Category: Liputan

Chusnul Ungkap Cerita Doremon dan Partai yang Banyak Artisnya

, , , , , ,

JAKARTA – Mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Chusnul Mariyah meminta para aktivis di partai politik (Parpol) untuk tidak menggunakan cerita ‘Doraemon’ sebagai cara memahami berbagai persoalan bangsa dalam kehidupan sehari-hari .

Sebab, untuk memahami dan menyelesaikan persoalan bangsa tidak bisa diselesaikan dengan ‘kantong ajaib’, tapi aktivis partai, terutama perempuan yang harus benar-benar berkualiatas dan cerdas, sehingga bisa memahami ketika berbicara mengenai narasi kebangsaan.

Doremon sebagai cerita fiksi dan animasi dari Jepang ini, populer dikalangan anak-anak di Indonesia, dikenal memiliki ‘kantong ajaib’ yang bisa menyelesaikan semua masalah yang dihadapi nobita.

“Anda pasti bukan pembaca yang baik, seorang aktivis partai yang dibaca jangan Doraemon. Kalau anda tidak bisa membaca (narasi, red), anda bukan pemimpin yang baik, you are not a leader,” kata Chusnul dalam ‘Orientasi Kemimpinan (OKE) API Gelora dengan tema ‘Perempuan di Tengah Digitalisasi Demokrasi’ yang diselenggarakan Partai Gelora, (15/8).

Menurut Chusnul, aktivis perempuan di partai harus memliki kemampuan ‘komunikasi membaca’ persoalan yang dihadapi bangsa dan rakyatnya. Sehingga bukan hanya sekedar sebagai pelengkap atau pemanis kuota perempuan saja dalam politik.

“Ngerti persoalan rakyatmu aja enggak, apalagi ngerti persoalan perempuan. Bagaimana anda membangun narasi soal persoalan bangsa?, sementara tidak mempunyai kemampuan komunikasi membaca. Makanya ketika ditanya wartawan, jawabannya a,i,u,e,o, nganu,” ujar Chusnul.

Staf pengajar FISIP UI ini menilai, perempuan Indonesia harus sadar diri dalam meningkatkan kemampuannya dalam berpolitik. Ia menyadari, kesalahan ini tidak mutlak dari perempuan itu sendiri, melainkan dari proses rekruitmen di partai.

“Biasanya kalau perempuan cerdas dikatakan galak, sehingga tidak rekrut. Malah yang direkrut yang feminim tunduk pada kemauan pimpinan partai dan bandar, makanya yang diambil, istrinya, saudaranya, pacarnya dan orang-orang terdekat,” ungkapnya.

Akibatnya, para perempuan berpendapat, politik itu kotor dan memilih tidak terlibat dalam aktivitas politik, meskipun kuota perempuan di parlemen sudah mencapai 21 persen saat ini.

“Perempuan tetap mengaggap politik kotor, tapi dia sendiri tidak mau ikut membersihkan. Inilah problem kita saat ini, nah Partai Gelora sebagai partai baru jangan seperti partai-partai yang sudah ada,” tegas Chusnul.

Lebih lanjut, Chusnul berharap para perempuan yang menjadi aktivis partai dan aktif dalam dunia politik, berani ‘bertarung (fight) dan tidak sekedar menjadi follower, tetapi harus berperan aktif dengan didukung kemampuan komunikasi membaca narasi persoalan bangsa.

“Jadi, perempuan itu harus percaya diri, perempuan masih dipandang sebelah mata, makanya jangan heran kalau partai politik banyak artisnya. Saya tanya kok seneng banget, rupanya kalau rapat ada artis, bapak-bapak senang. Mereka direkrut karena followernya banyak, tapi kalau dilihat masih kalah dengan followernya Puan Maharani.” pungkas Chusnul.

Link terkait:

https://www.jawapos.com/nasional/politik/17/08/2020/chusnul-ungkap-cerita-doremon-dan-partai-yang-banyak-artisnya/

Sumber: Jawa Pos

Dahlan Iskan: Partai Gelora Bisa Bikin Road Map Mencari Pemimpin Berkualitas

, , , , , ,

JAKARTA – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia bisa mengambil peran untuk menyiapkan para pemimpin berkualitas, meskipun saat ini pemimpin yang terpilih hanyalah yang paling populer di masyarakat, bukan yang berkualitas.

Namun, hal itu harus terus diupayakan hingga ditemukan seorang pemimpin yang berkualitas dan populer di masyarakat. Partai Gelora bisa membuat roadmap (peta jalan) pemimpin berkualitas dan populer.

“Poin paling penting yang harus ada di dalam seorang pemimpin adalah kemampuannya dalam memajukan negara ini. Partai Gelora tidak ada beban apa pun, ya mulailah sesuatu yang menerobos, menyiapkan para pemimpin,” kata tokoh pers Dahlan Iskan dalam ‘Orientasi Kepemimpinan (OKE) API Gelora dengan tema ‘Membangun Kepemimpinan Indonesia Maju di Tengah Krisis Global’ yang diselenggarakan oleh Partai Gelora Indonesia, Sabtu (15/8).

