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelora Indonesia dalam keteranganya, Jumat (27/2/2021).
Menurut Anis Matta, saat ini Partai Gelora semakin tumbuh dan keberadaannya kini diterima masyarakat. Hal ini akibat, sikap konsistensi Partai Gelora dalam menjaga arah perjuangan, yang diawali imajinasi dan didorong determinasi.
“Alhamdulillah, Partai Gelora telah bertumbuh dan semakin diterima masyarakat,” katanya.
Sekretaris Jenderal Partai Gelora Indonesia Mahfuz Sidik menambahkan, Partai Gelora adalah partai yang memadukan konsepsi partai kader dan partai massa. Karena itu, rekrutmen anggota dilakukan secara masif baik secara online maupun offline.
“Semua anggota yang mendaftar akan mengikuti program Orientasi Kepartaian (OK Gelora) dalam paket program yang sudah disiapkan,” ujar Mahfuz.
Selanjutnya, untuk anggota yang ingin terlibat aktif dalam kegiatan partai. “Mereka akan diarahkan mengikuti program kaderisasi berkelanjutan melalui Akademi Manusia Indonesia (AMI),” katanya.
Ketua Bidang Rekuitmen Anggota Partai Gelora Indonesia Endy Kurniawan mengatakan, OK GELORA adalah sebuah tatap muka singkat secara daring yang memberikan materi dasar orientasi kepada anggota baru.
“Tujuannya adalah menumbuhkan kebanggaan anggota terhadap Partai Gelora dengan . memberikan pemahaman tentang jatidiri, perjuangan dan cita-cita Partai Gelora, serta memotivasi anggota untuk bergerak bersama Partai Gelora,” kata Endy.
Setelah kegiatan OK Gelora Angkatan I ini, pekan depan akan kembali digelar OK GELORA Angkatan II untuk Bangter 1 meliputi wilayah Sumatera pada 6 Maret 2021. Pada 7 Maret 2021 OK GELORA Angkatan III untuk Banter 3 terdiri dari wilayah DIY Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sementara OK GELORA Angkatan IV akan digelar pada 13 Maret untuk Bangter 4 meliputi wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan. Sedangkan OK GELORA Angkatan V untuk Banter 5 melipuri wilayah Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Partaigelora.id – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia telah menuntaskan program Orientasi Kepemimpinan (OKE) Gelora untuk semua jajaran fungsionaris Dewan Pimpinan Nasional (DPN) dan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW).
Sehingga para fungsionaris tersebut, telah memiliki pemahaman politik mengenai ‘Arah Baru Indonesia’ menuju lima besar dunia sejajar dengan negara Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), Rusia dan China
“DPN Partai Gelora, Alhamdillah pada hari Minggu, 14 Pebruari 2021 lalu, lalu sudah menyelesaikan program Orientasi OKE Gelora untuk semua jajaran fungsionaris DPN dan DPW,” kata Mahfuz, Sidik, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPN Partai Gelora Indonesia dalam keterangannya, Rabu (17/2/2021).
Menurut Mahfuz, program ini dilakukan dalam empat angkatan sejak bulan Juli 2020 lalu, dan telah diikuti oleh 849 fungsionaris tingkat pusat dan provinsi seluruh Indonesia.
“OKE Gelora adalah pembuka dari kurikulum diklat kepemimpinan untuk para fungsionaris partai. Di sini kami membangun pemahaman bersama tentang cita-cita dan pemikiran politik partai yang dinamai ‘Arah Baru Indonesia’,” ujarnya.
Karena itu, konsepsi dan cara kerja organisasi, serta karakter dasar kepemimpinan di Partai Gelora harus mengacu pada ‘Arah Baru Indonesia.
“Sampai akhir April 2021, ditargetkan program OKE Gelora sudah berjalan sampai tingkatan DPD di kabupaten/kota,” kata Sekjen Partai Gelora Indonesia ini.
Ketua Bidang Pengembangan (Bangpim) DPN Partai Gelora Indonesia Hamy Wahjunianto menambahkan, sebagai partai baru yang didirikan di tengah krisis berlarut akibat pandemi Covid-19, Partai Gelora berupaya serius untuk menjadikan para fungsionarisnya memiliki kualitas mumpuni dalam kepemimpinan.
“Program OKE GELORA yang sudah diikuti 849 fungsionaris DPN dan DPW ini akan segera bergulir untuk para fungsionaris DPD dan DPC. Sehingga diharapkan sebagai pengurus memiliki kualitas kepemimpinan yang mumpuni,” kata Hamy
Ketua Bangpim Partai Gelora ini juga berharap kepada seluruh fungsionaris Partai Gelora dari pusat hingga cabang bisa mengalirkan ide untuk membawa Indonesia menjadi lima besar dunia ke seluruh lapisan masyarakat.
“Ide-ide ‘Arah Baru Indonesia’ diharapkan bisa terkoneksi dengan mayoritas elemen bangsa untuk kemudian merajut kolaborasi dengan mereka agar Indonesia tidak lagi terbang terlalu rendah di atas langit yang sebenarnya sangat tinggi. Segala sesuatu berhasil atau gagal tergantung kepemimpinan,” tandas Hamy Wahjunianto.
