Tag: Anis Matta

Gelora Jawa Timur Adakan Doa dan Tahlil Virtual Wafatnya RKH Muhammad Thohir

, , , , , , ,

Partaigelora.id – Partai Gelora Indonesia berduka. RKH Muhammad Thohir Abdul Hamid, Pengasuh Ponpes Mamba’ul Ulum Batabata Pamekasan, Madura, wafat hari Sabtu (3/7/2021) siang. Tokoh kharismatik Madura yang biasa dipanggil Lora Thohir adalah pribadi yang punya andil besar mengokohkan Partai Gelora di Jawa Timur, khususnya di seluruh Madura dan sebagian kawasan tapal kuda (wilayah timur Jawa Timur).

Untuk mengenang dan mendoakan berpulangnya Lora Thohir, Partai Gelora DPW Jawa Timur mengadakan sholat ghoib, doa dan tahlil bersama secara daring.

Muhammad Sirot, Ketua DPW Partai Gelora Jawa Timur mengisahkan firasat dua bulan lalu. Firasat itu disebutnya seperti sebuah wasiat yang harus dilaksanakan. “Mas Sirot, ayo kita besarkan Partai Gelora, kita menangkan partai ini, bersama santri dan jaringan saya. Nanti kita ketemu lagi ya, kalau tidak dengan saya, dengan santri-santri saya,” kata Sirot mengisahkan kalimat Lora Thohir kala itu. “Itu semacam sebuah pesan,” kata Sirot.  

Rasa duka juga diungkapkan oleh Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta dan Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah. Melalui akun media sosial masing-masing keduanya menyatakan duka yang mendalam. Tidak hanya itu, saat memberikan kesan dalam tahilan virtual yang mereka hadiri, Anis Matta dan Fahri Hamzah mengungkap goresan duka secara khusus.

Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah mengatakan Lora Thohir adalah pribadi yang khas. “Kita ditinggalkan seorang Kyai Muda yang sangat istimewa. Kehilangan yang besar, tapi kita harus saling mengingatkan untuk tidak boleh larut dalam kesedihan, kita lanjutkan perjuangan dan harapan Beliau,” pesan Fahri Hamzah. Agak tercekat, Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta mengenang Kyai Thohir dan dirinya ‘dipertemukan Tuhan’.

“Kami ini saling mencari, dan dari awal kami percaya dengan apa yang kita perjuangkan di Partai Gelora, karena kesamaan ini kami akhirnya dipertemukan, kita di pertemukan dengan ikatan Iman, Pikiran dan Cinta , ” kenang Anis Matta.

Sebelum melaksanakan Doa dan Tahlil Virtual, Partai Gelora Indonesia DPW Jawa Timur telah mengadakan Sholat Ghoib yang dilaksanakan oleh seluruh DPD Kota dan Kabupaten. Ini juga menjadi pesan Ketua Umum Anis Matta bagi jajarannya di seluruh Indonesia ketika pertama kali mendengar berita duka.

Doa dan Tahlil Virtual ini dihadiri Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta, Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah, Ketua Bidang Pengembangan Teritori 3 Ahmad Zainuddin, Ketua Bidang Rekrutmen Anggota Endy Kurniawan dan Ketua Bidang Pengembangan Kepemimpinan Hamy Wahyunianto, para pendiri dan Majelis Pertimbangan Pusat, serta fungsionaris DPD se-Jawa Timur,

Partai Gelora Berduka Atas Wafatnya RKH Muhammad Thohir Abdul Hamid, Salah Satu Ulama Kharismatik Madura

, , , , , ,

Partaigelora.id – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia berduka atas wafatnya salah satu ulama kharismatik Madura, RKH Muhammad Thohir Abdul Hamid, pengasuh Pondok Pesantren (PP) Mamba’ul Ulum, Bata-bata, Pamekasan pada Sabtu (3/7/2021).

Hal itu disampaikan Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta dan Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah di Jakarta, Minggu (4/7/2021).

“Dengan kesedihan yang mendalam saya mendengar berita wafatnya RKH Muhammad Thohir Abdul Hamid, pengasuh PP Mamba’ul Ulum, Bata-bata, Pamekasan Madura, atau yang akrab kita panggil Lora Thohir,” kata Anis Matta dalam keterangannya.

Menurut Anis Matta, Ra Thohir adalah perwujudan visi besar yang menolak menyerah pada banyak keterbatasan. Meski berada di Madura,  ia memimpikan para santrinya menjadi manusia global dengan mendorong santrinya mempelajari berbagai bahasa dunia.

“Pertama kali saya melihat sendiri kesungguhan para santri Mamba’ul Ulum menguasai bahasa asing, saya tertegun. Inilah manusia Indonesia sesungguhnya: manusia religius dengan visi global yang dengan pikiran, ucapan, dan karya tangannya akan mewarnai tidak hanya Indonesia, tapi dunia,” katanya.

