Tag: stanley harsha

Indonesia Bisa Bertahan di Tengah Krisis Global, Anis Matta: Tidak Ada Alasan Tunda Pemilu 2024

, , , , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menilai ekonomi Indonesia relatif tangguh dan bisa bertahan di tengah krisis global saat ini. Hal ini tentunya menumbuhkan sebuah harapan, bahwa ekonomi Indonesia tidak akan mengalami ‘kegegelapan’ pada tahun 2023.

“Kita patut bersyukur, bahwa ekonomi Indonesia di tengah krisis global ini relatif bisa bertahan. Tapi seperti taman, kalau yang lainnya layu, kita mekar sendiri rasanya juga tidak mungkin, ” kata Anis Matta dalam Gelora Talks bertajuk ‘Geopolitik Outlock 2023’ di Jakarta, Rabu (21/12/2022).

Dana Moneter Internasional (IMF) sendiri telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2023 dari menjadi 2,7% dari sebelumnya 2,9%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini tidak berubah, yakni pada 3,2%.

Sementara pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2023 sebesar 5,3%, sejalan dengan proyeksi pada rentang 4,7% hingga 5,1% dari berbagai lembaga internasional.

Dengan melihat data-data tersebut, maka kata Anis Matta, tidak ada alasan bagi pemerintah untuk menunda pelaksanaan Pemilu 2024 mendatang.

“Kalau pertumbuhan kita diatas 4 persen, apalagi apalagi diatas 5 persen, rasanya tidak ada alasan untuk menunda pemilu. Supaya Nomor 7 juga bisa beraksi di Pemilu 2024 mendatang,” kata Anis Matta berseloroh.

Selain itu, lanjut Anis Matta, jika melihat perkembangan terakhir perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung hampir satu tahun ini, akan berakhir damai pada 2023.

“Meski ada kemungkinan ekskalasi meningkat, tetapi proses perdamaian sudah diusahakan dan sewaktu-waktu perang Rusia-Ukraina stop di tengah jalan,” ujarnya.

Ketua Umum Partai Gelora ini berharap agar perang Rusia-Ukraina segera berakhir. Sebab, perang tersebut, sangat melelakan dan membuat krisis global semakin, meningkatkan risiko utang dan berpotensi memicu krisis pangan di sejumlah kawasan.

“Kita juga berharap, bahwa tanda-tanda eskalasi konflik perang Rusia-Ukrina yang ingin dialihkan ke spot konflik arah kawasan Asia Pasifik, itu tidak terjadi. Mudah-mudahan ini tidak berkembang menjadi ledakan konfrontasi yang besar, karena pada pada dasarnya proyeksi 2023 ada harapan lebih damai,” katanya.

Miliki Sumder Daya Alam
Sementara itu, mantan Duta Besar Indonesia untuk Australia dan Tiongkok Prof. Imron Cotan menilai proyeksi geopolitik di tahun 2023 agaknya ‘gloomy’ atau berawan.

Ditambah lagi proyeksi IMF bahwa akan terjadi krisis ekonomi global di tahun 2023. Hal ini juga akan mempengaruhi kondisi di Indonesia.

Namun Imron optimis, dengan mengatakan Indonesia masih beruntung sebab ekonomi Indonesia tidak terlalu jatuh. Indonesia juga memiliki sumber daya alam yang ada tidak dimiliki negara lain dan sangat dibutuhkan.

Bahkan neraca ekonomi Indonesia juga surplus, sementara beberapa negara lain mengalami kesulitan.

“Ini yang menurut saya yang akan mempengaruhi perkembangan kita di masa yang akan datang, terutama di tahun 2023 mendatang, agak gloomy,” kata imron.

Terlepas dari hal itu, lanjut dia, dunia saat ini tidak bisa di monopoli oleh satu dua atau lebih negara. Washington mendeklarasikan bahwa China dan Rusia merupakan kompetitor strategis yang harus dihadapi, baik masa lalu, sekarang, maupun di masa yang akan datang.

“Tetapi berapa pun besarnya kekuatan mereka, karena dunia ini kita share bersama, satu sama lain saling berhubungan. Pola ini yanb akan mendikte cerah atau gelapnya prospek dunia di masa-masa yang akan datang,” ujarnya.