Partaigelora.id – Dalam rangka mewujudkan Indonesia menjadi lima besar kekuatan dunia sejajar dengan Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Rusia dan China, maka tantangan tebesar bagi Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia adalah melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang akan menjadi negarawan-negarawan berkelas dunia.
“Dalam rangka membawa Indonesia menjadi 5 besar kekuatan dunia, tantangan terbesar partai Gelora adalah mendirikan institusi yang bisa melahirkan para negarawan pemakmur bangsa dan pemimpin berkelas dunia,” kata Hamy Wahjunianto, Ketua Bidang Pengembangan Pimpinan (Bangpim) DPN Partai Gelora Indonesia di sela-sela ‘OKE GELORA’ (Orientasi Kepemimpinan Partai Gelora Indonesia) Angkatan IV , kemarin.
Dalam keterangan tertulisnya, Selasa (16/2/2021), Hamy mengatakan, perubahan dan peristiwa besar yang terjadi di Indonesia selalu didahului oleh pergulatan pemikiran.
Karena itu, Akademi Pemimpin Indonesia (API) Partai Gelora, lanjutnya, akan menyiapkan ide atau narasi besar yang akan menjadi bahan diskusi pergulatan pemikiran para pemimpin Indonesia.
“Jadi Perubahan dan peristiwa besar dalam sejarah selalu bermula dari pergulatan pemikiran para pionir perubahan dengan ide-ide atau narasi besar,” kata Ketua Bangpim Partai Gelora ini.
Sedangkan Wakil Ketua Bangpim DPN Partai Gelora Indonesia Irwan menambahkan, Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta dalam bukunya ‘Gelombang Ketiga’ sudah sangat jelas dalam perjalanan bangsa Indonesia, dulu, kini dan kedepan.
“Dan tibalah kita pada gelombang ketiganya dan sebagai arah perjalanan tentu kita tidak akan kembali lagi ke gelombang pertama atau berputar-putar pada gelombang kedua. Gelombang ketiga merupakan lanjutan dari kedua konsep sebelumnya, yaitu Gelombang Menjadi Indonesia dan Gelombang Menjadi Bangsa Modern,” kata Irwan.
Sekretaris Jenderal Partai Gelora Indonesia Mahfuz Sidik menegaskan, untuk bisa memasuki gelombang ketiga tersebut, diperlukan upaya penguatan jatidiri Indonesia sebagai prasyarat dalam membawa Indonesia sebagai kekuatan lima besar dunia.
“Akademi Pemimpin Indonesia menjadi penting diikuti oleh setiap kader Partai Gelora sebagai cara menguatkan jati diri ke-Indonesia-annya, karena kapasitas ini menjadi prasyarat dalam membawa Indonesia lima besar dunia,” tegas Mahfuz.
Partaigelora.id – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia optimis akan masuk papan tengah dalam pemilu 2024 mendatang. Keyakinan tersebut diperoleh karena belum aada partai dominan dan mayoritas, serta masih terbukanya pasar perpolitikan Indonesia
“Setiap Pemilu sejak 1999 sampai dengan 2019 selalu muncul partai baru, dan sejumlah partai baru bahkan bisa tampil sebagai kekuatan papan tengah dan bahkan papan atas,” ujar Mahfuz Sidik, Sekretaris Jenderal Partai Gelora Indionesia dalam Rakorwil DPW Partai Gelora Indonesia di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Minggu (14/02/2021).
Dia mencontohkan, pada Pemilu 1999 muncul partai baru yaitu PDIP, PKB dan PAN. Berturut-turut ketiga partai meraih elektoral 33,7 persen, 12,6 persen dan 7,1 persen. Pada Pemilu 2004, muncul partai baru yaitu Partai Demokrat (7,4%), PKS (7,3%), dan PBR (2,4%). Begitupun pada Pemilu 2014, Nasdem sebagai partai baru berhasil meraih 6,7 persen suara.
“Apakah partai baru berpeluang menjadi partai besar? Artinya, pasar politik Indonesia masih terbuka dan belum ada partai yang dominan atau mayoritas,” jelasnya.
Untuk itu, menurut mantan anggota DPR RI ini mengatakan, ada beberapa faktor yang menentukan partai baru dapat menjadi partai besar. Faktor tersebut antara lain eksistensi teritorial, segmentasi pemilih, positioning partai, cara kerja berbasis dapil, popularitas, dan formasi pasukan tempur.
“Karena itu lakukan pemetaan dapil dengan cermat dari berbagai aspeknya, mulai tetapkan target suara dan kursi di dapil, dan penuhi faktor penentu kekuatan partai,” imbuh Mahfudz.
Lebih lanjut mahfudz menjelaskan, Partai Gelora Indonesia lahir sebagai respons atas dinamika geopolitik global dan politik domestik yang berlangung. Di level global, perubahan tatanan dunia sedang berlangsung. Pandemik Covid-19 mempercepat proses perubahan tersebut sekaligus memicu terjadinya krisis multidimensi di hampir banyak negara.
Pada level domsetik, mulai 2020 Indonesia akan mengalami bonus demografi sampai 2035. Pengalaman sejumlah negara, menurutnya, bonus demografi menjadi faktor pemicu kemajuan ekonomi dan bidang-bidang lain.