Keberadaan Akademi Pemimpin Indonesia (API), bisa menjadi alat bagi Partai Gelora untuk menyiapkan pemimpin berkualitas dan populer, misalkan menjaring 100 orang dari berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai latar dan track record-nya

“Katakanlah dari 100 itu diseleksi menjadi 15 orang dan track record-nya harus baik. Saya yakin Partai Gelora bisa, karena memilliki kemampuan kerja-kerja teknokrat dan bisa menyiapkan pemimpin secara terukur dan target-targetnya. Tinggal nanti memopulerkan calon yang berkualitas itu,” katanya.

Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) era Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY) itu menyampaikan, kegelisahannya terkait calon pemimpin Indonesia ke depan, apabila sistem pemilu masih seperti sekarang. Bagi Dahlan, masyarakat cenderung melihat kepopulerannya saja.

“Saya belum melihat indikasi bahwa tidak ada jaminan yang terpilih adalah yang berkualitas. Tetap saja yang terpilih adalah yang populer, yang disenangi (masyarakat). Padahal yang disenangi belum tentu berkualitas. Tentu yang belum populer bisa menangis,” ujar Dahlan. Dia mengungkapkan, kegelisahan dirinya juga dialami oleh mantan Presiden SBY, bahwa pemimpin setelah dirinya belum tentu berkualitas dan populer. “Pak SBY juga gelisah siapa pengganti dirinya, mampu saja tidak cukup karena akan tidak sukai masyarakat,” ujarnya.

Mantan Direktur PLN ini meyebut, orang-orang di balik partai Gelora merupakan orang-orang yang mampu dan berkualitas.

Namun, orang-orang berkualitas ini cenderung sulit populer karena dianggap terlalu serius. Terbukti banyak pejabat di negara ini yang terpilih karena kepopulerannya.

Sehingga menurutnya, kualitas dan kemampuan seseorang tidak lagi menjadi prioritas utama yang harus dimiliki oleh para pejabat atau calon pemimpin Indonesia.

“Mengandalkan kemampuan saja tidak akan terpilih dan ini terbukti sekarang, orang-orang yang populer banyak yang terpilih. Yang mampu ini biasanya sulit populer karena terlalu serius. Sementara yang populer tidak serius. Kalau semakin serius, tidak terlalu disukai,” katanya.

Namun, bagi Dahlan keberadaan Partai Gelora tetap menjadi harapan bagi Indonesia untuk melahirkan pemimpin-pemimpin, tidak hanya sekadar berkualitas saja, tetapi juga populer. Kerja-kerja selanjutnya adalah mempopulerkan pemimpin berkualitas tersebut.

“Partai Gelora harus berani melakukan terobosan membuat road map pemimpin Indonesia 4, 9 tahun 11 tahun dan seterusnya. Hal ini agar ditemukan pemimpin yang mampu sekaligus populer dan mereka tidak kalah suara dari calon pemimpin yang hanya mengandalkan kepopuleran itu,” ujarnya.

Dahlan menambahkan, upaya yang dilakukan Partai Gelora dalam menyiapkan pemimpin melalui Akademi Pemimpin Indonesia perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak, seluruh komponen bangsa.

Sebab, sistem demokrasi yang sudah terbangun saat ini tidak mungkin dikembalikan lagi pada sistem kediktatoran seperti era Orde Baru.

Namun, yang perlu diperbaiki saat ini adalah masalah penegakan hukumnya, jangan dijadikan alat untuk penguasa.

“Diktator itu tidak ada yang baik kecuali di China dan Singapura. China karena sistemnya, Singapura karena orangnya. Nah kalau saya, demokrasi harus tetap berjalan, tetapi dibarengin dengan penegakan hukum yang jelas,” pungkasnya.

Partai Gelora saat ini sedang menyiapkan pemimpin-pemimpin Indonesia ke depan dan membangun narasi Indonesia menjadi lima besar kekuatan dunia melalui Akademi Pemimpin Indonesia.

Partai Gelora Indonesia juga secara masif melakukan koordinasi kepada seluruh komponen anak bangsa dengan membentuk Akademi Manusia Indonesia (AMI). AMI ini sifatnya membentuk diri dan kepribadian jati diri Indonesia.

Dengan keberadaan AMI dan API ini, mimpi Indonesia menjadi kekuatan kelima dunia sejajar bersama Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia dan China bisa terwujud.

Link terkait:

https://www.jpnn.com/news/dahlan-iskan-partai-gelora-bisa-bikin-road-map-mencari-pemimpin-berkualitas

Sumber: JPNN

Fahri Hamzah: Gelora Siap Hadirkan Pemimpin Baru

, , , , ,

JAKARTA – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menegaskan siap menjawab tiga tantangan yang tengah dihadapi bangsa Indonesia. Salah satunya dengan menyiapkan darah segar pemimpin baru untuk masa depan.

