Tag: #Anis Matta

Anis Matta: Regulasi Harus Bisa Mengikuti Kemajuan Teknologi

, , , , , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menegaskan, regulasi mengenai keamanan nasional di era digital saat ini tidak bisa mengimbangi kemajuan teknologi yang maju sedemikian pesatnya.

Begitu satu regulasi selesai, muncul teknologi baru yang juga membutuhkan regulasi, sehingga diperlukan reformasi secara keseluruhan dalam sistem pertahanan.

“Regulasi tidak pernah bisa mengikuti. Kita baru selesai dari regulasi, satu teknologi baru sudah lahir dan membutuhakn regulasi baru lagi. Ini yang saya maksud, kenapa kita membutuhkan reformasi dalam pertahanan secara keseluruhan,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Senin (31/5/2021).

Hal itu disampaikan Anis Matta dalam Gelora Talk ‘Sistem Keamanan Nasional di Era Digital yang dihadiri mantan Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara, serta pakar intelijen dan keamanan Andi Wijayanto pada Sabtu (29/5/2021).

Menurut Anis, reformasi sistem pertahanan harus dilakukan karena perang masa depan bukan perang secara fisik lagi, tapi perang sosial yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan kemajuan teknologi, seperti pencurian data strategis.

“Yang menciptakan teknologi, Amerika Serikat juga tak luput dari pencurian data saat Pilpres lalu. Bahkan ilmuwan nuklir Iran, Fahrizadeh tahun lalu dibunuh, dan pemerintah Iran mengumumkan seluruh data nuklir mereka dicuri,” katanya.

Untungnya, Indonesia saat ini tidak memiliki negara yang menjadi musuh secara spesifik, hanya sekedar korporasi-korporasi kecil yang pekerjaanya memang melakukan pencurian data untuk kepentingan pribadi, seperti pencurian 279 data di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

“Tetapi supaya kita memandang persoalan ini, harus secara strategis dan bersikap jangka panjang karena pembobolan seperti ini, resiko permanen yang akan selalu ada. Sehingga kita perlu melakukan pendekatan baru dalam sistem dan strataegi pertahanan kita secara keseluruhan,” ujarnya.

Anis Matta menilai apabila tidak melakukan antisipasi dengan sistem dan strategi pertahanan baru, bukan musthail pembobolan data yang lain terjadi, bisa data militer, kepolisian atau data strategis lainnya.

“Kita belum kebayang saja, kalau data militer, kepolisian dan seterusnya. Ini semua bobol. Untungnya, kita juga tidak punya senjata nuklir, tiidak ada instalasi yang strategis banget, yang dicuri baru data BPJS,” katanya.

Anis Matta berharap pemerintah bisa melakukan ‘peramalan tren teknologi’ ke depan mulai dari sekarang ini, baik dari sudut pandang kehidupan sosial, ekonomi, politik, militer dan lain-lain. Sehingga Indonesia memiliki independensi dalam sistem pertahanan, karena didukung teknologi terbaru

“Kita pada satu kesimpulan mendudukkan masalah pembobolan data ini secara lebih komprehensif. Dan dari sisi pertahanann kita perlu merumuskan satu sistem dan strategi pertahanan baru, paling tidak Indonesia memiliki indepedensi dalam keamanan digitalnya,” katanya.

Karena itu, Anis Matta berharap regulasi yang dibuat bisa mencakup kemajuan teknologi saat ini dan masa depan. Sehingga ketika muncul teknologi baru, regulasi yang ada bisa digunakan.

“Kita di Partai Gelora ingin melemparkan isu ini supaya mengubah perbicangan publik kita dan berbicara dengan masalah serius seperti ini,” pungkas Anis Matta.

Jaga Keamanan Nasional di Era Digital, Anis Matta: Perlu Sistem dan Strategi Pertahanan Baru

, , , , , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora)  meminta pemerintah Indonesia segera merumuskan sistem dan strategi pertahanan baru di era digital. Hal ini menyangkut keamanan nasional pasca pembobolan 279 data WNI di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

“Sekarang  baru kebobolan data BPJS, kita belum kebayang kalau data militer, kepolisian, dan seterusnya itu semua bobol. Ini yang kita belum kebayang,” kata Anis Matta dalam Gelora Talk ‘Sistem Keamanan Nasional di Era Digital di Gelora Media Centre, Jakarta, Sabtu (29/5/2021) petang.

Dalam diskusi yang juga dihadiri Menkominfo 2014-2019 Rudiantara, serta pakar intelijen dan keamanan Andi Wijayanto itu, Anis Matta menegaskan, dengan sistem pertahanan baru tersebut, maka akan cepat diketahui kelemahannya dimana,  apabila keamanan digitalnya berhasil dibobol.

“Kalau kita bicara keamanan digital, ini hulu masalahnya di mana, kita tidak tahu. Sehingga di sisi pertahanan, kita perlu rumuskan sistem dan strategi pertahanan yang baru, serta independen dalam teknologi seperti,” katanya.

Menurut Anis Matta, dalam sistem pertahanan dan keamanan nasional, Indonesia bisa mencontoh China dan Rusia yang paling jarang mengalami kebobolan, karena independen dalam teknologi. 

“Mungkin karena kita nggak punya negara yang jadi musuh secara spesifik, kita jadi abai. Musuh kita di era digital, bukan negara, tapi  korporasi kecil-kecil. Yang kerjaannya memang ngehack, mencuri data,” tegas Anis Matta.

Mantan Menkominfo Rudiantara mengungkapkan, Indonesia memang kerap menjadi sasaran serangan siber. Indonesia menjadi negara ketiga yang paling banyak mendapat serangan siber.