“Namun di saat bersamaan Indonesia mengalami kontradiksi sosial-politik, pembelahan ideologis politik di masyarakat bawah, elit politik yang pragmatis, keterbukaan informasi yang rentan menciptakan ketegangan dan konflik, serta ketimpangan kesejahteraan dan liberalisasi ekonomi, dan makin terkekangnya demorkasi,” imbuhnya
Dia mengatakan, ragam kontradiksi ini berpotensi melemahkan ketahanan nasional, menggoyahkan kedaulatan nasional dan mengancam eksistensi NKRI. Menurutnya, sudah banyak negara yang gagal akibat dinamika global tersebut.
“Sesungguhnya dengan modal perjalanan sejarah bangsa, kekayaan SDA, posisi geografis dan politik negara, Indonesia sangat berpeluang melakukan lompatan besar di tengah krisis global menjadi kekuatan besar dunia,” pungkasnya.
Sukses di 2024 Sementara itu, Ketua Pengembangan Teritorial 3 (wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta) Ahmad Zainuddin mengatakan, Partai Gelora bertekad meraih sukses di 2024. Kuncinya, kader Partai Gelora harus membangun kolaborasi dengan berbagai kalangan.
“Diantara kunci sukses dalam memenuhi target-target struktural partai hingga level kelurahan atau desa, rekrutmen anggota dan lain-lain adalah melakukan kolaburasi dengan berbagai pihak dan berbagai kekuatan,” ujar Ahmad Zainuddin.
Zainuddin mengatakan, kader Partai Gelora perlu membangun hubungan kolaborasi yang baik dan menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak.
“Membangun mindset sebagai pemimpin. Fungsionaris partai politik harus punya cita-cita menjadi pemimpin bangsa di berbagai level, bukan hanya bercita-cita sebagai anggota DPRD atau DPR RI, tetapi juga menjadi ketua DPRD, ketua DPR RI, Bahkan menjadi bupati, walikota, gubernur dan presiden RI,” imbuhnya.
Lebih lanjut mantan anggota DPR RI ini mengatakan, fungsionaris Partai Gelora di wilayah harus menetapkan target politik, membuat peta menuju pencapaian target, baik peta kekuatan politik, peta kekuatan sosial ekonomi, maupun peta tokoh. “Lalu menetapkan target-target politik DPD. Berapa kursi DPRD Kota kabupaten? Kursi Propinsi, Kursi DPRD?” jelasnya.
Dalam peta politik nasional, menurut dia, Jawa Tengah merupakan wilayah sangat strategis. Seringkali Jawa Tengah menentukan kemenangan kontestasi politik di level nasional. Karenanya Jawa Tengah, lanjut Zainuddin, harus memberi sumbangan besar dalam pencapaian target lolosnya Partai Gelora Indonesia untuk melampaui Parlementary Threshold.
“Kolaborasi, konsolidasi dan selalu belajar cepat salah satu kunci sukses Pemilu 2024,” cetusnya.
Partaigelora.id – Saya lahir dan besar dari keluarga etnis betawi. Kedua ortu dan kakek-nenek saya asli betawi. Sehari-hari berbahasa betawi yang kosakatanya banyak serapan dari bahasa arab dan cina.
Sahdan, garis ibu saya ada campuran arab, sementara garis ayah saya ada campuran cina.
Maka banyak keluarga besar dari ibu yang bernama (harian) bari, ida, akim, uwoh – yang sangat lekat dgn kosakata arab. Lalu keluarga besar dari ayah ada yang nama (panggilan) oing, oni, yati, papat – yang lekat dengan kosakata cina.
Saya manggil kekek dari garis ibu dgn sebutan “abe”, sedang dari garis ayah “kong”.
Tiap kali ada acara selamatan di rumah, ibu saya biasa masak nasi uduk, olahan versi light dari nasi kebuli. Tapi saat lebaran, (dulu) selalu terhidang dodol betawi dan dodol cina. Makanan asli cina, bedanya yang satu berwarna coklat pekat, satunya berwarna lebih kekuningan.
Tapi tradisi keagamaan dan budi pekerti, orang betawi sangat melayu. Paduan antara arab dan melayu melahirkan tradisi keagamaan yang condong tarekat ala nahdiyin. Maka ikatan spiritual antara muslim (santri) betawi dgn habaib terkategori sangat dekat. Semasa kecil saya biasa diajak ibu ke kediaman (alm) habib Umar al-Attas di bilangan pasar minggu untuk didoain dan di”sembur”.
Tetapi untuk tradisi pengobatan misalnya, adopsi tradisi pengobatan tradisional cina sangat lumrah ditemukan. Saat saya kecil jika pipi mengalami inflamasi (pembengkakan) biasanya dibawa ke engkoh cina warung buncit untuk di”paraf” pakai blauw dan di”boreh” pakai telor kodok.
Saya punya tetangga di warung buncit 9 (skrg jl mampang prapatan 12) yang menantunya cina muallaf, setelah haji dipanggil “haji oman”. Kesalehan dan kefasehannya gak kalah dengan yang betawi muslim asli.
Di wilayah mampang prapatan dan sekitarnya (dikenal sbg basis betawi santri), perkawinan campuran betawi-arab dan betawi-cina kerap terjadi. Yang langka adalah perkawinan campuran arab dan cina.