“Partai Gelora akan menjadi armada yang menghadirkan darah segar pemimpin-pemimpin baru bangsa yang mengerti betul masalah mendasar dan tantangan bangsa Indonesia,” ujar Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah lewat keterangan resminya, Ahad (19/7).

Menurutnya, saat ini Indonesia memiliki tiga tantangan mendasar, yakni kegamangan naratif, kapasitas negara, dan kapasitas pemimpin. Hal itulah yang membuat banyak persoalan berulang di sektor sosial, politik, ekonomi, juga kriminalitas seperti korupsi dan narkoba.

Permasalahan itulah yang menguras energi bangsa. Di mana seharusnya, Indonesia dapat menjadi lima besar kekuatan dunia.

Persoalan pertama, kegamangan naraktif dapat dilihat dari adanya suatu kelompok yang ingin mereduksi Pancasila menjadi Trisila atau Ekasila. Padahal, Pancasila sudah sah sebagai falsafah negara dalam Pembukaan UUD 1945.

“Tapi masih ada kelompok yang ingin mereduksi atau menyinggung lagi Pancasila. Ini yang saya sebut sebagai kegalauan naratif,” ujar Fahri.

Kedua, persoalan kapasitas negara yang dilihatnya semakin hari semakin lemah. Bahkan, dapat dikalahkan oleh media sosial. Hal inilah yang membuat negara mengintip percakapan pribadi warga di media sosial.

“Seharusnya negara itu, bagaimana meningkatkan pendapatan perkapita kita yang baru naik USD4.000, kalah jauh dibandingkan Malaysia, Singapura, Tiongkok dan Taiwan. Masih banyak masyarakat kita yang hidup di bawah garis kemiskinan, begitu harga beras naik puluhan orang langsung amblas di bawah garis kemiskinan,” ujar Fahri.

Terakhir, soal kapasitas pemimpin yang dinilainya semakin memprihatinkan. Sebab, para pemimpin saat ini seakan menjadi bahan olokan.

“Pemimpin itu seperti getir, reputasi pemimpin gampang dijatuhkan dan gampang jatuh menjadi manusia biasa. Tapi yang lebih menyedihkan adalah kapasitas pemimpin lainnya,” ujar Fahri.

Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, Partai Gelora siap menghadirkan pemimpin-pemimpin baru. Pemimpin yang mempelopori lahirnya digital demokrasi yang menghadirkan berbagai instrumen partai politik secara digital yang akan mudah diakses publik melalui gawai.

Baik sebagai tempat untuk perdebatan isu atau pikiran, merekrut anggota, mengakses informasi tentang partai politik dan calon pemimpinnya. Termasuk mencari pemimpin baru.

“Di sinilah pentingnya berbicara digital demokrasi, kegiatan GELORA DIGIFEST 2020 ini instrumen untuk melengkapkan diri sebagai partai politik digital. Sebab, partai yang manual, kuno dan kolot akan ditinggalkan,” ujar Fahri.

Menurutnya, pandemi Covid-19 telah memengaruhi demokrasi manual dan penggunaan digital mulai dilakukan. Lewat digital demokrasi, Partai Gelora berikhtiar akan membangun sinergi yang mengumpulkan seluruh potensi anak bangsa.

Tanpa membedakan suku, agama dan ras untuk berkiprah dalam politik. Sehingga menimbulkan kesadaran kolektif bangsa dalam mengatasi krisis berlarut.

“Ini tantangan dan keluhan yang harus diatasi bersama, kita harus berkolaborasi. Kita harus laksanakan amanah sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia,” ujar mantan wakil ketua DPR itu.

Link terkait:

https://republika.co.id/berita/qdq018428/fahri-hamzah-gelora-siap-hadirkan-pemimpin-baru

Sumber: Republika

Partai Gelora Buka Pendaftaran Kader Secara Online

Jakarta – Partai Gelora meluncurkan aplikasi mobile untuk pendaftaran anggota partai baru secara online.

“Kami buat cara mudah yaitu daftar secara online,” kata Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta dalam peluncuran mobile apps E-KTA Partai Gelora Indonesia di akun Youtube Partai Gelora, Ahad, 19 Juli 2020.

Anis mengatakan bahwa ia berupaya menjadikan partainya sebagai pelopor partai digital. “Kami berusaha jadi pelopor dalam bidang ini menjadi partai digital. Kami percaya shifting teknologi adalah suatu keniscayaan,” kata dia.

Jika Indonesia ingin masuk ke dalam lima besar dunia, kata mantan politikus Partai Keadilan Sejahtera ini, maka salah satu fitur penting yang harus dimiliki adalah mempercepat proses digitalisasi dalam sektor kehidupan.

Anis berharap rekrutmen secara online dapat disambut baik masyarakat, terutama kaum milenial. “Kami percaya di balik krisis ada peluang besar bagi orang-orang yang mau berinovasi,” ujarnya.

Untuk mendaftar keanggotaan Partai Gelora secara online, masyarakat bisa mengunduh aplikasi Partai Gelora Indonesia di Play Store bagi pengguna Android dan App Store bagi pengguna Apple.

