Tag: litbang kompas

Ada Agenda Tersembunyi, Anis Matta: Ide Penundaan Pemilu Merusak Tatanan dan Stabilitas Demokrasi

, , , , , , , , , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menegaskan, tidak ada alasan sama sekali baik secara politik, ekonomi, hukum dan pandemi untuk melakukan penundaan Pemilu 2024 seperti yang diusulkan oleh tiga ketua umum partai koalisi pro pemerintah.

“Pada dasarnya di Partai Gelora Indonesia tidak tertarik, karena tidak ada alasan yang cukup memadai untuk melakukan penundaan pemilu, baik alasan politik, ekonomi, hukum, pandemi. Tidak satu satupun alasan dari semua alasan itu, yang cukup untuk melakukan penundaan pemilu,” kata Anis Matta dalam Gelora Talk bertajuk “Heboh Gonjang-ganjing Tunda Pemilu 2024, Apa kata Survei?”, Rabu (23/3/2022) petang.

Diskusi yang digelar secara virtual ini dihadiri Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Ilham Saputra, Founder Drone Emprit & Media Kernels Indonesia Ismail Fahmi, dan Peneliti Litbang KOMPAS Yohan Wahyu.

Menurut Anis Matta, sejak awal isu tersebut digaungkan tidak ada alasan atau logika menarik yang dipakai. Sehingga Partai Gelora enggan terburu-buru mengambil sikap ketika isu penundaan pemilu digulirkan.

Kendati begitu, Anis mengakui masih akan tetap mengikuti perkembangan isu penundaan pemilu agar mendapatkan gambaran secara detil.

“Dari awal kita tidak melihat isu ini sebagai isu yang menarik karena logika yang diangkat dibalik. Dan dalam banyak situasi, krisis ekonomi sebenarnya bukan alasan untuk menunda pemilu, tapi kadang justru alasan untuk mempercepat pemilu,” katanya.

Berdasarkan hasil survei, kata Anis Matta, juga ada perbedaan jauh antara opini publik di sosial media (sosmed) yang menolak penundaan pemilu dengan pernyataan para elit yang menghendaki penundaan pemilu.

“Upaya menekan arus opini publik secara terus menerus, menurut saya jauh lebih berbahaya ketimbang wacana penundaan pemilunya sendiri,” katanya.

Karena siapapun yang berada dibalik ide penundaan pemilu ini, benar-benar sudah terlalu jauh jaraknya dengan ruh masyarakat, dengan perasaan publik, dengan pikiran mereka sendiri.

“Mereka seperti ada di alam yang lain, sementara rakyat kita ini ada di alam yang lain pula. Ini seperti entiti yang hidup di dua alam yang berbeda, menurut saya ini yang lebih berbahaya,” ujarnya.

Hal ini menunjukkan, bahwa yang kita hadapi sebenarnya, bukan sekedar krisis ekonomi atau pandemi saja, tapi sudah menyentuh pada krisis sosial yang jauh lebih buruk.

Dimana sebagian elitnya seperti tidak memahami masalah, tetapi kemudian mengorbankan kepentingan bangsa yang lebih besar dan mendahulukan kepentingan jangka pendek mereka.

“Dorongan penundaan pemilu ini pasti dilatarin agenda yang tersembunyi, terbatas pada kelompok tertentu, orang-orang tertentu dan bersifat sangat jangka pendek. Betapa jauhnya elite kita dari rakyat. Ini situasi yang buruk,” tandasnya.

Ketua Umum Partai Gelora ini mengatakan, upaya mengorbankan kepentingan bangsa dan demokrasi melalui penundaan pemilu bisa menyimpan benih tertentu bagi satu pergerakan sosial.

Situasi seperti ini, lanjutnya, semakin memperlihatkan kepada publik terjadinya krisis kepemimpinan, bahwa para elit tidak terkoneksi secara pikiran maupun emosional dengan rakyat.

“Jauh betul dari yang diinginkan oleh rakyat. Karena itu, wacana penundaan pemilu ini, Insya Allah akan gagal dengan sendirinya,” tegas Anis Matta.