“Hari ini Indonesia masuk nomor 3 negara, setelah Mongolia dan Nepal, negara yang jadi target attack. Sampai jam hari ini sudah ada 8 juta attack di dunia, Jadi setiap detik ada malware, bukan hacking, bukan phising,” kata Rudiantara.

Malware adalah perangkat lunak yang ditujukan untuk memanipulasi hingga mencuri data digital.  Sedangkan hacking merupakan aktivitas penyusupan ke dalam sebuah sistem komputer ataupun jaringan dengan tujuan untuk menyalahgunakan ataupun merusak sistem.

Sementara phising adalah sebuah upaya menjebak korban untuk mencuri informasi pribadi, seperti nomor rekening bank, kata sandi, dan nomor kartu kredit.

Aksi phising bisa dilancarkan melalui berbagai media seperti e-mail, media sosial, panggilan telepon, dan SMS, atau teknik rekayasa sosial dengan memanipulasi psikologis korban.

“Ini terjadi ini dunia nyata kita, ini bukan menakut-nakuti. Ini memberi awarenesses betapa attack itu secara global terus menerus terjadi,” jelasnya.

Rudiantara meminta masyarakat rajin mengganti pin atau password secara rutin dalam menjaga kemananan data sehari-hari di era digital. Ia menganalogikan menjaga keamanan data seperti menjaga dompet. 

“Siapa yang berani simpan dompet di restoran tanpa diawasi? Semua kan disimpan di kantong baik-baik. Nah sama seperti di keamanan digital kita harus selalu ikhtiar. Ikhtiarnya apa? Dengan disiplin, dengan konsisten, menjaga kerahasiaan pin, password,” ujarnya.

Sementara itu, pakar intelijen dan keamanan Andi Wijayanto mengatakan, Indonesia sudah saatnya memperkuat teknologi di era digital untuk keamanan nasionalnya.

“Untuk amankan siber kita, untuk memperkuat keamanan nasional kita, kuncinya teknologi,” kata Andi.

Namun, penguatan teknologi digital Indonesia saat ini terhambat, karena pandemi Covid-19. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang terbentuk pada 2017 lalu, tidak dalam kondisi ideal untuk membangun infrastruktur, karena keterbasan pengalokasian anggaran. 

“Kepalanya sedang berupaya transformasi BSSN. Tiba-tiba ‘boom’, Covid-19. Jadi tertunda yang direncanakan. Karena harus prioritaskan Covid-19. Moga-moga pandemi segera berakhir,” pungkasnya

Blue Helmet Berikan ‘Hadiah Lebaran’ untuk Rakyat Palestina

, , , , , , ,

Partaigelora.id – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia telah memberikan donasi atau hadiah lebaran Idul Fitri 1442 H kepada warga Palestina yang menjadi korban serangan negara zionis Israel beberapa waktu lalu. Donasi tersebut diberikan oleh Blue Helmet, organisasi sayap dibawah bidang Pelayanan Masyarakat (Yanmas).

Selain donasi lebaran, Blue Helmet juga memberikan takjil untuk berbuka puasa dan sahur selama Ramadan lalu. Hal itu dilakukan Partai Gelora sebagai bentuk kepedulian terhadap nasib rakyat Palestina.

Partai Gelora tidak ingin hanya sekedar menyampaikan narasi mengutuk kebiadaban Israel atau mendesak pembubaran negara zionis Israel saja, tapi juga melakukan langkah nyata membantu rakyat Palestina.

“Kemarin Blue Helmet ada program donasi atau hadiah lebaran. Blue Helmet juga memberikan takjil untuk buka puasa dan sahur selama Ramadan. Pemberiannya disaksikan secara live dari sini,” kata  Styandari Hakim, Ketua Bidang Yanmas DPN Partai Gelora Indonesia dalam keterangannya, Sabtu (29/5/2021).

Styandari berharap bantuan tersebut, menjadi langkah awal bagi Partai Gelora untuk membantu rakyat Palestina mencapai kemerdekaan dan menjadi negara berdaulat. 

“Mudah-mudahan langkah kecil kami ini menjadi langkah awal untuk membantu rakyat Palestina,” katanya.

Komandan Blue Helmet Sulfiadi mengatakan, kondisi warga Palestina saat ini semakin memprihatinkan, akibat kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel secara brutal dan trus berulang tanpa bisa dicegah.

“Perhatian dunia internasional terhadap permasalahan ini sangat kurang. Kami berharap ada keseriusan untuk bisa meredam konflik ini, agar derita rakyat Palestina segera berakhir,” kata Sulfiadi.

Blue Helmet, lanjut Sulfiadi, akan terus memberikan bantuan kemanusiaan untuk meringankan beban rakyat Palestina seperti kebutuhan pangan, medis hingga pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan.

“Blue Helmet akan bersama Palestina hingga mereka mendapatkan haknya sebagai bangsa merdeka,” tegas Sulfiadi, Komandan Blue Helmet ini.

Menanggapi hal ini, Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta memberikan apresiasi kepada Blue Helmet yang terjun langsung memberikan bantuan kemanusian kepada rakyat Palestina.

“Kita mengapresiasi langkah Blue Helmet ini, karena memang konflik Palestina telah menyatukan umat beragama. Yang kita lawan ini  adalah kebiadaban Israel, negara teroris dan negara pelanggar kemanusiaan terbesar di dunia,” kata Anis Matta.

Karena itu, kata Anis Matta, menjadi kewajiban semua pihak untuk mengakhiri kejahatan kemanusiaan yang telah dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.

“Aib bagi kita, kalau kita diam saja. Partai Gelora harus ikut andil meringankan beban rakyat Palestina, dan Blue Helmet telah mengambil langkah kongkret,” tandasnya.