Setelah aplikasi terpasang di ponsel, masyarakat bisa memilih ikon Anggota di kanan bawah. Kemudian pilih form Pendaftaran Anggota dan isi semua data. Setelah melengkapi data, klik Submit, dan akan keluar pemberitahuan bahwa data sedang diproses. Masyarakat akan diminta menunggu proses pengajuan hingga pemberitahuan berikutnya.

Anis Matta memastikan proses tak akan berlangsung lama. “Pendaftaran melalui aplikasi paling lama 1 hari,” kata dia.

Sumber : Tempo

Gelora Ingin Jadi Pelopor Partai Digital

Gelora Ingin Jadi Pelopor Partai Digital

JAKARTA — Partai Gelora telah menyelenggarakan acara berbasis digital dengan nama Gelora Digifest 2020. Acara tersebut diharapkan menjadi langkah awal Partai Gelora yang mempelopori partai digital ke masyarakat.

“Kami berusaha jadi pelopor dalam bidang ini menjadi partai digital. Kami percaya shifting teknologi adalah suatu keniscayaan,” ujar Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta dalam acara Gelora Digifest 2020, Ahad (19/7).

Salah satu yang diperkenalkan dalam acara tersebut adalah perekrutan kader secara digital. Seseorang yang ingin mendaftar menjadi kader, cukup dengan mengunduh aplikasi Partai Gelora Indonesia di Apps Store dan Play Store.

“Kami buat cara mudah yaitu daftar secara online. Pendaftaran melalui aplikasi paling lama satu hari,” ujar Anis.

Dengan proses seperti itu, ia berharap dapat menampung banyak kader Partai Gelora, khususnya dari kalangan milenial. Sebab, inovasi dan digitalisasi saat ini diperlukan untuk memajukan Indonesia.

“InsyaAllah langkah Partai Gelora akan disambut baik seluruh masyarakat Indonesia, terutama kaum milenial, karena kami percaya di balik setiap krisis, selalu ada peluang besar bagi orang yang mau berinovasi,” ujar Anis.

Di sisi lain, Partai Gelora siap menghadirkan pemimpin-pemimpin baru. Pemimpin yang mempelopori lahirnya digital demokrasi yang menghadirkan berbagai instrumen partai politik secara digital yang akan mudah diakses publik melalui gawai.

Baik sebagai tempat untuk perdebatan isu atau pikiran, merekrut anggota, mengakses informasi tentang partai politik dan calon pemimpinnya. Termasuk mencari pemimpin baru.

“Di sinilah pentingnya berbicara digital demokrasi, kegiatan GELORA DIGIFEST 2020 ini instrumen untuk melengkapkan diri sebagai partai politik digital. Sebab, partai yang manual, kuno dan kolot akan ditinggalkan,” ujar Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah.

Sumber : Republika

Anis Minta Jokowi Punya Skenario Ekonomi Terburuk

INILAHCOM, Jakarta – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Muhammad Anis Matta meminta pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) menyiapkan skenario terburuk terhadap fundamental ekonomi.

Ya, lantaran pandemi Covid-19 belum terlihat kapan berakhirnya. “Bagaimana sebenarnya kondisi perekonomian kita? Seberapa dalam dampak krisis ini terhadap fundamental ekonomi Indonesia? Bagaimana mengantisipasi melesetnya penerimaan pajak dari target, dan apa mitigasinya?” ujar Anis Matta kepada wartawan di Jakarta, Rabu (8/7/2020).

Menurut Anis, dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, pemerintah sudah seharusnya menanggalkan ‘politik pencitraan’. Dalam hal ini, Jokowi sudah sepatutnya menyiapkan skenario terburuk untuk menghadapi krisis berlarut ini. “Sebaiknya pemerintah tidak merisaukan soal citra. Karena yang mendesak adalah menyampaikan apa adanya kepada rakyat,” tegasnya.

Anis berharap pemerintah lebih mengedepankan prinsip transparansi terhadap kondisi pandemi agar masyarakat betul-betul memahami, bahwa krisis berdampak pada sejumlah sektor.

Dengan transparansi dan kejujuran itu, lanjutnya, diyakini semua pihak akan timbul kesadaran kolektif untuk bahu-membahu membantu pemerintah agar bangkit dari keterpurukan krisis saat ini.

“Dari berbagai krisis yang pernah terjadi di dunia, kita belajar bahwa transparansi dan kejujuran adalah pilar penting untuk bertahan dan bangkit. Khususnya transparansi dan kejujuran pemerintah menyampaikan bagaimana kondisi negara sebenarnya dalam melalui krisis ini,” ujarnya.

Transparansi dan kejujuran yang perlu dilakukan pemerintah, kata Anis, menyangkut mitigasi kasus Covid-19 agar tidak terus melebar pada fundamental ekonomi. “Bagaimana kekuatan perbankan kita menghadapi perlambatan ekonomi yang akan berlangsung lama?” tanya Ketua Umum Partai Gelora Indonesia yang merupakan sempalan dari PKS ini.