Anis Matta menilai semua pihak berkepentingan untuk menjaga konstitusi dan tegaknya demokrasi yang merupakan amanat reformasi 1998 dari kepentingan jangka pendek kelompok tertentu.

“Kita harus membongkar apa agenda tersembunyi dibalik itu, karena ini jelas-jelas bisa merusak tatanan dan stabilitas demokrasi kita,” katanya.

Ia berharap semangat perlawanan civil society ini, harus terus dikembangkan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada rakyat.

“Mudah-mudahan ini bisa mengilhami rakyat kita untuk memiliki sikap yang jauh lebih dewasa,” katanya.

Ketua KPU Ilham Saputra mengaku tak mau ambil pusing dengan isu penundaan pemilu 2024. Dia menegaskan KPU bekerja dengan taat menjalani konstitusi.

“Kalau terkait dengan penundaan pemilu, KPU enggak mau ambil pusing dengan isu itu, karena KPU ini penyelenggara bekerja berdasarkan konstitusi dan perundang-undangan yang berlaku,” kata Ilham.

KPU sendiri telah mengusulkan anggaran sebesar Rp76 triliun untuk pesta demokrasi lima tahunan. KPU, lanjutnya, telah menyurati DPR untuk segera menggelar rapat kerja pengesahan anggaran Pemilu 2024.

“Tetapi Komisi II DPR menginginkan agar pembahasan ini dilakukan oleh KPU terpilih 2022-2027. Menurut hemat kami akan lebih baik, karena KPU bekerja sustainable, bekerja berkesinambungan, akan lebih baik tahapan, jadwal, dan program ini dibahas di periode kami,” kata Ilham.

Ilham mengingatkan ada dua tahapan pemilu krusial tahun ini, yaitu pendaftaran partai politik peserta pemilu dan penentuan daerah pemilihan. Oleh karena itu, KPU membutuhkan kepastian dan ketersediaan anggaran untuk memulai kedua tahapan itu.

Selain itu, kata Ilham, imbas belum disahkannya anggaran untuk kebutuhan pemilu ini mengganjal pembahasan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) tentang Jadwal, Tahapan, dan Program Pemilu Serentak 2024.

Ilham tidak ingin masuk dalam polemik soal dugaan skenario KPU terpilih Periode 2022-2027 dimanfaatkan untuk memuluskan ide penundaan pemilu seperti yang dilontarkan oleh pengamat politik. Ia memastikan KPU mulai dari tingkat pusat hingga daerah satu suara menyiapkan seluruh pelaksanaan Pemilu Serentak 2024.

“Enggak ada hubungan bola panas ada di kami. Kami hanya ingin kemudian memastikan seluruh tahapan pemilu 2024 sudah kami siapkan PKPU nya, sudah kami siapkan perangkat perangkatnya. Sudah kami siapkan beberapa hasil riset yang sudah kami lakukan, kami juga sudah merancang tentang penguatan IT terhadap penyelenggara pemilu 2024,” jelasnya.

Founder Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia Ismail Fahmi mengungkapkan, perbincangan tentang penundaan pemilu dan jabatan presiden tiga periode, sangat tinggi pada akhir Februari hingga awal Maret 2022. Puncak pembahasan terjadi pada 2 Maret, dengan lebih dari 6 ribu mention.

“Terutama didorong pernyataan Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan, yang mengklaim 110 juta netizen mendukung penundaan pemilu,” kata Ismail.

“Secara umum, publik percaya bahwa rezim ada di belakang ramainya wacana penundaan pemilu dan masa jabatan presiden tiga periode,” imbuhnya.

Menurutnya, banyak perbincangan didorong tingginya penolakan warganet atas wacana tersebut. Kemudian, pemberitaan sangat tinggi pada 7 Maret dengan 1.918 mentions.

“Hal itu didorong komentar Presiden Joko Widodo, bahwa dia patuh pada konstitusi. Publik mengkritisi respon presiden, yang dinilai berbeda pada wacana tiga periode,” ujarnya.