Saat usia smp, saya pernah naksir dgn sepupu jauh yg berdarah cina. Saat sma, saya pernah naksir dgn sepupu jauh yg berdarah arab. Keduanya gak ada yang kesampean, karena keduanya dari keluarga yang tergolong kaya. Sementara saya hanya dari keluarga seorang guru. Sisi hirarki sosial kadang masih berperan dalam pola relasi perkawinan di betawi, yang nampaknya lebih sbg pengaruh dari budaya arab dan cina.
Tetapi hal yang saya rasakan dan alami dalam komunitas budaya betawi, ada perpaduan harmonis antara budaya betawi, arab dan cina. Istilahnya betawi menjadi “melting pot” bagi keduanya. Dalam setiap acara syukuran atau keriaan, rebana dan petasan selalu hadir bersamaan dan kompak. Begitu rebana berbunyi, maka petasan pun meledak susul menyusul. Mengiringi calon pengantin, bocah sunat, babe haji dan nyai hajah yg baru pulang naik kapal gunung jati dari mekah, dst. Rebana dari budaya arab, petasan dari budaya cina.
Bagi komunitas betawi “pinggiran” atau asosiatif dgn istilah “abangan”, pengaruh budaya cina lebih kuat daripada arab. Makanya tarian topeng betawi misalnya, kostum penari perempuannya 99% mengadopsi model pakaian cina. Tetapi wilayah betawi pinggiran juga secara geografis berdekatan dengan komunitas dan budaya jawa barat (sunda dan pantura). Makanya gerak tari topeng betawi dan lenong misalnya sarat dgn 3G (goyang, gitek, geol) khas jaipongan. Tradisi pencak silat dan jawara juga lebih subur di kawasan ini. Seni bela diri silat yang akar gerakannya banyak dipengaruhi oleh gerak seni beladiri tradisional cina.
Posisi sbg melting pot dan suasana harmonious mixture dari tiga entitas budaya ini saya masih rasakan kuat hingga tahun 80-an.
Lalu muncullah angin perubahan sejak era 90-an. Ada mazhab purifikasi agama yang berpadu dgn fikroh takfiri. Angin yang entah berembus dari mana, tapi sampai ke dataran rendah kampung-kampung betawi. Makin lama angin itu menguat hembusannya dan mulai menggoyang sendi-sendi tradisi dan relasi mix-culture betawi. Di saat bersamaan, para pegiat demokrasi mulai ramai beraksi di senayan melewati jalan-2 kampung betawi. Isu ketimpangan ekonomi dan marjinalisasi pribumi jadi aroma baru yg terendus hidung banyak pemuda betawi yang gak bisa nyambung sekolah. Mereka setiap hari kumpul di ujung gang dengan motor ojegnya.
Tiba-2 seiring bergesernya masa, orang betawi mulai memandang arab dan cina dengan cara yang berbeda. Orang betawi tiba-2 seperti dihimpit oleh dua sisi medan magnit yang berbeda; positif dan negatif. Ada tarikan kuat ke arab, dan tekanan kuat ke cina. Ke atas, orang betawi melihat penguasa sebagai penindas yang harus dilawan.
Situasi itu terus berlangsung dan menjalar dari generasi ke generasi orang betawi. Tapi arus itu tidak pernah menjadi kuat dan terarah. Karena warga betawi tidak pernah bisa berdiri kokoh dan survive dgn dirinya sendiri.
Pembangunan kota yang masih sejak era gubernur Ali Sadikin justru menggerus pondasi keberadaan dan ikatan kolektif warga betawi. Tanah yang makin menyempit, pendidikan yang tidak manjadi jembatan mobilitas, dari tradisi keagamaan yang menciptakan mental fatalis; membuat warga betawi makin termarginalisasi.
Modernitas menjadi keniscayaan bagi sebuah kota. Sosok bang Benyamin di pilem-2 dan di tivi, menjadi eskapisme psikologis orang betawi. Tapi mereka juga tidak pernah menemukan sosok betawi yang harus seperti apa pada diri (alm) bang Benyamin Syuaib.
Pilpres 2014, tiba -2 kota Jakarta berubah jadi episentrum politik identitas (yang direkayasa). Lanjut pilkada 2017 untuk memilih Gubernur DKI Jakarta, makin pekat aroma politik identitas dan politik pembelahan. “Pot Betawi” mulai retak. Arab dan Cina tiba-2 berubah menjadi progonis dan antagonis. Orang betawi “dipaksa memilih”. Tetiba kampung-2 betawi terasa lebih banyak malaikatnya karena disulap jadi kampung jihad. Setiap khutbah jumat di masjid dekat rumah di kawasan pela mampang, penuh dengan seruan jihad politik.
Mendidihnya darah warga betawi ternyata panjang durasinya. Pusing bayar kontrakan dan ojeg pangkalan yang makin tergusur ojol, jadi bensin tambahannya. Masuklah Pilpres 2019. Isu asing-aseng, islamis-nasionalis, hingga surga-neraka menjadi warna yang makin pekat dalam bincang dan gerak sepanjang proses pemilu yang paling melelahkan.