Oleh karena itu, transparansi dan kejujuran harus benar-benar diutamakan pemerintah agar masyarakat bisa mengantisipasi dampak dari krisis tersebut. “Kejujuran dan transparansi pemerintah penting agar rakyat bersiap-siap, menyusun prioritas, dan mengalokasikan sumber daya dengan tepat,” tandasnya.

Transparansi dan kejujuran pemerintah juga diperlukan untuk menjelaskan sejauh mana efektifitas sistem pelayanan kesehatan dalam menghadapi jumlah pasien positif Covid-19 yang terus meningkat dari hari ke hari.

“Begitu juga bagaimana keandalan sistem pelayanan kesehatan kita sebenarnya, dalam menghadapi jumlah pasien positif Covid-19 yang terus meningkat,” pungkas Anis.

Mengingatkan saja, data Gugus Tugas Penanganan Covid-19 per 7 Juli 2020, menyebutkan, jumlah orang yang terpapar Corona mencapai 66.226 jiwa. Sedangkan jumlah pasien sembuh 30.785 orang dan meninggal 3.309 orang.

Hingga saat ini, anggaran penanganan Covid-19 membengkak Rp272,1 triliun atau setara 67%. Menteri Keuangan Sri Mulyani, usai rapat bersama Presiden Joko Widodo pada Rabu (3/6/2020), mengatakan pemerintah telah menaikkan anggaran penanganan Covid-19 dari Rp405,1 triliun menjadi Rp677,2 triliun. [ipe]

Sumber : inilah.com

Terkait Amarah Presiden Jokowi ke Para Menteri, Fahri Hamzah: ‘Bisa Runtuh Wibawa Seorang Presiden’

Pandemi Covid-19 menjadi prahara yang seperti tak berujung bagi pemerintahan Indonesia.

Kebingungan antara mengutamakan sektor mana, antara kesehatan atau ekonomi selalu menjadi pembahasan yang krusial dalam kurun beberapa bulan terakhir.

Per hari Jumat (3/7/2020), jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 60.695 orang.

Selain sektor kesehatan yang saat ini terjengkal-jengkal meladeni cepatnya penularan Covid-19, sektor ekonomi juga mengalami pukulan yang telak.

Hal ini pun menjadi perhatian serius Presiden Joko Widodo, yang secara serius mengungkapkan rasa kekesalannya terhadap beberapa menteri-nya akibat kinerja yang lamban dan tak memilliki “sense of crisis” selama pandemi Covid-19 ini.

Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara pada Kamis (18/6/2020), yang diunggah di YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (28/6/2020) menjadi perbincangan hangat publik Indonesia.

Dalam unggahan tersebut, terlihat dengan jelas Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan beberapa hal penting, menyindir beberapa sektor kementerian dan berbicara dengan raut muka kesal serta nada yang tinggi.

“Kemarahan” Jokowi disebut akibat dari lambannya kinerja para pembantunya di kabinet atau sektor kementerian terkait respons terhadap pandemi Covid-19 dan dampak-dampak turunannya.

Akibat hal tersebut, beredar kabar akan adanya reshuffle atau perombakan Kabinet Indonesia Maju.

Namun, tindakan “marah-marah” Jokowi terhadap para menteri dan jajaran pemerintahan yang dipertontonkan ke publik ini dianggap tidak layak.

Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah menilai tidak selayaknya Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluapkan kemarahannya di depan publik.

Hal itu ia sampaikan dalam acara Mata Najwa di kanal YouTube Najwa Shihab, Rabu (1/7/2020) lalu.

Sebelumnya Jokowi mengecam kinerja menterinya yang dirasa kurang tanggap menangani pandemi Virus Corona (Covid-19).

Ia juga mengancam akan merombak kabinet (reshuffle) dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara pada Kamis (18/6/2020) lalu.

Menanggapi pidato Jokowi tersebut, Fahri menilai tidak perlu presiden sendiri yang marah-marah.

Menurut dia, teguran itu bisa disampaikan oleh Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko.

“Jangan presidennya yang marah, cukup Moeldoko yang marah,” kata Fahri Hamzah.

Menurut dia, teguran itu dapat disampaikan dengan lebih halus oleh Moeldoko.

“Marahnya Moeldoko bilang, ‘Pak Menteri, ini anggarannya kok sekian? Tolong minta data Anda yang terbaru, presiden minta’,” papar Fahri.

“Moeldoko cukup bilang begitu,” lanjutnya.

Fahri menilai cara itu akan lebih efektif dan membuat menterinya segan dengan permintaan presiden.

“Begitu bilang presiden minta, gemetar itu orang. Presiden minta, lapor datanya,” jelas Fahri.

Fahri kemudian menjawab pertanyaan Najwa Shihab yang mengungkapkan kenapa tidak Presiden saja yang meluapkan kemarahan.

“Kita perlu menjaga kewibawaan presiden. Presiden itu untuk kepentingan persatuan,” jelas Fahri.