Imron menegaskan, perang Rusia Ukraina telah merusak rantai pasok dunia seperti suplai ke Eropa, serta gandum dan pupuk ke seluruh dunia.

“Jadi yang paling menderita dari perang Rusia-Ukraina ini adalah Uni Eropa, terutama Jerman. Uni Eropa itu mesin pertumbuhan ekonomi dunia. Perang ini menambah komplikasi dan merusak rantai pasok dunia,” tegas mantan diplomat senior ini.

AS Bisa Tiru Indonesia
Sedangkan mantan Diplomat AS yang juga Pengamat Stanley Harsha mengatakan, sistem demokrasi dan budaya Indonesia bisa diadopsi AS dan negara lainnya di dunia. Sebab, demokrasi dan budaya di Indonesia mengedepankan perdamaian, bukan konflik atau perang.

“Istri saya orang Solo, punya dua anak. Mereka halus seperti istri saya, tetapi sangat disiplin seperti saya. Indonesia bisa jadi model yang sangat bagus bagi dunia. Dan Amerika akan lebih bagus, kalau bisa terima budaya di sini, ada unsur dari budaya indoinesia,” kata Stanley.

Menurut Stanley, para diplomat AS sebenarnya sangat mengerti dalam membina relasi atau hubungan dengan China. Para diplomat AS sudah mengedepankan cara berdiplomasi yang halus dengan China agar tercipta perdamaian.

Namun, para politikus di AS justru menjadikan isu China sebagai komoditas politik mereka agar populer. Politikus AS berpandangan bahwa China tidak boleh diberikan kekuasaan, dan beranggapan AS adalah negara yang paling hebat, dan tidak boleh ada negara lain yang mengunggulinya.

“Inilah masalah domestik di Amerika, politikus sangat populer mengisukan China. Tapi di belakangnya, para diplomat sangat mengerti dan halus dalam relasi dengan China itu, harus lebih halus,” ungkapnya.

Saat ini, kata Stanley, dikalangan remaja AS juga mulai terjadi gerakan pergesekan pemikiran soal perang dan perdamaian di dunia. Di sekolah-sekolah AS selama ini selalu diajarkan tentang perang, tetapi masalah perdamain tidak ada sama sekali.

“Jadi memang perlu ada skema internasional tentang perdamaian. Saya pikir kita harus mulai dari sekolah dasar, harus ada peace. Di Amerika kita banyak belajar perang, perang ini perang itu. Tapi bagaimana pelajaran tentang perdamain itu, tidak ada,” katanya.

Dalam skema internasional tentang perdamaian itu, menurut dia, perubahan besar-besaran itu harus dimulai dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Cara pandang PBB dalam mengatasi konflik antar negara dan menjaga perdamaian dunia saat ini, harus diubah total.

Disamping itu, negara adikuasa seperti AS, Uni Eropa, Rusia dan China juga harus memberikan kekuasaan sepenuhnya kepada PBB untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina, agar tidak ada perang lagi dan perang-perang lainnya.

“Jadi remaja-remaja, pemuda-pemuda di Amerika saat ini maunya dunia lebih damai. Mereka memanfaatkan sosial media jadi unifkasi remaja di seluruh dunia untuk saling mengerti dan berpikir perdamaian. Generasi muda di Amerika sekarang ingin lebih damai seperti generasi di Indonesia,” pungkas Stanley.

Stanley Harsha: Indonesia Bisa Maju Lebih Cepat dari China

, , , , , ,

Partaigelora.id – Mantan diplomat Amerika Serikat (AS) Stanley Harsha menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia bisa maju lebih cepat dari China karena memiliki demokrasi dan banyak inovasi. Indonesia bisa menjadi kekuatan utama dunia, asalkan menanamkan modalnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

“Indonesia bisa maju, sekarang sudah sangat maju cepat. Saya sendiri punya pendapat, yang saya tidak dapat membuktikan, bahwa Indonesia akan maju lebih cepat daripada China, karena memiliki demokrasi yang bebas dan ada dorongan untuk inovasi,” kata Stanley dalam Webtalk Hubungan Luar Negeri Gelora dengan tema ‘Masa Depan Hubungan RI-AS, Peluang dan Tantangan’ di Jakarta, Kamis (4/3/2021).