Dari Bata-bata, Anis Mattta  melihat visi Indonesia masa depan dan deteriminasi Ra Thohir yang telah meretas batas  geografis dan lingkungan dengan cara menguasai ilmu pengetahuan.

“Kita semua mencintai Ra Thohir. Walaupun terasa berat di hati ini, marilah kita iringi wafatnya dengan doa terbaik agar Almarhum husnul khotimah, diampuni semua dosa-dosanya, dan diterima di sisi terbaik Allah SWT,” ujarnya.

“Saya menghimbau para sahabat untuk melakukan sholat ghaib untuk Beliau,” pinta Anis Matta.

Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah. Kabar meninggalnya Ra Thohir, bahkan dia sampaikan langsung melalui akun Twitter pribadinya, @Fahrihamzah.

“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Inilah luka yg dalam ditinggal sahabat, saudara dan guru,Raden KH. Muhammad Thohir. (Pengasuh Pesantren Mambaul Ulum Bata-Mata, Madura),” kata Fahri Hamzah.

Fahri Hamzah berharap, Almarhum dapat ditempatkan di sisi Allah SWT. Mantan Wakil Ketua DPR 2014–2019 ini mengunggah sejumlah potret kenangan dirinya bersama Almarhum semasa hidupnya.

“Semoga Allah SWT menempatkan Beliau di sisi-Nya yg mulia. Amin YRA,” harap Fahri Hamzah.

Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta dan Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah terakhir kali bertemu pengasuh PP (PP) Mamba’ul Ulum, Bata-bata, Pamekasan, RKH M Thohir Abdul Hamid pada November 2020 lalu, usai melakukan launching Akademi Manusia Indonesia (AMI) di Surabaya, Jawa Timur yang bertepatan dengan Peringatan Hari Pahlawan 2020.

Usai melaunching AMI, Anis Matta dan Fahri Hamzah melakukan silaturahmi dengan ulama kharismatik Madura, dalam rangka menguatkan hubungan dengan para tokoh dan ulama. Selain bertemu Ra Thohir,

Anis Matta dan Fahri Hamzah juga bertemu ulama Madura lainnya, yakni pengasuh LPI Al Hamidy Banyuanyar Pamekasan RKH Muhammad Rofii Baidhawi, dan pengasuh PP Mauidzul Amin Bunangkah Tengah KH Moh Amin Rifqi.

Could Covid-19 Be Used as a Weapon in Geopolitical Conflict?

, , , , ,

Partaigelora.id – The current crisis due to Covid-19 has a very strong geopolitical dimension because of the suspicion that Covid-19 could be utilized as a biological weapon in geopolitical conflicts.

This concern was raised by the Chairman of the Gelora Indonesia Party, Anis Matta, in his opening address on Gelora Talk#5 ‘Covid-19 is Getting Worse: Can the Health System Be Able to Overcome it?’ on Thursday, July 1st.

“The worst possibility is that Covid-19 will be used as a weapon in geopolitical conflicts,” said Anis Matta.

The Corona virus came from China, but Indonesia also used a vaccine from China as well. In a geopolitical context that shows Indonesia is both a victim and a consumer at the same time. “This hurts,” anis matta said.

Anis Matta also called on the indonesian public to be aware that there is an extraordinary competition from the four major world powers; the United States (US), Europe, Russia, and China in producing vaccines.

However, Anis Matta does not know yet whether the vaccine industry will become one of the leading industries in the future.
The occurrence of disinformation regarding COVID-19 where scientific information has been mixed with hoax that spreads so quickly in society shows that there are fighting instruments that work for global interests.

“For example, the extraordinary disinformation regarding the disadvantages and advantages of each vaccine used, shows an indication that there is an instrument for fighting global interests,” said Anis Matta.

On the same occasion, the former Minister of Health, Siti Fadilah Supari who was present as one of the speakers emphasized that Indonesia currently does not have the power to reject global interests related to Covid-19. So that when it was declared a Covid-19 pandemic, Indonesia could not refuse and even became a consumer of vaccines from other countries.

“When Indonesia wanted to undergo a pandemic because of Avian Influenza, I resisted. We fought diplomacy with the WHO, and eighty percent of the health ministers were behind Indonesia, making the WHO withdraw slowly,” Siti Fadhilah recalled.

Because the pandemic has already occurred, Siti Fadhillah invites policy makers to answer it by scientific research and not just by estimates. Statisticians were asked to immediately calculate what caused the Covid-19 to continue to increase accurately. Siti Fadhilah offers a solution for handling this pandemic through a territorial approach that starts from the neighborhood association (RT).