Sebab pada 2019, Jokowi sebut wacana tiga periode menampar mukanya, Namun belakangan Presiden sebut wacana itu sebagai bagian dari demokrasi. Netizen terlihat kompak menolak wacana perpanjangan masa jabatan presiden.

“Selain mengamplifikasi pemberitaan dan pernyataan para tokoh yang menolak penundaan pemilu hingga 2027, netizen juga mengkritisi berbagai dukungan atas wacana perpanjangan masa jabatan Presiden,” tandasnya.

Peneliti Litbang KOMPAS Yohan Wahyu menambahkan, berdasarkan survei yang dilakukan Litbang Kompas ditemukan adanya gerakan politik yang dilakukan para elit untuk menguatkan penundaan pemilu dengan alasan kepentingan nasional.

Padahal alasan ekonomi yang dijadikan alasan untuk pemulihan ekonomi nasional hanya sekitar 6,9 persen. Publik yang tidak percaya, justru jauh lebih besar mencapai 23, 4 persen. “Publik melihat itu hanya untuk kepentingan politik mereka saja,” kata Yohan.

Selain itu, sekitar 80 persen suara publik juga menyatakan, bahwa penundaan pemilu tidak berkorelasi dengan pemulihan ekonomi nasional.

“Survei yang kita lakukan semakin memperkuat hasil survei dari lembaga survei lain soal penundaan pemilu, bahwa mayoritas publik menolak penundaan pemilu,” katanya.

Yohan menegaskan, upaya orkestrasi yang dibangun untuk mempengaruhi opini publik tidak membuahkan hasil seperti upaya pembahasan penundaan pemilu yang rencananya digelar Kementerian Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) di Balikpapan, Kalimantan Timur pada Senin 21 Maret 2022 lalu, akhirnya dibatalkan setelah mendapatkan protes dari Ketua KPU RI Ilham Saputra.

“Saya melihat ada orkestrasi yang dibangun yang coba mempengaruhi opini publik untuk melakukan penundaan pemilu. Setelah survei ini, ternyata masih berlanjut dengan beredarnya surat Kemenko Polhukam yang kemudian diklarifikasi. Saya kira nanti akan muncul banyak lagi di lapangan, tetapi mayoritas publik tetap menolak,” tegas Peneliti Litbang KOMPAS ini.

Diunggulkan Survei Litbang Kompas, Mahfuz: Partai Gelora Wajib Lolos Ambang Batas Parlemen

, , , , , , ,

Partaigelora.id – Berdasarkan rilis Litbang Kompas terbaru, popularitas Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia  mencapai 60 persen diantara partai-partai politik baru. Angka ini dinilai fenomenal namun perlu kerja keras agar berdampak lebih lanjut terhadap elektabilitas

Sekretaris Jenderal Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Mahfuz Sidik menyatakan, Partai Gelora saat ini masih fokus dalam pemenuhan tiga target tantangan agar bisa  lolos sebagai peserta Pemilu 2024.

“Target wajibnya adalah lolos ambang batas parlemen 4 persen,” kata Mahfuz Sidik dalam keterangannya, Jumat (18/6/2021).

Menurut Mahfuz, hasil survei ini tidak membuat Partai Gelora berpuas diri atas capaian tersebut, karena masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus diperjuangkan dan dituntaskan ke depannya.

“Sejak didirikan pada 28 oktober 2019, kami masih fokus pada pemenuhan struktur dan rekrutmen anggota,” ujar Mahfuz.

Partai Gelora, kata Mahfuz, menargetkan pada HUT ke-2 pada 28 Oktober 2021 mendatang, telah terbentuk 100 persen struktur di kecamatan  dan jumlah anggota di setiap Kabupaten/Kota sudah ada 2.000 orang.

Partai Gelora juga tengah berupaya untuk bisa lulus verifikasi KPU pada pertengahan 2022 nanti, setelah mendapatkan pengesahan Kementerian Hukum dan HAM sebagai partai baru berbadan hukum di Indonesia.