“Ketika Anda melihat Jokowi selantang itu, itu menjatuhkan wibawanya?” tanya Najwa lagi.

Fahri membenarkan.

Ia menyarankan sebaiknya sikap marah itu tidak perlu ditunjukkan lagi.

“Iya, kalau terus-menerus melakukan itu, runtuh wibawanya,” tegas Fahri.

Ia menyinggung ada banyak kesalahan data dalam pidato yang disampaikan Jokowi, termasuk tentang minimnya penyerapan anggaran Covid-19 oleh Kementerian Kesehatan.

Menurut Fahri, data yang masuk di presiden berbeda dengan yang dimiliki Komisi IX.

“Apalagi kalau kemudian dalam marahnya itu banyak salah data, seperti dia dibantah oleh Komisi IX yang mengatakan bahwa Menteri Kesehatan belanjanya lebih banyak,” ujar Fahri.

“Yang masuk di dia cuma Rp 1,9 triliun,” tambahnya.

Isu reshuffle berhembus

Seperti yang diketahui, kabar akan adanya reshuffle berhembus kencang menyusul kemarahan sekaligus peringatan tegas Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Jokowi merasa kecewa dengan kinerja dari para menterinya dalam menyikapi krisis dan pandemi Virus Corona.

Dikutip dari acara Kompas Petang, Kamis (2/7/2020), kini muncul ada tiga menteri yangbisa terkena reshuffle.

Satu di antaranya adalah Menteri Kesehatan yang dijabat oleh Terawan Agus Putranto.

Terawan Agus sebelumnya menjadi sorotan utama lantaran berkaitan langsung dengan kasus Covid-19, yakni di bidang kesehatan.

Terlebih pada rapat kabinet saat itu, Kementerian Kesehatan menjadi contoh buruk yang disampaikan oleh Jokowi, terkait dengan anggaran yang dikeluarkan.

Kemenkes disebut baru mengeluarkan anggaran sebesar 1,53 persen dari total yang dianggarkan sebesar Rp 75 triliun.

Dalam tayangan Kompas tersebut memperlihatkan Terawan Agus digantikan oleh Daeng Muhammad Faqih.

Daeng Faqih saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Selain Menkes, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Wishnutama Kusubandio juga punya peluang digantikan oleh Triawan Munaf.

Triawan Munaf merupakan Kepala Badan Ekonomi Kreatif pada kabinet Jokowi-Jusuf Kalla.

Dan selanjutnya ada dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nadiem Makarim.

Melihat dari tayangan tersebut, Nadiem Makarim bisa saja digantikan oleh Haedar Nashir, yang kini menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Sebelumnya diberitakan TribunWow.com, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin buka suara soal kabar reshuffle yang akan dilakukan Presiden Jokowi.

Hal itu terjadi ketika Ali Ngabalin membahas terkait kemungkinan adanya reshuffle atau perombakan menteri oleh Jokowi dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, Selasa (30/6/2020).

Ali Ngabalin mengatakan bahwa keputusan reshuffle tersebut sangat wajar terjadi karena merupakan kewenangan dari seorang presiden.

Namun dikatakannya, sampai sejauh ini belum ada gambaran mengenai lembaga apa atau menteri siapa yang akan mendapatkan reshuffle.

“Kita musti kembali lagi kepada kewenangan presiden, beliau mempunyai hak prerogatif untuk bisa melakukan apa saja untuk kepentingan bangsa dan negara termasuk dalam pelayanan kepada masyarakat,” kata Ali Ngabalin.

“Tidak ada sama sekali belum ada gambaran (lembaga), tetapi itu kan menjadi bagian daripada otoritas tertinggi dari Presiden,” pungkasnya.

Pakar Komunikasi Politik, Effendi Gazali buka suara terkait kemarahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga mengancam untuk melakukan reshuffle atau perombakan kabinet.

Effendi Gazali mengatakan bahwa apa yang dilakukan Jokowi kepada menterinya itu merupakan satu tindakan yang memang harus diambil oleh seorang pemimpin.

Dikatakannya bahwa Jokowi menilai kinerja dari para pembantunya itu tidak produktif, khususnya dalam menangani krisis dan pandemi Virus Corona.

Meski begitu, menurut Effendi, Jokowi memang tidak mengatakan dengan lantang terkait kementerian atau lembaga yang akan dicopot atau dibubarkan.

Namun Effendi mengatakan bahwa kementerian yang paling menjadi sorotan pada saat itu adalah Menteri Kesehatan.

Kinerja dari Kementerian Kesehatan menjadi contoh buruk yang disampaikan oleh Jokowi.

Seperti misalnya, dikatakan oleh Jokowi bahwa Kementerian Kesehatan baru mengeluarkan anggaran sebesar 1,53 persen dari anggaran total mencapai Rp 75 juta untuk penanganan Covid-19.

“Saya melihat bahwa ini ada bagian yang dalam komunikasi politik kita sebut tidak produktif, karena tidak jelas mengarah kepada siapa,” ujar Effendi.