Anis Matta mengungakapkan, keterlibatan Blue Helmet dalam memberikan bantuan kemanusiaan tidak hanya di Palestina, tapi juga membantu korban bencana alam di Indonesia.

“Selama bulan Ramadan kemarin banyak bencana yang terjadi, Blue Helmet luar biasa. Saat bencana dii NTT kemarin, Blue Helmet mengirimkan dua kapal Phinisi, membawa bantuan. Alhamdulillah ada perkembangan bagus di NTT untuk Partai Gelora,” pungkas Anis Matta.

Penyelesaian Konflik Palestina, Anis Matta: Saatnya Memikirkan Pembubaran Negara Israel

, , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menilai pembubaran negara zionis Israel bisa menjadi solusi atau jalan keluar untuk mengakhiri konflik yang terjadi di tanah Palestina selama ini, karena berbagai upaya gagal dilakukan

Pembubaran suatu negara merupakan hal biasa dan pernah terjadi menimpa Uni Soviet dan Yugoslavia. Setelah bubarnya Uni Soviet misalnya, kemudian muncul Rusia justru menjadi kekuatan baru global.

“Orang belum punya bayangan pembubaran negara Israel, padahal banyak terjadi seperti Uni Soviet, malahan menemukan solusi baru. Pembubaran negara Israel bisa menjadi jalan keluar,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Senin (24/5/2021).

Hal itu disampaikan Anis Matta didampingi Sekretaris Jendaral Partai Gelora Indonesia Mahfuz Sidik, Ketua Bidang Narasi Dadi Krismanto dan Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Henwira Halim saat Halal bi Halal dan Dialog tentang Palestina dengan wartawan di Gelora Media Centre, Jakarta, pada Jumat (21/5/2021) lalu.

Menurut dia, para pemimpin dunia saat ini perlu berpikir mengenai upaya pembubaran negara Israel secara permanen sebagai jalan keluar mengakhiri konflik abadi antara Palestina-Israel.

Sebab, Israel sebelumnya tidak ada dalam peta, tiba-tba diadakan karena hutang budi atas terjadinya ‘Holocaust’ terhadap kaum Yahudi yang dilakukan bangsa Eropa.

“Mengapa negara Israel tidak ada dalam peta, kemudian dimunculkan karena semangat ultra nasionaisme Eropa terhadap orang Yahudi, sehingga menjadi hutang budi dengan mendirikan negara Israel,” katanya.

Padahal Peta negara Israel yang kini sudah berusia 100 tahunan itu, justru membuat tragedi kemanusiaan baru, yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina, seperti yang pernah diilakukan bangsa Eropa terhadap orang Yahudi.

“Pada 2009 lalu, saya pernah ditanya peneliti Amerika Serikat (AS),  orang Yahudi. Kalau Israel dibubarkan, kemana orang Israel, terus keamanan Israel bagaimana dan apa bisa meredakan konflik,” kata Anis menyampaikan kekhwatiran peneliti AS tersebut.

Anis lantas menjelaskan, jika negara Israel dibubarkan, maka orang-orang Yahudi itu dikembalikan dari negara asal mereka atau bisa juga diintegrasikan dalam satu titik untuk membentuk negara baru yang disepakati PBB dan komunitas internasional.

“Orang Yahudi itu datang dari mana, sebelum migrasi besar-besaran ke Palestina, kembalikan ke asalnya. Atau diintegrasikan dalam satu titik, itu bisa jadi solusinya bagi negara dengan jumlah penduduk sekitar 5 juta, itu tidak terlalu besar,” ujarnya.

Anis Matta menegaskan, upaya mengusir warga Palestina ke Dataran Tinggi Golan, Yordania dan Bukit Sinai, Mesir dengan membuatkan negara baru,  justru akan membuat konflik akan semakin lebar. Terbukti upaya tersebut berantakan, karena mendapat perlawanan sengit dari warga Palestina.

“Saya kira para pemimpin global harus menyakinkan dosa-dosa kemanusiaan akibat Perjanjian Sykes Picot. Pembubaran negara Israel  bisa menjadi jalan keluar, bukan sebaliknya menghilangkan Palestina dan membuatkan negara baru,” tegas Anis Matta.

Sekretaris Jenderal Partai Gelora Indonesia Mahfuz Sidik menambahkan, ide untuk mendorong pembentukan dua negara, antara Israel dan Palestina seperti keputusaan PBB 1947, yang digagas kembali dalam Perjanjian Oslo 1994 juga tidak jelas sampai sekarang.

“Dari 1994 sampai 2021 berjalan semakin tidak jelas, sejumlah negara mulai skeptis terhadap ide dua negara. Sehingga diperlukan proyeksi dan skenario penyelesaian konflik ke depan seperti apa,” kata Mahfuz.

Seperti diketahui, sejarah awal mula penguasaan lahan atau tanah Palestina oleh zionis Israel yang telah direncanakan kaum Yahudi sejak 100-an tahun lalu, melalui organisasi zionis yang didirikan Theodor Herzl pada tahun 1882.

Herzl  yang secara resmi diberi sebutan sebagai ‘bapak rohani Negara Yahudi’ (the spiritual father of the Jewish State) mengusulkan empat pilihan negara untuk menampung orang Yahudi.

Yakni Palestina, Argentina, Uganda dan Mozambik. Tapi kemudian memilih Palestina, karena justifikasi keagamaan akan memudahkan mobilisasi global kaum Yahudi untuk bermigrasi ke Palestina.

Kemudian PM Inggris Arthur Balfour saat berkecamuknya Perang Dunia I memfaslitasi pendirian negara Israel, karena yakin pasukan Sekutu berhasil mengalahkan Kekaisaran Ottoman, Turki.