Menurut Stanley, negara yang memiliki pemimpin yang mengkontrol kebebasan berpikir dan demokrasi seperti China tidak akan bisa bertahan lama dalam era saat ini. Apalagi China saat ini memiliki hutang yang cukup besar mencapai 300 persen dari GDP dan banyaknya angka korupsi di negara tersebut.

“Karena itu, China bukan ancaman Amerika. China juga tidak bisa menaklukkan dunia dan banyak dikelilingi negara yang tidak berteman dengan China. India, Vietnam, Taiwan dan Korea mempunyai senjata yang kuat dan canggih, tidak takut ancaman dari China,” katanya.

Stanley mengatakan, Indonesia bisa malampui China dalam bidang ekonomi, sumber daya manusia. Ia mengaku bisa menfaslitasi Indonesia untuk mengirimkan SDM untuk menempuh penndidikan di Universitas-univesitas ternama di Amerika.

“Kalau membagikan teknologi kepada Indonesia sudah cukup banyak. Untuk kemanusiaan dan dipakai secara damai, apalagi untuk membela laut Indonesia, pasti akan dibagi,” kata Stanley Harsha yang juga seorang penulis buku ini.

Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesoa Anis Matta mengatakan, Indonesia-AS memiliki kesamaan tiga hal, yakni sama-sama masyarakatnya multikultur dari berbagai etnis.

“Kesamaan kedua negara yang fundamental ada pada sistem demokrasi, ada kemiripan sistem demokrasi, berbeda dengan China. Ketiga sama-sama berorientasi pada pasar, dan ini kesamaan yang kuat,” kata Anis Matta.

Dengan tiga kesamaan tersebut, Anis Matta berharap Indonesia-Amerika bisa duduk bersama untuk menentukan tatanan dunia baru. Sebab, pandemi Covid-19 saat ini membawa dampak panjang dan destruktif bagi ekonomi semua negara dunia, yang bisa menyebabkan krisis sosial.

AS dibawa pimpinan Presiden Joe Biden yang didukung Partai Demokrat juga sudah menyadari bahwa tidak bisa lagi menjadi kekuatan tunggal dunia, dan harus bekerja sama dengan negara lain seperti Indonesia.

“Indonesia sudah jadi kekuatan utama ASEAN dan jumlah umat Islamnya terbesar di dunia. Dua aset utama tersebut bisa sebagai modal Indonesia secara global untuk menentukan tatanan dunia baru,” katanya.

Indonesi-AS, kata Anis Matta, bisa melakukan kerjasama regional untuk mempertahankan kawasan dari ancaman negara lain sehingga ekonominya akan tumbuh tidak seperti di Timur Tengah yang penuh dengan konflik.

Kerjasama lain yang bisa ditingkatkan adalah membangun infrastuktur energi terbarukan di Indonesia, karena membutuhkan teknologi dan investasi yang besar.

“Jika tidak dimanfaatkan Amerika, celah ini tentu akan diisi oleh negara lain dari sisi bilateral , karena Indonesia butuh alternatif,” katanya.

Selanjutnya, kerjasama lain yang bisa dilakukan antara Indonesia-AS adalah transfer teknologi. Kegagalan Indonesia selama ini, menurutnya, tansfer teknologi sudah dilakukan pada masa Orde Baru, namun tidak diintegrasikan dengan sistem ekonomi.

“Oerientasi teknoogi kuat, tapi kelamahannya belum diintegrasi dalam sistem ekonomi, sehingga pertumbuhan teknologi tidak sebanding dengan pertumbuhan ekomomi. Amerika bisa menjadi patner dalam hal itu,” tegas Anis.

Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Mattta ini berharap ide dan gagasan besar Partai Gelora bisa disampaikan Stanley Harsha ke Presiden Joe Biden dan Kongres AS, serta Partai Demokrat.

“Saya kira akan menjadi kerjasama strategasi bagi Indonesia dan Amerika Serikat, termasuk kerjasama dalam bidang pendidikan. Ini agenda yang kita perjuangkan di Indonesia, bisa dishare ke Demokrat dan Kongres . Ini ini bagian dari narasi besar Partai Gelora,” pungkasnya.

Diskusi tentang ‘Masa Depan Hubungan RI-AS, Peluang dan Tantangan ini dipandu oleh Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Henwira Halim dan dibuka oleh Sekretaris Jenderal Partai Gelora Mahfuz Sidik, serta ditutup oleh Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta.

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X