“I agree with Jokowi’s direction to overcome the pandemic starting from the RT level,” closed Siti Fadhilah.

Anis Matta Ingatkan soal Kemungkinan Covid-19 Digunakan sebagai Senjata dalam Konflik Geopolitik

, , , , ,

Partaigelora.id – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menyebut masalah Covid-19 saat ini memiliki dimensi geopolitik yang sangat tinggi. Sebab, kemungkinan terburuknya, Covid-19 digunakan sebagai senjata biologi dalam konflik gelopolitik tersebut.

Hal itu disampaikan Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta saat memberikan pengantar diskusi Gelora Talk5 bertajuk ‘Covid-19 Mengganas: Sanggupkah Sistem Kesehatan Mengatasinya?’ pada Kamis (1/7/2021) petang.

“Kemungkinan yang buruk yaitu Covid-19 ini juga digunakan menjadi senjata dalam konflik geopolitik,” kata Anis Matta.

Anis Matta mengatakan, virus Corona ini datangnya dari China dan Indonesia juga menggunakan vaksin dari China.

Makna geopolitiknya adalah Indonesia sebagai korban dan pada waktu yang sama juga menjadi konsumen. “Ini menyakitkan sebagai sebuah fakta,” katanya.

Anis mengajak publik untuk mulai menyadari adanya perlombaan luar biasa dari empat kekuatan utama dunia, yaitu Amerika Serikat (AS), Eropa, Rusia, China dalam memproduksi vaksin.

“Kita juga lihat di sini ada racing atau perlombaan dari paling tidak 4 kekuatan dunia, Amerika Serikat, Eropa, Rusia dan China dalam produksi vaksin,” ungkap Anis Matta.

Namun, Anis Matta belum mengetahui apakah industri vaksin ini kelak akan menjadi salah satu leading industri dimasa yang akan datang
“Apakah industri ini akan menjadi salah satu leading industry di masa datang atau farmasi secara keseluruhannya menjadi leading industry ini juga akan menjadi persoalan geopoltik,” ujarnya.

Karena itu, kata Anis Matta, tidak begitu mengherankan apabila saat ini terjadi disinformasi luar biasa mengenai informasi Covid-19. Dimana informasi saintifik telah bercampur dengan informasi hoax yang begitu cepat menyebar di masyarakat.

“Misalnya tentang keburukan dan kelebihan dari tiap vaksin yang digunakan, karena ada instrumen pertarungan kepentingan global,” tandas Anis Matta.

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari yang hadir sebagai narasumber menegaskan, Indonesia saat ini tidak memiliki kekuatan (power) untuk menolak kepentingan global terkait Covid-19.

Sehingga ketika Indonesia ditetapkan sebagai pandemi Covid-19 tidak bisa menolak dan juga menjadi konsumen vaksin dari negara lain.

“Waktu Indonesia juga mengalami situasi yang sulit ingin dijadikan pandemi Flu Burung, tetapi saya melawan. Kita berperang diplomasi dengan WHO,” kata Siti Fadilah.

Indonesia melakukan penelitian mengenai Flu Burung, dan menyampaikan berbagai argumen ilmiah yang didukung data saintifik.

Akhirnya, WHO secara perlahan-lahan mundur, dan sikap  Indonesia saat itu mendapatkan dukungan dari negara iain.

“Karena sudah terlanjur jadi pandemi, maka kita harus menjawab dengan penelitian secara ilmiah. Para ahli statistik segera menghitung apa yang menyebabkan hal ini bisa meningkat, bukan kira-kira yang belum tentu betul,” katanya.

Narasumber lain, Dosen Psikologi Universitas Indonesia Prof Hamdi Muluk berpendapat lain. Pola penyebaran dan penularan Flu Burung dengan Covid-19 memiliki perbedaan, dan secara psikologis responnya juga berbeda di masyarakat.

Covid-19, kata Hamdi, langsung mempengaruhi kehidupan sosial modern, aktivitas aktivitas ekonomi, dan aktivitas sehari-hari masyarakat. 

“Kalau kita primitif, masuk dalam gua dan keluarga kita kunci di dalam. Tetapi, masyarakat kita sekarang kompleks dan mobilitas harus berjalan, tidak bisa dihentikan. Jadi ada respon berbeda,” kata Hamdi Muluk.

Diskusi ini juga menghadirikan narasumber lain, yakni Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Nasional, Brigjen TNI (Purn) dr Alexander K Ginting Sp.P, Ketua MUI KH Cholil Nafis, Ketua Bidang Kesehatan DPN Partai Gelora Indonesia dr. Zicky Yombana Sp.S  dan Drs.Oman Fathurahman dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Formula 3 in1 Gelora untuk Manajemen Kedaruratan Indonesia Atasi Covid-19

, , , , ,

Partaigelora.id – Agama, otorisasi sains, dan pemahaman geopolitik menjadi kunci utama menyusun manajemen kedaruratan (emergency management) untuk menangani covid-19 di Indonesia.