Arthur membuat Perjanjian Perjanjian Sykes Picot dengan seorang bankir nomor wahid di benua Eropa abad ke-18 , Patriark Mayer Amschel Rothschild, yang merupakan orang Yahudi.

Dukungan Inggris melalui Deklarasi Balfour dan Perjanjian Sykes Picot, serta kemenangan Inggris dan Prancis dalam Perang Dunia I dan II mempercepat ekspansi teritorial dan demografis kaum zionis untuk membentuk negara Israel semakin cepat hingga terbentuk negara Israel pada 1948

Penyelesaian Konflik Palestina, Indonesia Bisa Ambil Peran Lebih Besar

, , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menilai peran Indonesia dalam menyelesaikan persoalan Palestina masih bersifat normatif.

Karena itu, diperlukan langkah lebih kongkret lagi dalam mendukung kemerdekaan Palestina dan mengakhiri penjajahan zionis Israel.

Hal itu disampaikan Anis Matta menanggapi pidato Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam Debat Umum Sidang Pleno ke-67 Sidang Majelis Umum PBB pada Jumat (21/5/2021), saat Halal bi Halal dan Dialog tentang Palestina di Gelora Media Centre, Jakarta, Jumat (21/5/2021) lalu.

“Menyangkut masalah apa yang dilakukan pemerintah, secara normatif cukup. Tapi tidak sesuai dengan ukuran Indonesia yang besar, sebagai negara muslim terbesar di dunia,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Minggu (23/5/2021).

Menurut Anis Matta, ada dua langkah lebih efektif yang harus dilakukan pemerintah dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Yakni memidiasi kelompok-kelompok pejuang di Palestina dan meningkatkan peran signifiikan bagi umat Islam.

“Bersama Turki, Indonesia bisa memediasi dan memfaslitasi kelompok-kelompok pejuang Palestina, Hamas dan Fatah untuk bersatu. Peran mediasi malah dilakukan Rusia, Rusia aktif meediasi karena memiliki aliansi dengan Iran yang mendukung kelompok perlawanan di Palestina,” katanya.

Dalam penyelesaian persoalan Palestina, lanjutnya, yang berperan aktif seharusnya Turki dan Indonesia, bukan Rusia dan Iran. Sebab,Turki adalah pemimpin kawasan, sedangkan Indonesia adalah negara dengan penduduk Islam terbesar dunia dan model Islam moderat.

“Jadi Turki sebagai pemimpin kawasan di sana, Indonesia bisa berperan sangat signifikan bagi dunia islam untuk melakukan negosiasi multilateral mendukung kemerdekaan bangsa Palestina dan misi menjaga perdamaian di Yerussalem,” ujarnya.

Anis Matta berharap Presiden Joko Wiidodo (Jokowi) bisa berkomunikasi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk memulai memobilasi diplomasi global dalam menyelesaikan persoalan dan mendukung kemerdekaan Palestina.

“Negara-negara Eropa dan Amerika saat ini perlu dibantu, apalagi di tengah krisis global saat ini. Mereka tidak tahu apa yang dilakukan dalam menyelesaikan persoalan Palestina. Indonesia bisa membuka pembicaraan dengan Turki untuk melakukan diplomasi internasional,” tegasnya.

Seperti diketahui, Menlu Retno LP Marsudi dalam Sidang Pleno ke-67 Sidang Majelis Umum PBB pada Jumat (21/5/2021), mengemukakan sejumlah langkah untuk mencapai solusi dari ketegangan Israel dan Palestina.

Dalam Sidang Pleno yang berlangsung di Markas PBB, New York, Amerika Serikat ini, Menlu RI menegaskan kehadirannya ke Markas Besar PBB adalah demi kemanusiaan, demi keadilan masyarakat Palestina.

Seperti dikutip dari Anadolu Agency, Menlu menyampaikan, Indonesia meminta Majelis Umum PBB menghentikan kekerasan, membentuk tim internasional di Yerusalem.

Indonesia menekankan upaya negosiasi untuk mengakhiri pendudukan Israel di Palestina harus segera dilakukan, setelah gencatan senjata antara Israel dengan Hamas.

Indonesia juga meminta PBB memastikan akses bantuan kemanusiaan ke Palestina, serta mendorong dimulainya negosiasi multilateral yang kredibel.

Peran lain Indonesia dalam diplomasi global adalah menjadi tuan rumah KTT Luar Biasa Ke-5 Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengenai Palestina dan Al-Quds Ash-Sharif pada tanggal 7 Maret 2016, di Jakarta.

KTT ini berhasil melahirkan Deklarasi Jakarta yang memaparkan komitmen dari para pemimpin negara-negara anggota OKI untuk mengambil langkah-langkah nyata dalam menyelesaikan konflik Palestina. Juga disepakati peningkatan bantuan finansial untuk Palestina dan mendukung program ‘Satu Muslim Satu Dollar’.

Korban Jiwa Berjatuhan di Kedua Pihak, Anis Matta Minta Israel dan Palestina Lakukan Gencatan Senjata

, ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mendesak Israel dan Palestina segera melakukan gencatan senjata dan mengakhiri perang yang terjadi sejak 10 Mei 2021 lalu.

Anis Matta sangat prihatin dengan terus bertambahnya korban tewas dan luka-luka di kedua belah pihak, terutama korban warga sipil Palestina yang sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak.

“Demi melindungi warga sipil yg sudah terlalu banyak jadi korban di kedua belah pihak, kami meminta agar pemerintah Indonesia mendesak Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk segera meminta agar kedua belah pihak yang bertikai agar segera melakukan gencatan senjata dan menghentikan semua tindak kekerasan,” kata Anis Matta dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (19/5/2021).