“Tantangan kedua kami setelah lulus verifikasi Kemenkumham adalah lulus verifikasi KPU pada pertengahan 2022 nanti. Pada saat itu kami sudah harus siap semua unsur kekuatan teritorial, komunikasi dan jaringan,” jelasnya.

Karena itu, Mahfuz yakin Partai Gelora dapat memenangkan kontestasi di Pemilu 2024 dan lolos ke Senayan.

Hal senada juga disampaikan Ketua Bidang Rekruitmen Anggota Partai Gelora Indonesia Endy Kurniawan. Endy mengatakan, munculnya Partai Gelora di setiap survei belakangan ini patut disyukuri.

“Tapi kami masih fokus pada dua mesin pertumbuhan yakni melengkapi struktur organisasi hingga 100 persen DPC dan PAC serta melakukan rekrutmen anggota agar mencapai 1.000.000 secepat-cepatnya. Fokus kami adalah lolos verifikasi parpol KPU dan selanjutnya parliamentary threshold,” katanya.

Selain itu, Anggota Partai juga akan dilatih  secara berjenjang sehingga mereka tidak hanya masuk dan bergabung, namun juga bisa berkontribusi untuk memberi efek positif pada elektoral partai.

“Jika dicermati, survei Litbang Kompas juga menunjukkan hasil dari 3,8% yang tahu adanya partai baru itu hanya 18,9% yang tertarik memilih partai baru. Ini pemicu kami agar bekerja lebih keras mensosialisasikan tokoh, visi dan platform partai,” ujarnya.

Seperti diketahui, Litbang Kompas pada Senin (14/6/2021) merilis hasil penelitian terbarunya tentang popularitas partai politik baru. Menjawab pertanyaan pada responden: “Selama beberapa waktu terakhir, ada sejumlah partai politik baru yang terbentuk, apakah Anda mengetahui-partai baru tersebut?” 96,2 persen menjawab tidak tahu, sedangkan 3,8 persen menjawab tahu.

Dari partai-partai baru yang muncul, Partai Gelora tercatat sebagai Top of Mind popularitas dengan 60,4 persen. Selanjutnya diikuti Partai Ummat dengan 8,4 persen. Dalam usia belum genap dua tahun, Partai Gelora Indonesia mencatatkan popularitas yang terus menanjak. Dengan popularitas sebesar 60 persen terhadap 3,8 persen yang mengetahui adanya partai baru, maka sama dengan 2,28 persen masyarakat telah mengetahui Partai Gelora.

Sebelumnya, Parameter Politik Indonesia dalam survei terbarunya, Sabtu (5/6/2021), juga mencatatkan popularitas Partai Gelora mencapai 28,7 persen. Sementara popularitas Partai Ummat berada di angka 21,7 persen, dan Masyumi Reborn (14,2 persen).

“Partai Gelora mendapat 11,9 persen dukungan, Partai Ummat 7,8 persen, dan Partai Masyumi Reborn 3,3 persen dukungan,” dikutip dari hasil survei itu soal kecenderungan itu berkaitan dengan antusiasme masyarakat mendukung partai baru.

Sementara Rekode Research Center dalam surveinya pada Selasa (1/6/2021) lalu. Survei tersebut menyatakan, Partai Gelora memiliki popularitas dan elektabilitas tertinggi diantara partai-partai baru.

“Tingkat pengenalan atau popularitas, dan elektabilitas  Partai Gelora besutan politisi Anis Matta tertinggi diantara partai-partai baru. Disusul oleh Partai Ummat, Partai Masyumi Reborn, dan urutan paling buncit adalah  Partai Hijau,” kata Lisdiana Putri, Project Manager Rekode Research Center.

Hingga kini  Partai Gelora sudah memiliki  kepengurusan 100 persen di tingkat DPW (provinsi) dan DPD (kabupaten/kota),  DPC (kecamatan) sebanyak 80 persen.

Jumlah kader saat ini lebih dari 219.200  orang, dengan angka pertumbuhan jumlah anggota sangat progesif, mencapai 2.000 orang per hari.

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X