Demikian ditandaskan oleh Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Anis Matta, saat menjadi keynote speaker diskusi bertema “Covid Mengganas: Sanggupkah Sistem Kesehatan Mengatasinya?” di Studio Gelora TV Jakarta, Kamis (1/7/2021) sore

“Agama jadi sumber optimisme, otorisasi sains jadi referensi utama menghindarkan disinformasi publik, dan pemantauan serta analisis tren geopolitik jadi dasar pengambilan kebijakan ekonomi pemerintah dan pelayanan publik menghadapi pandemi ini,” jelasnya.

Perspektif agama, papar Anis Matta, menjadi langkah awal untuk memahami persoalan covid tanpa adanya sikap fatalis akibat ketidakpastian yang banyak dialami publik. Ia menyitir dalil yang menyebutkan, bahwa tak pernah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan juga bersamanya menurunkan obatnya.

Ia menyambung, agama menyuruh kita bergantung pada Sang Pencipta, tapi bersamaan waktu menyuruh manusia juga untuk mengambil seluruh sebab-sebab kesembuhan, mencari obatnya, mengikuti seluruh rekomendasi dokter dan saintis yang berhubungan dengan penyakit itu.

“Makna tawakal tak boleh jadi sumber fatalisme, tapi agama justru menjadi sumber optimisme,” kata Anis Matta.

Selain agama, pendiri Partai Gelora Indonesia ini juga menandaskan bahwa keberadaan otoritas sains penting sekali untuk dilibatkan menyusun manajemen kedaruratan (emergency management) Covid-19.

“Satu dimensi dalam penanganan Covid ini berhubungan dengan sains yang kita perlu waktu untuk mengetahuinya secara akurat,” katanya. Otoritas sains ini, sambung Anis Matta, juga bisa menjadi sumber referensi informasi yang valid soal covid-19.

“Ini untuk mencegah terjadinya kesimpangsiuran informasi soal pandemi,” tandasnya.

Anis pun menggarisbawahi bahwa masalah pandemi ini memiliki dimensi geopolitik sangat tinggi. “Virus ini datangnya dari Cina dan sekarang Indonesia juga memakai vaksin dari Cina. Makna geopolitiknya, kita adalah korban dan selanjutnya juga jadi konsumen. Ini menyakitkan sebagai sebuah fakta,” katanya.

Anis mengajak publik untuk mulai menyadari adanya perlombaan luar biasa setidaknya dari empat kekuatan utama dunia, yaitu AS, Eropa, Rusia, Cina dalam memproduksi vaksin. Apakah industri ini kelak akan menjadi salah satu leading industri dimasa yang akan datang.

“Kemungkinan yang buruk yaitu Covid ini juga digunakan menjadi senjata dalam konflik geopolitik,” katanya. Dan karena itu, sambung Anis Matta, kita menyaksikan disinformasi Covid-19 dan vaksin yang luar biasa banyaknya. Misalnya tentang keburukan dan kelebihan dari tiap vaksin yang digunakan.

Dari formula perspektif yang disampaikan ini, Anis Matta menegaskan, untuk membantu menguraikan faktor-faktor yang kompleks dalam menangani Covid-19 di Indonesia.

“Semua faktor ini membutuhkan penguatan dan perbaikan terus menerus pada emergency management kita,” katanya.

Hadapi Covid-19, Anis Matta: Agama sebagai Sumber Optimisme, bukan Fatalisme

, , , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menegaskan, persoalan paling besar yang sedang dihadapi bangsa Indonesia pada masa pandemi ini adalah ketidapastian informasi tentang Covid-19 yang simpang siur, ketimbang penyakit itu sendiri.

“Kondisi ini membuat para pasien menghadapi psikologis yang sangat akut,  para dokter juga menghadapi persoalan tingkat keyakinan mereka dalam memberikan rekomendasi bagi pasiennya,” kata Anis Matta saat memberikan pengantar diskusi Gelora Talk5 dengan tema “Covid-19 Mengganas: Siapkah Sistem Kesehatan Nasional Menghadapinya?”, Kamis (1/7/2021).

Menurut Anis Matta, hal itu terjadi akibat banyaknya informasi saintifik bercampur informasi hoax yang begitu cepat menyebar di masyarakat, disamping itu pengetahuan dokter saat ini tentang masalah Covid-19 juga masih terbatas.

“Walhasil ada serangan besar terhadap optimisme kita, dan persoalan ini  saya anggap penting dalam pendekatan keagamaan, karena agama adalah sumber optimisme bukan sumber fatalisme,” katanya.