Keep cracking… Betawi kini bukan lagi pot yang memadukan 3 entitas kultur besar melayu-arab-cina. Warga Betawi tanpa sadar sedang terus memecah bejana (pot) nya dan mengubahnya sebagai wadah konflik. Ironinya, jika cracking pot ini terus berlangsung, bukan saja perpaduan harmonis betawi-arab-cina yang terurai dan tercerai, tapi entitas betawi pun akhirnya akan kehilangan habitat hidupnya.
Apakah saya sedang menyalahkan warga betawi? Tentu saja tidak, karena saya bagian inheren dari betawi. Tapi saya harus mengatakan bahwa tangan-tangan di luar sana dengan teganya menjadikan “betawi” sebagai lahan pertarungan kepentingannya masing-2.
Mungkin sudah saatnya, warga betawi untuk serius ngaji politik agar kampungnya tetap terjaga dan warganya menjadi bahagia.
Partai Gelora.id – Sekretaris Jenderal Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfuz Sidik mengatakan, Partai Gelora saat ini tengah fokus untuk menyelesaikan kekuatan teritori partai hingga tingkatan desa/kelurahan agar bisa lolos di Pemilu 2024. Kekuatan teritori tersebut ditargetkan terbentuk semua pada April 2021 mendatang
“Pemilu 2019 tidak ada partai politik baru yang lolos, karena tidak memiliki kekuatan teritori yang kuat meskipun punya dukungan dana dan media yang memadai. Belajar dari itulah, sejak tahun lalu kami fokus menyelesaikan teritori, ” kata Mahfuz dalam keterangannya, Jumat (5/2/2021).
Hal itu disampaikan Mahfuz saat menjadi narasumber dalam ‘Moya Discussion Group: Parpol Baru & Dinamika Politik Nasional’ pada Kamis (4/2/2021).
Diskusi ini juga menghadirkan narasumber lain, yakni Prof Imron Cotan (pemerhati politik internasional), Prof Komaruddin Hidayat (Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia), Prof Azumardi Azra (Cendiakawan Muslim), dan Hery Sucipto (peneliti LHKI PP Muhammadiyah).
Menurut Mahfuz, kekuatan teritori mutlak dimiliki suatu partai, karena partai politik (parpol) tersebut bisa dilihat apakah memiliki kekuatan politik nasional yang riil atau tidak.
Karena tidak memiliki kekuatan teritori itu, bukan hanya parpol baru, tapi juga parpol lama tidak lolos. Padahal dalam empat pemilu sebelumnya, selalu ada parpol baru yang lolos dan kemudian menjadi kekuatan politik nasional.
“Sekarang kita tidak bisa lagi menggunakan politik identitas. Dan parliamentary threshold (PT) 4 persen terbukti selektif menyeleksi partai-partai baru, apakah dia punya kekuatan politik nasional, ” katanya.
Karena itu, kekuatan teritori tersebut harus disupport dengan penguatan infrastruktur teritorial partai terpenuhi secara nasional. Saat ini, diakui dirinya, Partai Gelora sudah terbentuk di 34 provinsi.
“Kami sudah ada di 511 Kabupaten/Kota tinggal tiga lagi yang belum, ada juga di sekitar 5.700-an kecamatan atau 72% ada kepengurusan Partai Gelora,” jelasnya.
“Kami juga menset-up kepengurusan di tingkat desa/kelurahan. Ada sekitar 2.500 yang sudah terbentuk dari 80 ribuan. Sisanya masih banyak. Tapi akan kami rampungkan hingga jelang 2024,” demikian tambah Mahfudz.
Sekjen Partai Gelora Indonesia ini menegaskan, , partainya memiliki strategi tersendiri agar dilirik dalam pemilu mendatang.
Menurut dia, partai politik harus berhenti menjadi partai yang mengobral janji demi menggalang suara.
“Parpol harus betul-betul menjalankan semua fungsi sebagai partai politik. Terutama, pendidikan politik dan advokasi atau agregasi kepentingan politik masyarakat. Kalau ini dilakukan, Insyaallah, masyarakat akan punya preferensi baru tentang partai politik. Mereka lebih menerima dan menyukai partai politik. Jadi, tidak sekadar transaksi jual beli suara seperti perilaku politik selama ini,” ungkapnya.
Partaigelora.id – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia memprediksi krisis berlarut akibat pandemi Covid-19 bakal berlangsung semakin lama, dan tidak akan selesai pada tahun 2022 sesuai tahapan program pemberian vaksin.
Sebagai respon politik dan tanggungjawab sosial, maka Partai Gelora tidak bisa berdiam diri melihat situasi sulit masyarakat dalam menghadapi krisis ekonomi saat ini.
Melalui Bidang UMKM dan Ekonomi Keluarga (Ekkel), Partai Gelora telah menyiapkan berbagai program pemberdayaan dengan memunculkan usaha ekonomi baru berbasis ekonomi keluarga.
“Kita tidak tahu ada apakah perbaikan ekonomi setelah 2022, karena krisiis ini akan jauh lebih panjang dari sekedar tahapan berakhirnya vaksin 2022. Apa artinya, sebagian besar masyatrakat yang kategori ekonominya menengah ke bawah dan yang akan bekerja di sektor informal akan terus menghadapi kesulitan,” kata Mahfuz Sidik, Sekretaris Jenderal Partai Gelora dalam keterangannya, Minggu (24/1/2021).