Pemerintah Indonesia sendiri melalui Presiden Joko Widodo telah mengecam serangan Israel atas Palestina, karena tak sedikit perempuan dan anak-anak yang menjadi korban akibat agresi tersebut. Untuk itu dia meminta agresi Israel dihentikan.

“Indonesia mengutuk serangan Israel yang telah menyebabkan jatuhnya ratusan korban jiwa, termasuk perempuan dan anak-anak. Agresi Israel harus dihentikan,” ucap Jokowi lewat akun Twitter resminya @jokowi, Sabtu (15/5/2021).

Hingga Rabu (19/5/2021), serangan udara Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza telah menewaskan  221 orang. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat dari total tersebut, 63 korban adalah anak-anak dan 36 lainnya perempuan.

Dilansir dari laman Anadolu Agency, serangan udara terbaru Israel juga melukai beberapa warga Palestina, yang menjadikan total korban luka sejauh ini menyentuh angka 1.507. Sementara di kubu Israel, serangan roket kelompok Hamas menewaskan 10 orang dengan dua di antaranya anak-anak.

Ketegangan antara Israel dan Palestina di Yerusalem adalah pemicu terjadinya aksi saling serang saat ini. Hamas meluncurkan roket sebagai bentuk protes atas aksi kekerasan pasukan Israel di Sheikh Jarrah dan kompleks Masjid Al-Aqsa selama Ramadan.

Ketegangan akhirnya berpindah dari Yerusalem Timur ke Gaza setelah kelompok perlawanan Palestina di sana bersumpah untuk membalas serangan Israel di Masjid Al-Aqsa dan Sheikh Jarrah, jika Isarel tidak menghentikan tindakannya.

Israel pun membalas roket Hamas dengan serangan udara sejak 10 Mei lalu hingga saat ini.

Sementara itu, komunitas internasional terus menyerukan dilakukannya gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Berbagai aksi protes atas serangan Israel juga digelar di berbagai kota di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa termasuk Jerman dan Inggris. Namun hingga kini kedua kubu masih terlibat aksi saling serang.

Di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Prancis dikabarkan telah mengusulkan proposal resolusi gencatan senjata. Proposal tersebut didukung Mesir dan juga Yordania. Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga dikabarkan telah berkomunikasi dengan Israel dan Mesir untuk menyampaikan dukungannya atas gencatan senjata.

Partai Gelora Indonesia juga menyampaikan bahwa gencatan senjata adalah mutlak bukan saja untuk menghentikan makin banyaknya korban yang berjatuhan di kedua belah pihak, namun juga sebagai langkah awal agar kedua belah dapat kembali berunding untuk menyelesaikan konflik yang berkepanjangan tersebut secara adil dan damai.

“Langkah paling penting yang harus diambil saat ini adalah gencatan senjata penuh, karena kita tidak bisa terus membiarkan korban berjatuhan di kedua belah pihak. Namun, gencatan senjata haruslah ditindaklanjuti dengan upaya nyata untuk membawa kedua belah pihak kembali ke meja perundingan agar sebuah solusi dua negara yang adil dan damai, Israel dan Palestina yang sama-sama merdeka dan berdaulat, dapat tercapai,” lanjut Anis Matta.

“Semoga gencatan senjata dapat segera diwujudkan karena setelah itu sebuah pekerjaan berat menanti kita semua, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia, untuk bersama-sama berkolaborasi dalam upaya mewujudkan negara Palestina merdeka,”tutup Anis Matta.

Miliki Hubungan Historis, Anis Matta: Kemerdekaan Palestina Adalah Misi Konstitusi Kita

, , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menegaskan, Palestina merupakan salah satu negara yang sejak awal mendukung kemerdekaan Indonesia.

Karena itu, memerdekakan bangsa Palestina dari penjajahan zionis Israel merupakan kewajiban moral sekaligus amanah konstitusi bagi bangsa Indonesia yang sejak awal telah memiliki hubungan historis diantara kedua negara.

“Palestina adalah salah satu negara yang sejak awal mendukung kemerdekaan Indonesia. Karena itu, semangat mereka ada di setiap nafas kita. Kita punya kewajiban moral, historis dan kemanusiaan untuk menghentikan penindasan atas Palestina,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Minggu (16/5/2021).

Menurut Anis, sejak awal para pendiri bangsa (foundung fathers) memiliki satu misi suci yang memberikan kebebasan dan kemerdekaan kepada seluruh bangsa di dunia, serta melenyapkan segala bentuk penjajahan dari seluruh muka bumi.

“Oleh karena itu, rasa senasib dan sepenangungan yang dialami oleh rakyat Palestina mengalir deras kepada bangsa Indonesia. Itu sebabnya, memerdekakan Palestina adalah misi konstitusi kita yang sangat suci,” tegas Anis Matta.

Bahkan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 di Bandung yang digagas oleh Soekarno (Bung Karno), Presiden RI pertama yang juga Proklamator, menurutnya, juga bertujuan untuk memerdekakan negara-negara di kawasan Asia dan Afrika dari penjajahan, diantaranya mendukung kemerdekaan bangsa Palestina.

“Jadi Bung Karno membuat Konferensi Asia Afrika itu untuk mendorong kemerdekaan negara-negara di Asia-Afrika. Semua negara sudah merdeka, yang paling akhir itu Afrika Selatan. Dan satu yang terakhir, adalah Palestina. Ini adalah misi terakhir yang harus kita tuntaskan dalam misi konstitusi kita,” tandasnya.