“Mungkin kita harus tanya ke Ali Mochtar Ngabalin, soal lembaga yang kapan perlu dibubarkan.”

“Selain itu sepertinya dari teks yang saya baca dan video yang saya tonton beberapa kali, lebih banyak memang mengarah kepada Kementerian Kesehatan mungkin,” jelasnya.

“Dengan menyebutkan angka Rp 75 triliuin kemudian baru 1,53 persen yang dikeluarkan,” sambungnya.

Liputan Media : Tribunnews.com

Pak Jokowi Marah-Marah, Anis Matta Punya Saran untuk Cegah RI Jadi Negara Gagal

JAKARTA – Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta punya saran untuk Presiden Joko Widodo. Anis menyampaikan sarannya menyusul viral video Presiden Ketujuh RI itu memarahi para menterinya dalam rapat paripurna kabinet.

Mantan wakil ketua DPR itu menilai pemerintah justru kehilangan efektivitasnya pada masa pandemi COVID-19. Buktinya adalah visi dan misi Presiden Jokowi yang tak bisa direalisasikan oleh para menterinya.

“Kalau tidak ada progres berarti banyak instrumen yang tidak ter-deliver dan itu menunjukkan negara sudah kehilangan efektivitasnya,” kata Anis melalui layanan pesan, Selasa (30/6).

Lebih lanjut Anis mengatakan, salah satu dari tiga ciri negara gagal adalah pemerintahan yang kehilangan efektivitas. Oleh karena itu, katanya, kini saatnya Kabinet Indonesia Maju (KIM) dievaluasi. “Apakah kabinet Jokowi saat ini kabinet pesta atau kabinet kerja. Ini serius karena satu dari tiga tanda negara gagal Indonesia sudah memasukinya,” tegas Anis. Menurut Anis, ada tiga jebakan yang harus dihindari pemerintah demi menghindarkan Indonesia dari jalan menuju negara gagal. Pertama adalah menghindari jebakan kapasitas, khususnya kepemimpinan nasional.

Kedua adalah jebakan keamanan seiring terjadinya kontraksi antara kebebasan berdemokrasi versus kontrol negara terhadap publik. “Ketiga adalah jebakan legitimasi publik dan koalisi partai pemerintah yang sudah tampak mulai menyelamatkan diri masing-masing,” papar Anis. Selain itu, Anis juga menyarankan agar Presiden Jokowi membuat tiga klaster untuk menghadapi krisis akibat pandemi yang berlarut-larut. Klaster pertama adalah ilmuwan atau para saintis terbaik.

“Sehingga pemerintah bisa memahami krisis pandemi ini secara mendalam dan tepat,” ujar Anis.

Selanjutnya, klaster kedua terdiri dari layanan publik terutama sektor kesehatan, sosial, pendidikan dan ekonomi. Ketiga adalah klaster geopolitik. Anis menekankan soal pentingnya klaster geopolitik. “Strategi geopolitik kita tampak tidak punya arah,” ulasnya. Sebelumnya Presiden Jokowi menumpahkan kekesalannya dalam Sidang Paripurna KIM pada 18 Juni lalu. Presiden Jokowi dalam forum itu menganggap para menterinya bekerja biasa-biasa saja pada masa pandemi Covid-19. Jokowi menginginkan belanja kementerian dipercepat agar uang yang mengalir ke masyarakat makin banyak. Mantan Gubernur DKI itu mencontohkan anggaran kesehatan dalam APBN 2020 yang dipatok Rp 75 triliun, namun yang teralisasi baru 1,53 persen. Selain itu, Jokowi juga menyebut upaya pemulihan ekonomi nasional tidak menunjukkan progres signifikan. Sebab, berbagai stimulus ekonomi tak kunjung terealisasi.(mg10/jpnn)

Sumber : jpnn

Anis Matta Beberkan Tiga Jebakan Negara Gagal yang Harus Dihindari Jokowi

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara tegas menyapikan kejengkelannya terkait kinerja menteri kabinet Indonesia Maju saat rapat paripurna kabinet pada 18 Juni 2020, lalu.

Dalam kesempatan itu, Presiden mengutarakan bahwa kerja para menteri di masa krisis akibat pandemi ini tidak menunjukan progres kemajuan.

Menanggapi hal itu, Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta mengingatkan pemerintah jika situasi nasional menunjukan sudah masuk tahap negara gagal.Perlunya mengacu pada pada tiga tanda yang disampaikan Presiden dimana nampak negara sudah kehilangan efektifitasnya.

“Kalau tidak ada progres berarti banyak instrumen yang tidak terdeliver dan itu menunjukan negara sudah kehilangan efektifitasnya,” Kata Anis Matta dalam keterangannya, Selasa (30/6/2020).

Menurut Anis, ini peringatan serius buat kinerja jajaran menteri di kabniet pemerintah.Anis Matta bahkan mengingatkan agar kabinet ini harus dievaluasi secara jujur apakah kabinet Jokowi saat ini kabinet pesta atau kabinet kerja.