Agama, tegas Anis Matta, menjadi langkah awal untuk memahami persoalan Covid-19 dan dapat menjauhkan diri dari sikap fatalis.

“Agama harus jadi sumber optimisme dan otorisasi sains jadi referensi utama menghindarkan disinformasi publik,”  jelasnya.

Anis lantas mengutip dalil yang menyebutkan, bahwa Allah tidak pernah menurunkan suatu penyakit, melainkan juga bersamanya menurunkan obatnya.

Agama menyuruh manusia bergantung kepada sang Pencipta, termasuk mencari kesembuhan dan obat dari penyakit Covid-19 ini. Kemudian mengikuti seluruh rekomendasi dokter dan para saintis yang berhubungan dengan penyakit itu.

“Jadi makna tawakal tak boleh jadi sumber fatalisme, tapi agama justru menjadi sumber optimisme. Disinilah kita melangkah untuk menghadapi persoalan ini,” katanya.

“Persoalan paling besar yang kita hadapi pada dasarnya adalah, bukan sekedar pada penyakit baru yang namanya Covid-19 ini, tapi karena tingkat ketidakpastian akibat begitu banyaknya informasi yang simpang siur,” imbuhnya.

Hal senada disampaikan Ketua MUI KH Cholil Nafis. Ia mengatakan, banyak informasi tentang Covid-19 yang beredar, telah membuat kepanikan di masyarakat. Kepanikan itu juga sempat melanda dirinya saat terjangkit Covid-19 beberapa waktu lalu.

“Ternyata berita-berita itu membuat kita panik, asam lambung saya malah naik dan menjadi tidak nyaman. Orang Ketika divonis kena Covid-19, kita tidak bisa tidur dan masuk rumah sakit, ditinggal keluarganya. Kemudian dikasih berita tentang kematian, dan bagaimana cara dikuburkan, ini yang membuat orang panik,” 

Kholil berharap agar tempat-tempat ibadah tidak ditutup dalam masa pemberlakuan  pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Mikro Darurat. Masyarakat bisa beribadah mendekat diri dengan sang Pencipta, termasuk dekat  dengan para ulama agar mendapatkan siraman ruhani.

“Saya hampir tiap hari masalah diminta ceramah dan mendoakan yang kena Covid-19. Karana itu, rumah ibadah jangan ditutup, tapi bisa jadi sentra komunikasi penyadaran kepada masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan,” kata Ketua MUI ini.

Gelora Talk5 dengan tema “Covid-19 Mengganas: Siapkah Sistem Kesehatan Nasional Menghadapinya?” ini juga menghadirikan narasumber lain, Satgas Nasional Penanganan Coviid-19 Brigjen (Purn) TNI Dr. Alexander K. Ginting, Sp.P, Dosen Psikologi Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi Muluk, Menteri Kesehatan 2004-2009 DR. dr. Siti Fadhilah Supari, Sp.JP (K),  Ketua Bidang Kesehatan DPN Partai Gelora Indonesia dr. Zicky Yombana Sp.S  dan Drs.Oman Fathurahman dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anis Matta : Kita Butuh Ilham Ilmu Pengetahuan Dalam Situasi Pandemi Ini

, , , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menyakini pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia saat ini akibat virus SARS-Cov-2 akan segera berakhir dan ditemukan obat yang paten.

“Allah SWT menurunkan suatu penyakit, pasti dengan obatnya. Itu janji Allah SWT, tetapi disini terselip sebuah tantangan besar untuk menemukan obatnya,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Selasa (29/6/2021).

Menurut Anis Matta, ada rahasia tersendiri dibalik pandemi yang bisa diambil hikmahnya dengan munculnya makhluk baru bernama Covid-19, yakni agar manusia senantiasa mencari ilham dari ilmu pengetahuan.

“Obatnya sebenarnya sudah ada, tetapi belum diketahui manusia, karena belum ada ilham dari Allah SWT untuk menemukan. Inilah tantangan besar itu yang saya maksud,” kata Anis. 

Karena itu, Anis Matta mendorong para ilmuwan Indonesia untuk melakukan penelitian dan riset mengenai Covid-19 untuk mencari ilham dari Allah SWT tersebut.

Anis Matta berharap riset dan penelitian tersebut dibiayai oleh pemerintah, perusahaan besar di Indonesia, para pengusaha, lembaga charity (amal) dan zakat.

Sehingga bisa ditemukan obat atau vaksin Covid-19 yang paten untuk penyembuhan, karena virus ini yang telah merenggut nyawa banyak umat manusia,

“Mereka semua bisa berpartisipasi mendanai penelitian dan risit dalam rangka menemukan solusi bagi tantangan besar yang sedang kita hadapi saat ini,” harap Anis Matta.