Hal ini disampaikan Mahfuz, Sabtu (23/1/2021) saat menutup Webinar Yespreneur Web Series #Day2 Traning Of Trainers (TOT) Pendampingain UMKM yang diselenggarakan Bidang UMKM dan EKonomi Keluarga (Ekkel) Partai Gelora. Webinar Yespreneur TOT Pendampingan UKM ini berlangsung selama dua hari pada Jumat (22/1/2021) dan Sabtu (23/1/2021).
Karena itu, Mahfuz mengapresiasi Bidang UMKM dan Ekkel yang dipimpin Srie Wulandari (Coach Wulan) yang sangat progresif dan bergerak lebih awal sebagai bukti komitmen politik dan kemasyarakatan Partai Gelora untuk tidak bisa berdiam diri melihat situasi krisis yang sedang dialami masyarakat.
“Jadi keikutsertaan dalam acara pendampingan UMKM ini punya makna strategis, tapi sekaligus menjadi pembuktian dari komitmen politik dan kenyataan sosial dan komitmeen kemasyarakatan kita (Partai Gelora, red) untuk tidak berdiam diri melihat situasi yang sedang dialami masyarakat,” katanya.
Menurut dia, pandemi Covid-19 telah memunculkan geliat usaha baru, yakni usaha ekonomi berbasis keluarga. Namun, jika mengacu pada peraturan perundang-undangan, usaha-usaha berbasis ekonomi keluarga belum diatur.
“Dalam era digital saat ini, rintisan-rintisan usaha berbasis ekonomi keluarga ini, geliat baru, fenomena baru pertumbuhan ekonomi. Ini harus mendapatkan perhatian penting, apalagai jika dikaitkan dengan pemilu mendatang,” kata Sekjen Partai Gelora ini.
Mahfuz menilai, keluarga adalah sumber penggalangan suara terdepan dalam Pemilu 2024 mendatang. Sebab, dalam situasi pandemi Covid-19 ada suatu pandangan bahwa partai politik akan mengalami kesulitan untuk ‘menjual’ programnya dalam menarik simpati masyarakat.
“Ada semacam kesulitan bagi partai politik untuk melakukan hard selling atau hard market. Kasarnya orang lagi susah jualan partai , siapa yang mau beli. Tetapi bagi Partai Gelora bukan berdiam diri, tidak bekerja, terperangkap atau tersandera dalam situasi si ini,” katanya.
Apa yang dilakukan Partai Gelora saat ini, lanjut Mahfuz, adalah mencari empati masyarakat, dan bukan memaksakan kehendak dengan mengedepankan spirit pemberdayaan kepada masyarakat melalui berbagai cara pendekatan.
Pendekatan tersebut, bisa dilaukan melalui hulu dan hilir . Hulunya adalah para pelaku UMKM yang mmbutuhkan pemberdayaan dan advokasi. Hilirnya adalah keluarga yang kehilangan pekerjaan dengan memulai usaha baru ekonomi berbasis keluarga.
“Ini sesuatu menarik dan bisa menjadi terobosan. Kalau kita membantu advokasi dan mengedukasi UMKM sudah banyak pemainnya, sebagian berhasil dan sebagian tidak berhasil. Tetapi kalau kita bergerak di ruang terkecil keluarga, saya kira akan menjadi jembatan yang sangat baik dan efektifnya,” tegasnya.
Mahfuz mengatakan, bidang UKM dan Ekkel bisa bersinergi dengan bidang-bidang lainnya untuk melakukan pendekatan ke keluarga. Bidang UMKM dan Ekkel bisa melalui pintu masuk melului ekonomi keluargaa, sementara bidang lain bisa melalui pintu masuk perempuan, kesehatan dan agama.
“Sering kali untuk meleembutkan hati seseorang tidak dengan nasiehat agama, tapi dengan pelayanan. Kita bisa bantu ekonomi, bukan finansialnya, kita beri knowledge dan skill dan mereka bisa keluar dari krisis.Mereka akan merasa dilayani, dan hikmah semacarm ini akan menciptakan ikatan hati,” ujarnya.
Mahfuz menegaskan, para pendamping UMKM Partai Gelora bisa menjadi informal leader. Saat ini masyarakat kehilangan panutan dan lebih percaya media sosial (medsos) yang menjadi rujukan informasi dan menajdi patron dalam bertindak.
“Kita kehilangan informal leadel dari lurah, camat, polisi, menteri, bahkan presidennya juga tidak dipercaya, semua kehilangan wibawa dan teladan. Ada sosial distrust, nah para pendamping ini bisa menjadi informal leader dan panutan di tengah masyarakat, ” katanya.
Menanggapi hal ini, Ketua Bidang UMKM dan Ekkel Coach Wulan mengatakan, telah mendapatkan wawasan baru bahwa pendamping UMKM bisa berperan sebagai informal leader, yang akan membawa dampak luar biasa bagi Yes preneur dan Partai Gelora.
“Kita mendapatkan insight (wawasan, red), pendamping bisa berperan sebagai informal leader. Impactnya akan luar bisa buat Yes preneur sendiri dan secara garis besarnya buat Partai Gelora,” kata Wulan.