“Ini serius karena satu dari tiga tanda negara gagal Indonesia sudah memasukinya,” tegas Anis Matta.

Anis menyebut ada tiga jebakan yang pemerintah harus atasi jika Indonesia ingin terhindar dari negara gagal bahkan negara colaps.Pertama, jebakan kapasitas khususnya leadership nasional.

Kedua, jebakan keamanan dimana terjadinya kontraksi antara kebebasan domokrasi versus pengendalian sosial (kontrol negara terhadap publik,red). Lalu, ketiga, jebakan legitimasi publik dan koalisi partai pemerintah yang sudah nampak mulai menyelamatian diri masing-masing.

Terkait opsi terjadi reshuffle di kabinet, Anis Matta menilai bukan pada sektornya tetapi pada pendekatanya.

Anis Matta memberikan masukan yang bisa dilakukan pemerintahan jokowi yaitu sebaiknya membuat tiga cluster dalam menghadapi krisis berlarut ini yaitu pertama cluster ilmuwan atau para saintis terbaik bangsa agar pemerintah bisa memahami krisis pandemi ini secara mendalam dan tepat.

Kedua cluster public service khususnya sektor kesehatan, sektor sosial, sektor pendidikan dan ekonomi didalamnya.Kemudian ketiga adalah cluster geopolitik. Cluster ketiga ini, menurut Anis, yang minim mendapat penanganan oleh pemerintah.

Liputan Media : Tribunnews

Partai Gelora Rekrut Kader Secara Online

Selasa, 2 Juni 2020, 10:05 WIB

Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia melakukan rekrutmen anggota di seluruh daerah setelah mengantongi SK dari Menkumham. Tak hanya offline, proses pendaftaran anggota juga bisa dilakukan melalui online.

Hal itu diungkapkan Sekretaris Jenderal DPP Gelora Indonesia, Mahfuz Sidik kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Menurut Mahfuz, dengan perkembangan dunia digital yang begitu cepat dan canggih, maka, partai politik termasuk Partai Gelora juga harus bisa beradaptasi dan mengikuti zaman dalam sistem perekrutan anggota.

“Kita akan mengedepankan dan mengandalkan proses pendaftaran melalui online,” ujar Mahfuz.

Untuk merealisasikan hal itu, Partai Gelora sedang mempersipkan perangkatnya. “Kita sedang menyiapkan gelora App. Satu aplikasi yang terintegrasi tentang partai gelora termasuk registrasi membershipnya,” jelasnya.

Siapa pun anak bangsa yang ingin bergabung dan menyalurkan hak politiknya melalui Partai Gelora dipersilakan untuk mendaftarkan diri. Pada prinsipnya, Gelora tidak membatasi siapa pun yang ingin bergabung dan menjadi bagian dari partai.

“Siapa pun anak bangsa yang mau bergabung kita terbuka,” ungkapnya.

Tak hanya proses perekrutan keanggotaan, Mahfuz juga menargetkan menyusun kepengurusan Partai Gelora hingga 100 persen di seluruh kabupaten kota hingga kecamatan dan kelurahan.

“Perlengkapan sturktur sampai penuh menjadi agenda prioritas. Kalau sesuai dengan perencanaan yang disusun sampai kecamatan dan kelurahan itu total kepengurusan sampai 900 ribu orang,” ujarnya.

Namun, diakuinya, proses perekrutan orang untuk menjadi pengurus Partai Gelora di tengah situasi dan kondisi PSBB sangatlah sulit dan rumit. Tapi, kondisi saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi Partai Gelora. Kalau dalam situasi sulit agenda-agenda strategis bisa diselesaikan dan dicapai.

“Ya mudah-mudahan dalam situasi yang ringan bisa melaju lebih kencang,” ujar dia.

Ketua DPW Partai Gelora Jawa Timur, Muhamad Sirot, sebelumnya menargetkan susunan kepengurusan sampai tingkat TPS.

“Usai keluarnya SK Kemenkumham, DPW Gelora Jatim akan melakukan pembentukan pengurus partai tingkat TPS. Dalam waktu dekat kami akan melakukan rekrutmen kader tingkat TPS,” ungkapnya.

Nantinya, jelas Sirot, di setiap TPS harus mempunyai minimal 5 orang pengurus. Rekrutmen kader hingga tingkat TPS ini untuk memastikan bahwa Partai Gelora Jatim harus menguasai teritori.

Bagi dia, penguasaan teritori ini juga memperkecil biaya politik karena Partai Gelora sejak sedari awal melakukan komunikasi dan pemberdayaan rakyat di tingkat TPS.

Saat ini, kepengurusan DPW Partai Gelora Jatim sudah terbentuk di 38 kabupaten/kota sedangkan level DPC terbentuk 413 kepengurusan tingkat kecamatan. [REN]

Sumber : rmco.id

https://rmco.id/baca-berita/parpol/36848/ikut-adaptasi-digital-partai-gelora-rekrut-kader-secara-online

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X