Dokter Spesialisasi Mikrobiologi Klinik, dr.Rina Adeline Sp.MK,M.Kes, ABAARM, mengatakan, virus Covid-19 sebenarnya tidak mempunyai kemampuan untuk menginfeksi manusia, karena merupakan virus binatang.

Namun, virus Covid-19 memiliki kemampuan untuk beradaptasi untuk melakukan mutasi dengan membentuk varian-varian, sehingga yang tadinya tidak bisa menginfeksi manusia, menjadi bisa menginfeksi.

“Dengan varian-varian baru tersebut, proses transmisinya dalam menginfeksi manusia menjadi lebih cepat dan lama sakitnya akan lebih panjang. Transmisinya juga akan semakin cepat pada pasien yang memiliki penyakit kormobid, resikonya kematian,” kata dr.Rina Adeline dalam Rumpi Gelora dengan tema ‘Awas Covid-19 Mengganas’ akhir pekan ini.

Ketua Bidang Perempuan DPN Partai Gelora Indonesia Ratih Sanggarwati berharap para perempuan bisa memberikan semangat kepada keluarganya untuk terus bersabar dan berikhtiar dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang tidak diketahui kapan akan berakhir, meski telah mengalami kejenuhan.

“Para perempuan di manapun berada agar tetap yakin, bahwa kita pasti bisa melewati ujian pandemi ini bersama-sama dengan saling bergandengan tangan dan saling mengingatkan atas penerapan protokol kesehatan. Insya Allah semoga situasi dan kondisi akan segera normal kembali,” pungkas Ratih Sanggarwati.

Penggerak JASMEV Dan Relawan Ganti Presiden Bertemu di Studio Gelora, Ini yang Dibicarakan

, , , , , , , ,

Partaigelora.id – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) berhasil mempertemukan penggerak JASMEV Dyah Kartika Rini dan penggerak Relawan Ganti Presiden (RGP) Ari Saptono pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 di Studio Gelora Media Centre pada Selasa (22/6/2021) lalu.

Selama ini keduanya selalu berseberangan, karena perbedaan pilihan politik pada 2019 lalu, mendukung calon presiden masing-masing. Mereka saling bertempur satu dengan lainnya agar kandidat yang didukung menang.

“Namanya relawan terus tempur dari dulu, nah sekarang mereka bertemu di Studio Gelora. Yang satunya sudah menjadi Ketua Bidang Komunikasi di Partai Gelora (Ari Saptono), saya khawatir mbak DeeDee (Dyah Kartika Rini ) juga bakal gabung nanti,” kata Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelora Indonesia dalam keterangannya,  Minggu (27/6/2021).

Dyah Kartika Rini dan Ari Saptono dipertemukan dalam forum diskusi Gelora Talk4 dengan tema ‘Pembelahan Politik di Jagat Media Sosial: Residu Pemilu yang Tak Kunjung Usai’ pada Selasa (22/6/2021) petang lalu.

Diskusi sempat tertunda selama sepekan, karena Dyah Kartika Rini dipanggil mendadak Presiden Joko Widodo ke Istana Negara jelang acara berlangsung.

“Saya sudah mengenal nama beliau (DeeDee), 10 tahun yang lalu, tapi baru kali ini saya melihat beliau. Seingat saya dulu tidak berjilbab, sekarang sudah berjilbab. Ini menujukkan bahwa setiap orang bisa berubah,” katanya.

Menurut Anis Matta, orang yang kemarin bertentangan dengan kita, mungkin suatu waktu akan menjadi kawan, bukan musuh lagi.

“Dari cara seperti ini, kita belajar. Dan mereka yang terus belajar akan menjadi bangsa pembelajar dan lebih gampang membuat kita bersatu, bukan gampang merusak,” tegas Anis Matta.

Sekretaris Jenderal Partai Gelora Indonesia Mahfuz Sidik menambahkan, sebenarnya yang harus disatukan bukan relawan JASMEV dan RGP saja, tapi juga para pimpinan ‘Cebong’ dan ‘Kampret’, karena residu pembelahan politiknya masih ada dan mulai menunjukkan ekskalasi peningkatan jelang Pemilu 2024.

“Kandidatnya sudah bersatu, relawannya juga sudah, cuman yang dibawah tidak serta merta ikut, masih ada Cebong dan Kampret. Kita ingin satukan, cuman kita tidak tahu siapa pimpinan Cebong dan Kampret-nya,” kata Mahfuz.

Dyah Kartika Rini, penggerak JASMEV mengatakan, kondisi pembelahan politik saat ini menjadi warning bagi partai politik.

Sebab, kelompok-kelompok di masyarakat saat ini telah menciptakan kekuatan politik tersendiri sebagai elemen oposisi non partai.

Mereka bisa memaksakan ide-idenya untuk didengar para pengambil keputusan di negeri ini.