Sesuai pesan Wakil Ketua Ukum Partai Gelora Fahri Hamzah, kata Wulan, pengurus UMKM dan Ekkel untuk terus membaca dan menimba ilmu mlalui webinar-webinar yang diselengggarakan. Sehingga memiliki wawasan dan ketika terjun ke masyarakat akan teruji dan percara diri.
“Apa yang disampaikan Pak Sekjen (Mahfuz Sidik, Sekjen Partai Gelora, red) menjadi spriit untuk menjadikan pendamping sebagai informal leader dalam tatanan masyarakat dan keluarga,” pungkasnya.
JAKARTA – Keberadaan Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia dalam kontestasi Pilkada 2020 semakin diperhitungkan, meski sebagai partai baru dan belum punya kursi di parlemen baik di DPR dan DPRD
Hal itu terlihat dari Surat Keputusan (SK) dukungan yang dikeluarkan Partai Gelora sebagai partai politik (parpol) pendukung pasangan calon (paslon) kepala daerah dan wakil kepala daerah di 177 daerah dari 270 Pilkada yang digelar pada 9 Desember 2020 mendatang.
Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Partai Gelora Indonesia Mahfuz Sidik mengatakan, hingga kini Partai Gelora telah menandatangani 177 SK dukungan terhadap paslon kepala daerah baik itu untuk pemilihan gubernur, bupati dan walikota.
“Posisi per-28 September 2020, Partai Gelora mengikuti 177 Pilkada. Data ini akan masih terus bertambah, kita masih menunggu laporan dari daerah. Ini juga mengindikasikan kehadiran Partai Gelora semakin diperhitungkan di kontestasi Pilkada,” kata kata Mahfuz, Selasa (29/9/2020).
Ke-177 Pilkada tersebut, terdiri dari 9 pemilihan gubernur (Pilgub) dari 9 daerah yang menggelar Pilgub, 26 pemilihan walikota (Pilwakot) dari 37 Pilwakot, dan 142 pemilihan bupati (Pilbup) dari 224 Pilbup. Artinya dalam kontestasi Pilkada 2020, Partai Gelora mengikuti 66 persen kontestasi Pilkada, yakni mengikuti 100 persen Pilgub, 70 persen Pilwakot dan 64 persen Pilbup.
“Jadi surat dukungan untuk beberapa paslon kepala daerah tersebut agar Partai dapat berkolaborasi dan berpartisipasi memenangkan paslon yang didukung tersebut untuk kemajuan pembangunan daerah,” katanya
Menurut Mahfuz, banyak calon kepala daerah yang bertarung di Pilkada 2020 terus berkomunikasi dengan Partai Gelora agar ikut dalam koalisi partai-partai pendukung, meskipun tidak berpengaruh terhadap syarat pencalonan kepala daerah dan telah ditetapkan sebagai peserta Pilkada.
“Tetapi Partai Gelora tetap diharapkan oleh para calon kepala daerah dan koalisi partai pendukung. Kita akan all out, kita sudah perintahkan DPW, DPD dan kader untuk memenangkan 177 pilkada,” katanya.
Adapun SK dukungan terakhir yang dibuat antara lain untuk paslon Pilkada Kepulauan Sula (Maluku Utara), Bengkulu Utara (Bengkulu), Karawang (Jawa Barat), Pelalawan dan Rokan Hilir (Riau), Lombok Tengah (Nusa Tenggara Barat) dan Labuhanbatu (Sumatera Utara).
Kemudian paslon di Pilkada di Asmat, Keerom dan Nabire (Papua), Tanah Bumbu dan Balangan (Kalimantan Selatan), Agam (Sumatera Barat), Kapahiang (Bengkulu) dan Pahuwato (Gorontalo).
Paslon tersebut adalah pasangan Zulhairi A Duwila-Ismail Umasugi (Kepulauan Sula), Mian-Arie Septian Adinata (Bengkulu Utara), Ahmad Zamakhsyari-Yusi Rinzani (Karawang), Abu Mansyur Matridi-Habibi Hapri (Pelalawan), Afrizal-Sulaiman (Rokan Hilir).
Syafruddin H Maming-M Alpiya Rakhman (Tanah Bumbu), Abdul Hadi-Supiani (Balangan), Andri Warman-Irwan Fikri (Agam), Ujang Syarifuddin-Firdaus Djailani (Kapahiang), serta pasangan Saipul A Mbuinga-Suharsi Igirisa (Pohuwato).
SURABAYA – Kendati hadir sebagai pendatang baru, Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Partai Gelora) menyatakan siap untuk berkolaborasi dengan pasangan calon yang berlaga dalam kontestasi Pilkada Serentak 2020.
Tercatat sampai hari ini, Senin (21/9/2020) Partai Gelora telah menyerahkan 150 Surat Keputusan (SK) dukungan yang terdiri dari 8 provinsi, 25 kota, dan 117 kabupaten. Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelora, Mahfuz Sidik angka tersebut masih akan terus bertambah.
“Partai Gelora dalam pesta demokrasi Pilkada Serentak 2020 telah memberikan surat dukungan beberapa paslon. Terbaru, untuk Pilkada Kabupaten Pandeglang kami berkolaborasi bersama pasangan Irna-Tanto,” ungkap Mahfuz pada keterangan persnya, Senin (21/9/2020).