Anis Matta lantas menjelaskan, sejarah awal mula penguasaan lahan atau tanah Palestina oleh zionis Israel yang telah direncanakan kaum Yahudi sejak 100an tahun lalu, melalui organisasi zionis yang didirikan Theodor Herzl pada tahun 1882. 

Herzl ini secara khusus disebut namanya dalam Deklarasi Kemerdekaan Israel dan secara resmi diberi sebutan sebagai ‘bapa rohani Negara Yahudi’ (the spiritual father of the Jewish State).

“Mulanya zionis punya empat pilihan negara untuk menampung kaum Yahudi, yakni Palestina, Argentina, Uganda dan Mozambik. Tapi kemudian memilih Palestina, karena justifikasi keagamaan akan memudahkan mobilisasi global kaum Yahudi untuk bermigrasi ke Palestina,” katanya.

Pendirian negara Israel untuk kaum Yahudi di tanah Palestina ini mendapatkan dukungan dari PM Inggris Arthur Balfour saat berkecamuknya Perang Dunia I dan bertepatan dengan terjadinya peristiwa Holocaust yang dilakukan oleh penguasa Jerman Adolf Hitler.

“Arthur Balfour memberikan dukungan penuh Inggris terhadap misi zionis membentuk negara Israel di Palestina melalui surat ke Rothschild (Patriark Mayer Amschel Rothschild, bankir nomor satu di benua Eropa abad ke-18) saat berkecamuknya Perang Dunia I,” jelasnya.

Rothschild yakin pasukan sekutu yang didalamnya ada Inggris dan Prancis dapat mengalahkan Ottoman Imperium (Kesultanan Utsmaniyah, Turki)  dan membuat perjanjian membagi kekuasaan Ottoman, termasuk wilayah Palestina.

Perjanjian itu dikenal dengan Perjanjian Sykes Picot. Dalam perjanjian itu, Yerussalam akan dikelola sebagai brown area yang akan dikelola internasional, namun akhirnya diambil oleh Inggris pada tahun 1920.

“Dalam ruang pergerseran geopolitik inilah pengambil-alihan Palestina berlangsung. Dukungan Inggris melalui Deklarasi Balfour dan Perjanjian Sykes Picot, serta kemenangan Inggris dan Prancis dalam Perang Dunia I mempercepat ekspansi teritorial dan demografis kaum zionis untuk membentuk negara Israel semakin cepat,” katanya.

Akibatnya, jumlah kaum Yahudi yang tadinya pada 1882 hanya 3 persen dari 460 ribu penduduk Palestina, dalam kurun waktu 70 tahun menjadi 31,5 persen dari 2.065.000 penduduk di tanah Palestina pada 1948.

“Jadi zionis terencana secara masif untuk melakukan migrasi ke tanah Palestina sebelum negara Israel berdiri pada 1948. Berakibat konflik penguasaan lahan, yang tidak disadari oleh bangsa Palestina dan berujung pada penjajahan,” ujar Anis Matta.

Sayangnya,  PBB juga tidak berpihak kepada bangsa Palestina, justru mendukung Israel melalui Resolusi No.181 Tahun 1947, yang membagi  tanah Palestina menjadi tiga zona, yakni untuk pemerintahan Israel, Palestina dan zona bersama yang dinamakan Al-Quds atau Yerussalem. Namun, akhirnya Al Quds juga dicaplok oleh Israel.

“Singkatnya bila hutang budi, karena tragedi holocaust yang menimpa Yahudi menjadi dasar negara-negara barat mendukung berdirinya negara Israel. Mengapa Palestina yang harus membayarnya? ” tanya Anis Matta.

Lalu, logika apakah yang bisa membenarkan langkah zionis Israel, yang sebelumnya mendapatkan perlakuan Holocaust di Eropa, justru menjadi pelaku pembataian kaum Muslimin di Palestina, tanya Anis Matta lanjut.

“Jadi logika apa yang apa yang membenarkan kaum Yahudi yang menjadi korban pembantaian di Eropa sekonyong-konyong datang ke Palestina dan berbalik menjadi pelaku pembantaian kaum Muslim Palestina?”

Penderitaan rakyat Palestina, lanjut Anis Matta, semakin menjadi-jadi saat mantan Presiden Amerika Serikat (AS) mengakui Yerussalem sebagai ibukota Israel pada 6 Desember 2017 lalu. 

“Pengakuan Trump (Donald Trump) terhadap Al Quds, Yerussalem sebagai ibukota Israel menyempurnakan skenario satu abad zionis. Ini sesuai mimpi Bapak Israel, Theodor Herzl. ‘tidaklah sempurna tanpa Al Quds’, Yerussalem,” pungkas Anis Matta.

Perkembangan Menarik dari Filipina

, , , ,

Partaigelora.id – DPR Filipina mengesahkan 1 Februari sebagai Hari Hijab Nasional. Yang perlu diapresiasi dan dikaji adalah alasan dibalik produk legislasi yang bersejarah itu.

UU ini ditetapkan dalam rangka meningkatkan saling pengertian antar-agama dan mencegah diskriminasi dan kesalahpahaman terhadap pemakai hijab.

RUU ini diterima dengan suara bulat, menunjukkan perkembangan sosial-politik di negeri itu. Dinamika demografi yang didorong oleh mobilitas penduduk.

Oleh pengusulnya, RUU ini juga dimaksudkan untuk melindungi kebebasan beragama bagi perempuan Muslim dan melindunginya dari diskriminasi, salah satunya di lembaga pendidikan.

Inilah bentuk rekonsiliasi. Sebelumnya dilaksanakan referendum yang memberi otonomi khusus kepada penduduk Muslim di selatan.

“Hijab bukan hanya sepotong kain, tetapi cara hidup,” kata Amihilda Sangcopan, inisiator RUU ini.