“Ini harus menjadi pemikiran bersama tentang persoalan ini,. Ini menjadi warning, ya lampu kuning bagi partai politik,” kata Dyah Kartika Rini.

Ketua Bidang Komunikasi Partai Gelora Indonesia yang juga penggerak RGP, Ari Saptono mengakui, ada pergeseran peran partai politik yang bisa dilihat dari mulai maraknya calon independen dalam Pilkada Serentak 2020 lalu.

“Lebih dari 50 persen calon independen dalam Pilkada menang. Masyarakat sudah apatis dan jenuh dengan partai politik, lalu memilih calon alternatif yang relatif masih murni,” kata Ari Saptono.

Ari Saptono berharap kondisi pembelahan di masyarakat harus segera diakhiri dan tidak bisa dibiarkan terus, karena kesadaran politik masyarakat saat ini semakin meningkat.

“Kita perlu membuat forum-forum semacam ini, kita sampaikan meskipun pelik. Tetapi harus bisa dipahami masyarakat, tidak boleh pecah belah seperti ini lagi,” pungkasnya.

Anis Matta : Kita Perlu Tekad Indonesia Untuk Akhiri Pembelahan Politik

, , , , , ,

Partaigelora.id – Indonesia membutuhkan sumpah baru,  setelah Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda, yakni Sumpah Tekad Indonesia.

“Kita perlu sumpah ketiga, Sumpah Tekad Indonesia, sumpah yang bisa menyatukan semangat nasionalisme baru, menjadikan Indonesia sebagai kekuatan kelima dunia,” ujar Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta.

Anis Matta menyampaikan hal itu saat memberikan pengantar Gelora Talk4 dengan tema ‘Pembelahan Politik di Jagat Media Sosial: Residu Pemilu yang Tak Kunjung Usai’ di Gelora Media Centre, Jakarta, Selasa (22/6/2021) petang.

Sumpah Tekad Indonesia, tambah Anis Matta,  sebagai narasi bersama dalam upaya menghadapi tantangan besar untuk menyelesaikan krisis berlarut saat ini.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, tidak hanya membutuhkan konsolidasi seluruh elemen bangsa, tetapi juga membutuhkan inovasi akal kolektif sebagai bangsa.

Diskusi ini menghadirkan narasumber Sekretaris Jenderal Partai Gelora Mahfuz Sidik, peneliti komunikasi dan politik Guntur F. Prisanto, Founder Spindoctor dan penggerak JASMEV Dyah Kartika Rini dan penggerak Relawan Ganti Presiden (RGP) Ari Saptono.

Menurut dia, Indonesia harus bisa menjadi bagian dari kepemimpinan global, ketika seluruh dunia tengah mengalami krisis sistemik, yang diperparah krisis pandemi Covid-19 saat ini.

“Pertama ada krisis lingkungan, kedua krisis sosial akibat ketimpangan ekonomi. Ketiga disrupsi terus menerus akibat inovasi teknologi, dan keempat konflik politik antara dua kekuatan utama dunia, yaitu Amerika dan China,” katanya.

Akibatnya, kepemimpinan global tersebut menjadi tidak efektif bekerja, sehingga membuat kebingungan dan kegamangan di hampir semua negara, termasuk di Indonesia.

“Saya ingin mengatakan, bahwa sebenarnya akar dari pembelahan yang terjadi di masyarakat kita ini, merupakan fenomena yang sama juga ditemukan di seluruh dunia,” katanya.

Kegamangan ini, lanjut Anis Matta, bukan buntut dari dukungan politik terhadap calon presiden A atau B pada Pilpres lalu. Melainkan kebingungan kolektif dari para pemimpin dalam memahami arah sejarah bangsa.

“Kita semua mengalami kebingungan kolektif, kita gagal memahami dan tidak tahu arah sejarah yang sedang kita tuju, itu kemana? Kebingungan ini ada pada para pemimpin kita sekarang,” kata Ketua Umum Partai Gelora Indonesia ini.

Apabila kebingungan kolektif tersebut terus dibiarkan, maka dikuatirkan akan membuat pembelahan sosial dan politik di masyarakat semakin dalam. Pembelahan sosial sejatinya merupakan ancaman besar seperti ancaman militer dari negara lain.

“Ancaman ini akan menjadi jauh lebih serius disebabkan krisis yang sekarang semakin berkembang. Disinilah, perlunya kita sebuah sumpah ketiga, Sumpah Tekad Indonesia untuk menyatukan arah sejarah, mengkonsolidasi seluruh potensi kita dan membuat kita bisa fokus menyelesaikan krisis sekarang,” pungkasnya.