Irna-Tanto sebagai petahana maju untuk periode yang kedua. Mahfuz mengapresiasi kinerja DPD Partai Gelora Kabupaten Pandeglang yang telah melengkapi seluruh strukturnya.
“DPD Partai Gelora Kabupaten Pandeglang diharapkan dapat bekerja maksimal memenangkan paslon Irna-Tanto untuk melanjutkan kepemimpinannya agar membawa Pandeglang lebih maju lagi,” tegas Mahfuz.
Meski telah didukung 9 partai pengusung, Irna menilai dukungan Partai Gelora sangat penting dan dapat menambah semangat untuk memenangkan Pilkada Serentak 2020.
“Ini menambah semangat kemenangan kami, kehadiran Partai Gelora diharapkan dapat berkolaborasi membangun Pandeglang,” kata Bupati Pandeglang ini.
Sementara itu Wakil Ketua DPD Partai Gelora Pandeglang, Duriyat mengatakan bahwa Partai Gelora akan membentuk rumah kemenangan paslon Irna-Tanto di enam zona.
“Partai Gelora di Pandeglang memiliki kader militan dari kalangan milenial yang akan terus menggelorakan pasangan Irna-Tanto untuk arah baru Pandeglang. Kita tunjukkan kerja nyata kita dalam berkolaborasi,” kata Duriyat.
JAKARTA – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfuz Sidik menegaskan, Partai Gelora siap berkolaborasi dengan pasangan calon (paslon) yang berlaga dalam kontestasi Pilkada Serentak 2020 pada 9 Desember mendatang demi kemajuan pembangunan di daerah.
Salah satunya dengan mendukung pasangan calon (paslon) Irna Narulita-Tanto Warsono Arban (Irna Tanto) dalam Pilkada Kabupaten Pandeglang, yang telah didukung oleh sembilan partai, yakni PKS, PDIP, Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Nasdem, PAN, PBB, Perindo dan Partai Gerindra.
“Partai Gelora dalam pesta demokrasi Pilkada Serentak 2020 telah memberikan surat dukungan beberapa paslon kepala daerah agar dapat berkolaborasi untuk memenangkan paslon yang didukung tersebut, salah satunya dalam Pilkada Kabupaten Pandeglang yang memberikan dukungan pada pasangan Irna-Tanto,” kata Mahfuz dalam keterangannya, Senin (21/9/2020).
Didampingi Ketua DPW Partai Gelora Banten Ramadoni dan Ketua DPD se-Banten, Mahfuz mengakui menyerahkan secara langsung Surat Keputusan (SK) dukungan Partai Gelora untuk paslon Irna-Tanto yang maju Pilkada Pandeglang.
SK dukungan Partai Gelora itu, diterima langsung oleh Irna Narulita, calon bupati Pandeglang. Pasangan Irna-Tanto sendiri telah resmi mendaftar ke KPU Pandeglang pada Sabtu (5/9/2020).
Irna-Tanto yang kini menjabat sebagai Bupati dan Wakil Bupati Pandeglang aktif, maju sebagai calon bupati dan wakil bupati untuk periode kedua.
Mahfuz mengapresiasi kinerja DPD Partai Gelora Kabupaten Pandeglang yang telah melengkapi seluruh strukturnya.
Ia berharap DPD Partai Gelora Pandeglang bisa memenangkan paslon Irna-Tanto untuk periode kedua. “DPD Partai Gelora Kabupaten Pandeglang diharapkan dapat bekerja maksimal memenangkan paslon Irna-Tanto untuk melanjutkan kepemimpinannya agar membawa Pandeglang lebih maju lagi,” tegas Mahfuz.
Menanggapi dukungan Partai Gelora, Irna Narulita menyampaikan ucapan terima kasih dan siap berkolaborasi dengan Partai Gelora meski sebagai partai baru dalam perpolitikan di Indonesia, termasuk di Pandeglang.
Meski telah didukung 9 partai pengusung, Irna menilai dukungan Partai Gelora sangat penting dan dapat menambah semangat memenangi Pilkada, serta membuat arah baru pembangunan Pandeglang.
“Terima kasih atas dukungan yang diberikan Partai Gelora yang membawa arah baru bagi Pandeglang. Ini menambah semangat kemenangan kami, kehadiran Partai Gelora diharapkan dapat berkolaborasi membangun Pandeglang,” kata Bupati Pandeglang Irna Narulita.
Sementara itu, Wakil Ketua DPD Partai Gelora Pandeglang Duriyat mengatakan, Partai Gelora akan membentuk rumah kemenangan paslon Irna-Tanto di enam zona.
“Partai Gelora di Pandeglang memiliki kader militan dari kalangan milenial yang akan terus menggelorakan pasangan Irna-Tanto yang akan membawa arah baru untuk Pandeglang. Kita tunjukkan kerja nyata kita dalam berkolaborasi,” tandas Duriyat.
Partai Gelora sendiri hingga kini telah menyerahkan 150 SK dukungan. Terdiri dari 8 pemilihan gubernur, 25 pemilihan walikota dan 117 pemilihan bupati dari 270 daerah yang menyelenggarakan Pilkada 2020.