Partai Gelora Minta PT dan Ambang Batas Presiden Dipertahankan

, , ,

Partaigelora.id – Partai Gelora (Gelombang Rakyat) Indonesia meminta ambang batas parlemen atau Parlementary Threshold (PT) DPR RI dan ambang batas presiden (Presidential Threshold) tidak dinaikkan.

Ambang batas parlemen 4 persen dan ambang batas Presidential Treshold sebesar 20 persen dinilai sudah ideal, serta bisa mewakili representasi dan legitimasi rakyat.

“Dari pengalaman kita dalam berbagai macam pemilu, kita akan mengusulkan untuk mempertahankan 4 persen Parlementary Threshold dan Threshold Presiden 20 persen,” kata Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelora Indonesia dalam keterangannya, Sabtu (30/1/2021).

Menurut Anis Matta, untuk mencari satu atau dua kursi DPR tidaklah gampang, butuh kerja keras untuk meraih hati dan simpati masyarakat agar bisa terpilih sebagai wakil rakyat.

“Pemilu pada dasarnya pertarungan, sehingga orang tidak perlu dibatasi dalam kompetisi. Siapa pemenangnya, akan terjawab dengan sendirinya. Biarkan mereka bertarung dengan mudah, toh untuk mendapatkan 1 kursi atau 2 kursi bukan pekerjaan gampang. Kenapa harus dibatasi dengan Parlementary Threshold,” katanya.

Karena itu, Anis Matta meminta semua pihak memahami arti filosofi Parlementary Treshold, dimana PT tersebut merupakan kelompok sosial yang ada di masyarakat.

“Jadi partai tengah dan kecil juga merepresentasikan kelompok sosial tertentu yang tidak akan tereprestasikan melalui partai-partai besar itu. Kalau kita lihat, representasi tersebut sebenarnya tidak akan diperoleh dengan Parlementary Threshold sekarang,” katanya.

Namun, beda dengan ambang batas Presiden yang butuh legitimasi rakyat, diwakili partai politik yang mendapatkan kursi di DPR. Sehingga ambang batas untuk Presiden jauh lebih tinggi dari ambang batas parlemen.

“Presidential Threshold adalah legitimasi, makanya tresholdnya tinggi 20 persen, sehingga siapanpun yang kita calonkan memiliki legitimasi. Partai Gelora sepakat untuk mempertahankan yang ada, PT 4 persen dan 20 persen untuk Presiden,” katanya.

Partai Gelora, lanjutnya, menolak jika PT dinaikkan menjadi 5 persen atau lebih, seharusnya malah diurunkan menjadi 0 persen karena prinsipnya Pemilu adalah pertarungan yang merepretasikan rakyat. Sehingga siapapun bisa menjadi pemenang dan pihak yang kalah.

“Kalau dinaikkan, kita pasti keberatan karena prinsip dasar dari Parlementary Treshold tidak diperoleh, yaitu representasi. Bagi partai besar sebanarnya tak masalah PT-nya tetap 4 persen, bisa menang 30, 40 dan 50 persen tergantung kerja keras partai tersebut,” katanya.

Ketua Umum Partai Gelora Indonesia ini berharap partai besar tidak menghambat partai tengah, kecil maupun partai baru untuk memperoleh kursi di DPR.

“Partisipasi partai lain jangan dihambat untuk mendapatkan kursi itu berat. Justru kita harusnya mendorong partispasinya dipermudah. Jadi masalahnya bukan di RUU Pemilu, tapi untuk mendapatan kursi itu saja berat,” tandasnya.

Dengan PT 4 persen saja, lanjut Anis Matta, andaikata partisipasi rakyat yang memiliki hak suara sebesar 132 juta dari 200 jutaan rakyat Indonesia, hal itu hanya merepresentasikan hanya sekitar 60 persen saja.

“Perhitungan tersebut setelah dikurangi surat suara yang rusak, suara partai yang tidak lolos parlementary threshold. Jadi kursi parlemen yang didapat hanya merepresentasikan 60 persen. Makanya biarkan saja, toh nanti mereka mendapatkan suara melalui pertarungan,” katanya.

Anis Matta mengingatkan partai besar bahwa Pemilu 2024 berbeda dengan situasi dengan pemilu sebelumnya atau pemilu era reformasi. Pemilu 2024 berada dalam situasi krisis berlarut akibat pandemi Covid-19.

Bisa jadi partai yang lolos ke DPR pada Pemilu 2019 lalu, tidak lolos ke Senayan karena tidak memenuhi ambang batas parlemen 4 persen. Bahkan partai pemenang pun, dengan situasi pandemi Covid-19, bisa menjadi partai yang kalah.

“Pemilu 2024 ini akan menjadi peta politik yang membedakan seluruh pemilu era reformasi. Situasinya akan sangat berbeda dengan pemilu sebelumnya, tidak gampang bagi kita untuk memprediksi pemenang Pemilu,” ujarnya.

Anis Matta menambahkan, Pemilu di Indonesia berbeda dengan Pemilu di Malaysia. Dimana Pemilu di Indonesia, jadwalnya sudah jelas, tapi pemenangnya tidak jelas, sementara di Malaysia jadwalnya tidak jelas, namun pemenangnya jelas.

“Jadi di kita ini jadwalnya jelas, tapi pemenannya tidak jelas. Sementara situasi makro kita akibat pandemi ini bener-benar berbeda dengan Pemilu sebelumnya. Jadi saya kira tidak gampang untuk memprediksi pemenang Pemilu 2024,” pungkas Anis Matta.