Anis Matta: Sumpah Palapa Bisa Jadi Spirit Akhiri Pembelahan dan Fokus Capai Lima Besar Dunia

, , , , , , , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menilai Sumpah Palapa yang digaungkan Mahapati Kerajaan Majapahit Gajah Mada bisa menjadi spirit untuk mengakhiri pembelahan sosial dan politik yang terjadi di masyarakat.

Residu pembelahan hingga kini tak kunjung usai, bahkan mulai menunjukkan peningkatan ekskalasinya jelang Pemilu 2024.

“Ada dua sumpah yang menginspirasi kami di Partai Gelora, pertama Sumpah Palapa dan kedua Sumpah Pemuda. Kedua sumpah ini menjadi ilham bagi para pendiri bangsa yang waktu itu ingin merumuskan identitas baru, bernama Indonesia,” kata Anis Matta saat memberikan pengantar diskusi Gelora Talk4 dengan tema ‘Pembelahan Politik di Jagat Media Sosial: Residu Pemilu yang Tak Kunjung Usai’ usai” di Jakarta, Selasa (22/6/2021) petang.

Dalam diskusi yang menghadirkan narasumber Sekretaris Jenderal Partai Gelora Mahfuz Sidik, peneliti komunikasi dan politik Guntur F. Prisanto, penggerak JASMEV Dyah Kartika Rini dan penggerak Relawan Ganti Presiden (RGP) Ari Saptono itu, Anis Matta mengatakan, Sumpah Palapa Gajah Mada tidak hanya menginspirasi Partai Gelora, tapi juga memberi ilham bagi Mohammad Yamin, tokoh pemuda untuk mempelopori Sumpah Pemuda.

“Itu sebabnya, Mohammad Yamin otak dibalik Sumpah Pemuda   menulis panjang tentang Gajah Mada yang bisa mengkonsolidasikan  seluruh potensi dan bisa fokus menyelesaikan krisis sistemik yang terjadi saat itu,” katanya.

Karena itu, Sumpah Palapa Gajah Mada, lanjut Anis Matta, juga bisa menjadi tekad untuk melahirkan sumpah ketiga, yakni Sumpah Tekad Indonesia untuk keluar dan bangkit dari krisis, sehingga mampu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kekuatan lima besar dunia.

“Andaikata Gajah Mada dan para perintis Sumpah Pemuda masih ada, mereka semuanya akan ada dalam forum diskusi kita ini. Untuk  melihat persoalan yang kita bahas, dimana kita tidak tahu arah sejarah yang sedang kita tuju, ada semacam kebingungan kolektif yang mendera para pemimpin kita saat ini,” kata Anis Matta berandai-andai.

Sementara Sekretaris Jenderal Partai Gelora Indonesia Mahfuz Sidik menilai apabila pembelahan sosial dan politik di masyarakkat segera tidak diakhiri, maka bisa menyebabkan terjadinya fail state (negara gagal) dan berujung bubarnya negara.

“Pembelahan sosial dan politik yang terbiarkan, residunya akan semakin mengental dan dapat menyebabkan fail state, negara gagal. Di beberapa negara pembelahan menjadi pemicu negara bubar, sehingga harus ada solusi segera untuk mengkahiri,” kata Mahfuz.

Namun, peneliti komunikasi dan politik Guntur F. Prisanto berpendapat pembelahan sosial politik di media sosial (medsos) bukanlah cerminan realita sesungguhnya, hanya sekedar gambaran di dunia maya saja.

“Sebab pembelahan sosial adalah keniscayaan dalam politik, karena  penganut demokrasi liberal perlu mengindentifikasi secara tegas pilihannya. Parpo-lah yang bertanggungjawab untuk mencairkan politik identitas ini,” kata Guntur.

Hal senada diamini Dyah Kartika Rini, penggerak JASMEV. Dyah menilai bisa saja masyarakat tertentu hanya ingin menunjukkan pilihan dukungan dan politik di medsos saja, tetapi tidak dunia nyata.

“Boleh jadi dia amat garang di medsos, tetapi sangat berbeda di dunia nyata. Pembelahan sosial sebenarnya sudah dimulai dari Pilkada DKI 2012 lalu, jadi kalau dihitung sudah berlangsung 9 tahun,” kata Dyah.

Sedangkan penggerak Relawan Ganti Presiden Ari Saptono menegaskan, pada titik tertentu politik identitàs Ini justru menguntungkan para calon kadindat independen seperti yang terjadi dalam Pilkada Serentak 2020 lalu, karena mereka dianggap masih bersih dan tidak terlibat konflik kepentingan selama ini.

“Lebih dari 50 persen calon independen dalam Pilkada menang seperti di Lampung dan beberapa kota di Kalimantan Tiimur. Masyarakat sudah apatis dan jenuh dengan partai politik, lalu memilih calon alternatif yang relatif masih murni,” kata Ari Saptono.

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X