Seperti diketahui, draf revisi undang-undang (RUU) Pemilu dan Pilkada yang masuk dalam program legislasi nasional (Polegnas) prioritas DPR 2021 menyebutkan soal kenaikan ambang batas parlemen DPR RI menjadi 5 persen dari sebelumnya 4 persen.

Dalam Revisi UU Pemilu ini, DPR menggunakan dua istilah baru yaitu Pemilu Nasional dan Pemilu daerah.

Sebelumnya, di dalam UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu menetapkan ambang batas parlemen untuk tingkat DPR sebesar 4 persen. Sementara itu, UU yang sama membebaskan semua parpol untuk ikut dalam penentuan kursi di DPRD Provinsi dan kabupaten/kota alias tanpa ambang batas.

RUU Pemilu juga menyebutkan soal ambang batas perolehan suara bagi parpol untuk mendapatkan kursi di DPRD Provinsi sebesar 4 persen. Acuannya adalah perolehan suara untuk Pemilu Legislatif (Pileg) periode sebelumnya.

Link terkait: https://www.timesindonesia.co.id/read/news/324563/partai-gelora-minta-pt-dan-ambang-batas-presiden-dipertahankan

Sumber: Times Indonesia

Blue Helmet dan i-Care Bakal Dilembagakan sebagai Lembaga Pelayanan Masyarakat dari Pusat Hingga Daerah

, , , , , , , ,

Partaigelora.id – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia bakal melembagakan organisasi Blue Helmet dan i-Care sebagai lembaga pelayanan masyarakat di bawah bidang Pelayanan Masyarakat (Yanmas) Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Partai Gelora Indonesia. Ketua Bidang Yanmas DPN Partai Gelora saat ini dipimpin oleh Styandari Hakim.

Hal itu disamaikan Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta dalam ‘Live Repot Relawan di Lokasi Bencana’, Senin (25/1/2021).

“Saya berharap bencana di Sulawesi Barat (Mamuju), Sulawesi Utara (Manado), Kalimantan Selatan (Banjarmasin), Jawa Barat (Sumedang dan Bogor) sebagai eksperiman kita untuk melembagakan seluruh aktivitas pelayanan, supaya kita bekerja lebih terkoordinir, sistematis dan masif dalam memberikan manfaaat bagi masyarakat kita kedepan,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Selasa (26/1/2021).

Anis Matta mengaku sudah meminta Ketua Bidang Yanmas DPN Partai Gelora Styandari Hakim untuk membuat konsep dan merumuskan pembentukan lembaga di bawah Yanmas, dari struktur DPN hingga DPW dan DPD.

“Saya sudah minta Ibu Tyan (Styandari Hakim, red) untuk membuat konsepnya. Poin yang ingin saya tekankan pentingnya melembagakan pelayanan. Sehingga stuktur pelayanan masyarakat ini sudah ada diseluruh DPW, juga lembaga yang ada di bawahnya sampai bulan April mendatang,” katanya.

Ketua Umum Partai Gelora ini menegaskan, pentingnya untuk segera melembagakan lembaga pelayanan, karena bencana di Indonesia diprediksi akan berlangsung hingga Maret 2021. Lembaga tersebut nantinya yang tampil ke publik mewakli Partai Gelora, baik untuk memberikan bantuan maupun pelibatan publik dalam pelayanan ke masyarakat.

“Berdasarkan riset, Indonesia akan mengalami lebih banyak bencana dibandinkan dengan negara lain. Sehinggga hal ini akan menjadi kombinasi buruk bagi Indonesia, ada bencana alam, pandemi Covid-19 dan krisis ekonomi, dan kita akan menghadapi hari hari yang sulit. Cara kita menghadapi melalui lembaga, melibatkan publik untuk memberikan bantuan.dan masyaakat yang ingin membantu,” ujarnya.

Karena itu, Anis menegaskan, Partai Gelora akan fokus pada empat agenda besar, yakni bidang pembinaan, pelayanan, pemberdayaan dan pembelaan. “Dalam waktu dekat ini kita akan fokus pada agenda strategis ini sebagai bentuk komunikasi komunikasi kita ke publik secara langsung,” katanya.

Anis Matta tak lupa memberikan apresiasi terhadap langkah Yanmas, DPW-DPW, serta relawan Blue Helmet dan i-Care yang terjun langsung di lokasi bencana secara cepat. Blue Helmet terjun di lokasi gempa Sulbar, sementara i-Care terjun di lokasi banjir di Samarinda dan Manado, serta bencana alam di Jawa Barat.

“Saya ingin menyampaikan apresiasi kepada relawan yang terjun kepada seluruh teman-temen DPW dan tim DPN bidang Pelayanan Masyarat, tim relawan Blue Helmet dan i-Care yang tangggap terhadap bencana di Sulawesi Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Jawa Barat,” katanya.

Struktur DPW yang baru membentuk Blue Helmet baru DPW Sulawesi Selatan, sementara di DPW lainnya belum ada. Sementara lembaga i-Care sudah banyak terbentuk strukturnya di beberapa DPW seperti DPW Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan lain-lain.

Dalam ‘Live Repot Relawan di Lokasi Bencana’ yang juga dihadiri Sekretaris Jenderal Partai Gelora Mahfuz Sidik ini, Anis mendengarkan laporan dari Ketua Bidang Yanmas Styandari Hakim mengenai penanganan bencana alam di Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan dan Jawa Barat.

Anis juga mendapatkan laporan dari empat Ketua DPW mengenai penanganan bencana di lokasi masing-masing. Yakni Ketua DPW Sulawesi Barat Hajrul Malik, Ketua DPW Kalimantan Selatan Riswandi, Ketua DPW Sulawesi Utara Jerry Yohanis dan Ketua DPW Jara Barat Haris Yuliana.

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X